Kamis, 29 September 2016

TIPUAN DUNIA


66.Renungan Siang !!!
*Mengenal Dunia*

ﺍﻋْﻠَﻤُﻮﺍ ﺃَﻧَّﻤَﺎ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻟَﻌِﺐٌ ﻭَﻟَﻬْﻮٌ ﻭَﺯِﻳﻨَﺔٌ ﻭَﺗَﻔَﺎﺧُﺮٌ
ﺑَﻴْﻨَﻜُﻢْ ﻭَﺗَﻜَﺎﺛُﺮٌ ﻓِﻲ ﺍْﻷَﻣْﻮَﺍﻝِ ﻭَﺍْﻷَﻭْﻻَﺩِ ﻛَﻤَﺜَﻞِ ﻏَﻴْﺚٍ
ﺃَﻋْﺠَﺐَ ﺍﻟْﻜُﻔَّﺎﺭَ ﻧَﺒَﺎﺗُﻪُ ﺛُﻢَّ ﻳَﻬِﻴْﺞُ ﻓَﺘَﺮَﺍﻩُ ﻣُﺼْﻔَﺮًّﺍ ﺛُﻢَّ ﻳَﻜُﻮْﻥُ
ﺣُﻄَﺎﻣًﺎ ﻭَﻓِﻲ ﺍْﻵﺧِﺮَﺓِ ﻋَﺬَﺍﺏٌ ﺷَﺪِﻳْﺪٌ ﻭَﻣَﻐْﻔِﺮَﺓٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺭِﺿْﻮَﺍﻥٌ ﻭَﻣَﺎ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺇِﻻَّ ﻣَﺘَﺎﻉُ ﺍﻟْﻐُﺮُﻭْﺭِ
Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya kehidupan
dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di
antara kalian serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi
kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas
menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan- Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu .” (Al- Hadid: 20)
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di
rahimahullahu dalam Tafsir-nya, “Allah Subhanahu
wa Ta’ala mengabarkan tentang hakikat dunia dan
apa yang ada di atasnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala
terangkan akhir kesudahannya dan kesudahan
penduduknya. Dunia adalah permainan dan sesuatu
yang melalaikan. Mempermainkan tubuh dan
melalaikan hati. Bukti akan hal ini didapatkan dan
terjadi pada anak-anak dunia [1]. Engkau dapati
mereka menghabiskan waktu-waktu dalam umur
mereka dengan sesuatu yang melalaikan hati dan
melengahkan dari berdzikir kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Adapun janji (pahala dan surga, –pent.)
dan ancaman (adzab dan neraka, –pent.) yang ada
di hadapan, engkau lihat mereka telah menjadikan
agama mereka sebagai permainan dan gurauan
belaka. Berbeda halnya dengan orang yang sadar
dan orang-orang yang beramal untuk akhirat. Hati
mereka penuh disemarakkan dengan dzikrullah, mengenali dan mencintai-Nya. Mereka sibukkan waktu-waktu mereka dengan melakukan amalan yang
dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah
daripada membuangnya untuk sesuatu yang
manfaatnya sedikit.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
berpesan kepada Abdullah bin Umar radhiyallahu
‘anhuma, sambil memegang pundak iparnya ini:
ﻛُﻦْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻛَﺄَﻧَّﻚَ ﻏَﺮِﻳْﺐٌ ﺃَﻭْ ﻋَﺎﺑِﺮُ ﺳَﺒِﻴْﻞٍ
“Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing
atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat
(musafir).” (HR. Al-Bukhari no. 6416)
Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma pun
memegang teguh wasiat Nabinya baik dalam ucapan maupun perbuatan. Dalam ucapannya beliau berkata setelah menyampaikan hadits Rasul Shallallahu
‘alaihi wa sallam di atas, “ Bila engkau berada di
sore hati maka janganlah engkau menanti datangnya
pagi. Sebaliknya bila engkau berada di pagi hari,
janganlah menanti sore. Gunakanlah waktu sehatmu
(untuk beramal ketaatan) sebelum datang sakitmu.
Dan gunakan hidupmu (untuk beramal shalih)
sebelum kematian menjemputmu .”
Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim melaporkan dari
Anas bin Malik – radhiyallahu ‘anhu- , bahwasannya
Rasululullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah
mengatakan,
ﺍَﻟﻠﻬُﻢَّ ﻟَﺎ ﻋَﻴْﺶَ ﺇِﻟَّﺎ ﻋَﻴْﺶَ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ
“Ya Allah, tidak ada kehidupan kecuali kehidupan
akhirat.”

*Mensyukuri Nikmat Dunia*
ﻭَﺍﺑْﺘَﻎِ ﻓِﻴﻤَﺎ ﺁَﺗَﺎﻙَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟﺪَّﺍﺭَ ﺍﻟْﺂَﺧِﺮَﺓَ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻨْﺲَ
ﻧَﺼِﻴﺒَﻚَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ
“Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi” (QS. Al Qashshash: 77).
Dikatakan oleh Qurthubi dalam Al Jaami’ li
Ahkamil Qur’an (7: 199), “Hendaklah
seseorang menggunakan nikmat dunia yang
Allah berikan untuk menggapai kehidupan
akhirat yaitu surga. Karena seorang mukmin
hendaklah memanfaatkan dunianya untuk
hal yang bermanfaat bagi akhiratnya. Jadi ia
bukan mencari dunia dalam rangka
sombong dan angkuh.”
Ibnu Katsir mengatakan mengenai ayat
tersebut,
ﺍﺳﺘﻌﻤﻞ ﻣﺎ ﻭﻫﺒﻚ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻤﺎﻝ
ﺍﻟﺠﺰﻳﻞ ﻭﺍﻟﻨﻌﻤﺔ ﺍﻟﻄﺎﺋﻠﺔ، ﻓﻲ ﻃﺎﻋﺔ ﺭﺑﻚ
ﻭﺍﻟﺘﻘﺮﺏ ﺇﻟﻴﻪ ﺑﺄﻧﻮﺍﻉ ﺍﻟﻘﺮﺑﺎﺕ، ﺍﻟﺘﻲ ﻳﺤﺼﻞ
ﻟﻚ ﺑﻬﺎ ﺍﻟﺜﻮﺍﺏ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﺍﺭ ﺍﻵﺧﺮﺓ
“Gunakanlah yang telah Allah anugerahkan
untukmu dari harta dan nikmat yang besar
untuk taat pada Rabbmu dan membuat
dirimu semakin dekat pada Allah dengan
berbagai macam ketaatan. Dengan ini
semua, engkau dapat menggapai pahala di
kehidupan akhirat.” ( Tafsir Al Qur’an Al
‘Azhim, 6: 37).
ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻨْﺲَ ﻧَﺼِﻴﺒَﻚَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ

“Jangan melupakan nasibmu di dunia ”.
Imam Ibnu Katsir -semoga Allah merahmati
beliau- menyebutkan dalam kitab tafsirnya,
} ﻭَﻻ ﺗَﻨْﺲَ ﻧَﺼِﻴﺒَﻚَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ { ﺃﻱ : ﻣﻤﺎ ﺃﺑﺎﺡ
ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻴﻬﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺂﻛﻞ ﻭﺍﻟﻤﺸﺎﺭﺏ ﻭﺍﻟﻤﻼﺑﺲ
ﻭﺍﻟﻤﺴﺎﻛﻦ ﻭﺍﻟﻤﻨﺎﻛﺢ، ﻓﺈﻥ ﻟﺮﺑﻚ ﻋﻠﻴﻚ ﺣﻘًّﺎ،
ﻭﻟﻨﻔﺴﻚ ﻋﻠﻴﻚ ﺣﻘًّﺎ، ﻭﻷﻫﻠﻚ ﻋﻠﻴﻚ ﺣﻘًّﺎ،
ﻭﻟﺰﻭﺭﻙ ﻋﻠﻴﻚ ﺣﻘﺎ، ﻓﺂﺕ ﻛﻞ ﺫﻱ ﺣﻖ ﺣﻘﻪ .
“Janganlah engkau melupakan nasibmu dari
kehidupan dunia yaitu dari yang Allah
bolehkan berupa makanan, minuman,
pakaian, tempat tinggal dan menikah.
Rabbmu masih memiliki hak darimu. Dirimu
juga memiliki hak. Keluargamu juga memiliki
hak. Istrimu pun memiliki hak. Maka
tunaikanlah hak-hak setiap yang memiliki
hak.” ( Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 37).
ﻭَﺃَﺣْﺴِﻦْ ﻛَﻤَﺎ ﺃَﺣْﺴَﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺒْﻎِ ﺍﻟْﻔَﺴَﺎﺩَ
ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﺎ ﻳُﺤِﺐُّ ﺍﻟْﻤُﻔْﺴِﺪِﻳﻦَ
“Dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan .” (QS. Al Qashshash: 77).
Ayat ini memerintahkan untuk berbuat baik
pada makhluk Allah sebagaimana Dia telah
memberi kebaikan untuk kita. Janganlah
tujuan hidup kita di muka bumi untuk
berbuat kerusakan dan menyakiti makhluk
lain. Sesungguhnya Allah benar-benar tidak
menyukai orang yang berbuat kerusakan.
Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim karya Ibnu
Katsir, 6: 37.

*Fitnah Dunia*
Hendaklah seorang Muslim benar-benar waspada
terhadap fitnah dunia. Dunia ini indah dan manis,
maka jangan sekali-kali seorang Muslim tertipu
dengannya, karena kehidupan dunia adalah
kehidupan yang menipu. Allâh Azza wa Jalla
berfirman :
ﻭَﻣَﺎ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﺘَﺎﻉُ ﺍﻟْﻐُﺮُﻭﺭِ
… Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang
memperdaya. [Ali ‘Imrân/3:185].
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :
ﺇِﻥَّ ﻭَﻋْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺣَﻖٌّ ۖ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﻐُﺮَّﻧَّﻜُﻢُ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻐُﺮَّﻧَّﻜُﻢْ
ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟْﻐَﺮُﻭﺭُ
…Sungguh, janji Allâh pasti benar, maka
janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh
kehidupan dunia, dan jangan sampai kamu
terpedaya oleh penipu dalam (menaati) Allâh.
[Luqmân/31:33].
Ada kabar mutawatir dari Ulama Salaf
mengatakan, bahwa cinta dunia merupakan induk
dari segala kesalahan (dosa) dan merusak agama.
Hal ini ditinjau dari beberapa segi:
Pertama : Mencintai dunia berarti mengagungkan
dunia, padahal ia sangat hina di mata Allâh.
Termasuk dosa yang paling besar adalah
mengagungkan sesuatu yang direndahkan oleh
Allâh Azza wa Jalla.
Kedua : Allâh mengutuk, memurkai, dan
membenci dunia, kecuali yang ditujukan kepada-
Nya. Karena itu, siapa yang mencintai apa yang
dikutuk, dimurkai, dan dibenci Allâh maka ia akan
berhadapan dengan kutukan, murka, dan
kebencian-Nya.
Ketiga : Mencintai dunia berarti menjadikan dunia
sebagai tujuan dan menjadikan amal dan ciptaan Allâh yang seharusnya menjadi sarana menuju Allâh Azza wa Jalla dan negeri akhirat berubah
arah menjadi mengejar kepentingan dunia.
Di sini ada dua persoalan:
(1) menjadikan wasilah
(sarana) sebagai tujuan,
(2) menjadikan amal
akhirat sebagai alat untuk menggapai dunia.
Ini merupakan keburukan dari semua sisi. Juga
berarti membalik sesuatu pada posisi yang benar-
benar terbalik. Ini sesuai sekali dengan firman
Allâh Azza wa Jalla :
ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻳُﺮِﻳﺪُ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺯِﻳﻨَﺘَﻬَﺎ ﻧُﻮَﻑِّ ﺇِﻟَﻴْﻬِﻢْ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟَﻬُﻢْ
ﻓِﻴﻬَﺎ ﻭَﻫُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻟَﺎ ﻳُﺒْﺨَﺴُﻮﻥَ﴿١٥﴾ﺃُﻭﻟَٰﺌِﻚَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻟَﻴْﺲَ ﻟَﻬُﻢْ
ﻓِﻲ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺭُ ۖ ﻭَﺣَﺒِﻂَ ﻣَﺎ ﺻَﻨَﻌُﻮﺍ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻭَﺑَﺎﻃِﻞٌ ﻣَﺎ
ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻳَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ
Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan
perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada
mereka balasan pekerjaan mereka di dunia
dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak
akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak
memperoleh balasan di akhirat kecuali neraka.
Dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah
mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa
yang telah mereka kerjakan.” [Hûd/11: 15-16]
Keempat : Mencintai dunia membuat manusia
tidak sempat melakukan sesuatu yang bermanfaat
baginya di akhirat, akibat dari kesibukannya
dengan dunia dan kesukaannya.
Kelima : Cinta dunia menjadikan dunia sebagai
cita-cita terbesar manusia. Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻫَﻤَّﻪُ ، ﻓَﺮَّﻕَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺃَﻣْﺮَﻩُ ، ﻭَﺟَﻌَﻞَ ﻓَﻘْﺮَﻩُ
ﺑَﻴْﻦَ ﻋَﻴْﻨَﻴْﻪِ ، ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﺄْﺗِﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﺎ ﻛُﺘِﺐَ ﻟَـﻪُ ، ﻭَﻣَﻦْ
ﻛَﺎﻧَﺖِ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓُ ﻧِﻴَّـﺘَﻪُ ، ﺟَﻤَﻊَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻟَﻪُ ﺃَﻣْﺮَﻩُ ، ﻭَﺟَﻌَﻞَ ﻏِﻨَﺎﻩُ ﻓِـﻲْ
ﻗَﻠْﺒِﻪِ ، ﻭَﺃَﺗَـﺘْﻪُ ﺍﻟﺪُّﻧْـﻴَﺎ ﻭَﻫِـﻲَ ﺭَﺍﻏِﻤَـﺔٌ .
Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya,
menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya,
dan ia mendapat dunia menurut apa yang telah
ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang niat
(tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh
akan mengumpulkan urusannya, menjadikan
kekayaan di hatinya, dan dunia akan
mendatanginya dalam keadaan hina.

*Imam Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata:*
ﻣُﺤِﺐُّ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻟَﺎ ﻳَﻨْﻔَﻚُّ ﻣِﻦْ ﺛَﻠَﺎﺙٍ : ﻫَﻢٌّ ﻟَﺎﺯِﻡٌ ، ﻭَﺗَﻌَﺐٌ ﺩَﺍﺋِﻢٌ ،
ﻭَﺣَﺴْﺮَﺓٌ ﻟَﺎ ﺗَﻨْﻘَﻀِﻰ
Pecinta dunia tidak akan terlepas dari tiga hal:
(1) kesedihan (kegelisahan) yang terus-menerus,
(2) kecapekan (keletihan) yang berkelanjutan, dan
(3) penyesalan yang tidak pernah berhenti.
*Semoga kita bisa menjadikan dunia untuk bekal ladang beramal dan berjihad di jalan Allah swt... Aamiin.*
READ MORE - TIPUAN DUNIA

MENGENAL ALLAH SWT


Renungan Pagi !!!
*Pengetahuan Tentang Tuhan*

ﺃَﻡْ ﺧُﻠِﻘُﻮﺍ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﺷَﻲْﺀٍ ﺃَﻡْ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﺨَﺎﻟِﻘُﻮﻥَ
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun
(yakni tanpa Pencipta), ataukah mereka yang
menciptakan (diri mereka sendiri)? [ath-
Thûr/52:35]
ﻗُﻞْ ﻣَﻦْ ﻳَﺮْﺯُﻗُﻜُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﺃَﻣَّﻦْ ﻳَﻤْﻠِﻚُ ﺍﻟﺴَّﻤْﻊَ
ﻭَﺍﻟْﺄَﺑْﺼَﺎﺭَ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﺨْﺮِﺝُ ﺍﻟْﺤَﻲَّ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻭَﻳُﺨْﺮِﺝُ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖَ ﻣِﻦَ
ﺍﻟْﺤَﻲِّ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﺪَﺑِّﺮُ ﺍﻟْﺄَﻣْﺮَ ۚ ﻓَﺴَﻴَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ۚ ﻓَﻘُﻞْ ﺃَﻓَﻠَﺎ ﺗَﺘَّﻘُﻮﻥَ
“Katakanlah, “Siapakah yang memberi rezeki
kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah
yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan
penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan
yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan
yang mati dari yang hidup dan siapakah yang
mengatur segala urusan” Maka mereka (orang-
orang musyrik jahiliyah) menjawab, “Allâh”. Maka
katakanlah: “Mengapa kamu tidak bertaqwa
(kepada-Nya)?” [Yunus/10: 31]
ﻗُﻞْ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻳُﻮﺣَﻰٰ ﺇِﻟَﻲَّ ﺃَﻧَّﻤَﺎ ﺇِﻟَٰﻬُﻜُﻢْ ﺇِﻟَٰﻪٌ ﻭَﺍﺣِﺪٌ ۖ ﻓَﻬَﻞْ ﺃَﻧْﺘُﻢْ
ﻣُﺴْﻠِﻤُﻮﻥَ
Katakanlah, “Sesungguhnya yang diwahyukan
kepadaku adalah,”Bahwasanya Ilahmu (yang
kamu ibadahi) adalah Ilah Yang Esa, maka
hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya)”. [al-
Anbiyâ’/21:108]
ﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﻌْﺒُﺪُ ﻭَﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﺴْﺘَﻌِﻴﻦُ
Hanya Engkaulah yang kami ibadahi dan hanya
kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. [al-
Fâtihah/1:5
]
*Kandungan Ayat Ayat Diatas*
1. Maksudnya, keadaan manusia atau makhluk yang
sudah ada ini tidak lepas dari salah satu dari tiga
keadaan :
a. Mereka ada tanpa Pencipta. Ini tidak mungkin.
Tidak ada akal sehat yang bisa menerima bahwa
sesuatu itu ada tanpa ada yang membuatnya.
b. Mereka menciptakan diri mereka sendiri. Ini
lebih tidak mungkin lagi. Karena bagaimana
mungkin sesuatu yang awalnya tidak ada
menciptakan sesuatu yang ada.
c. Inilah yang haq, yaitu Allâh Azza wa Jalla yang
telah menciptakan mereka, Dialah Sang Pencipta,
Penguasa, tidak ada sekutu bagi-Nya.
2. Meyakini adanya Allâh dan keesaan kekuasaan-Nya belum bisa disebut orang Islam atau orang beriman, sampai dia mengimani keesaan uluhiyah Allâh,
juga mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allâh,
sebagaimana akan dijelaskan di bawah ini.
3. Kita meyakini bahwa yang berhak diibadahi hanya Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Tidak boleh
memberikan ibadah kepada selain Allâh,
walaupun kepada makhluk yang dekat kepada-
Nya, seperti malaikat atau rasul Allâh Azza wa
Jalla . Apalagi kepada makhluk yang derajatnya di
bawah mereka, seperti: manusia, jin, binatang,
pohon, batu, senjata, planet, bintang, ataupun
lainnya.
4. Tauhid inilah makna yang terkandung di dalam
perkataan Lâ ilâha illa Allâh, karena maknanya
adalah tidak ada yang berhak diibadahi selain
Allâh.
Keimanan terhadap keesaan uluhiyah Allâh
(hakNya untuk diibadahi) ini adalah inti dakwah
seluruh rasul. Dan inilah yang diingkari oleh
orang-orang musyrik dan kafir.
*Mengenal Allah swt Dengan Asmaul Husna*
Yaitu mengimani dan menetapkan seluruh nama-
nama Allâh dan sifat-sifat-Nya, yang tersebut di
dalam Kitab al-Qur’ân dan Sunnah yang shahih,
dengan tanpa menyerupakan dengan makhluk. Allâh Azza wa Jalla berfirman,

ﻭَﻟِﻠَّﻪِ ﺍﻟْﺄَﺳْﻤَﺎﺀُ ﺍﻟْﺤُﺴْﻨَﻰٰ ﻓَﺎﺩْﻋُﻮﻩُ ﺑِﻬَﺎ ۖ ﻭَﺫَﺭُﻭﺍ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳُﻠْﺤِﺪُﻭﻥَ
ﻓِﻲ ﺃَﺳْﻤَﺎﺋِﻪِ ۚ ﺳَﻴُﺠْﺰَﻭْﻥَ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻳَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ
“Hanya milik Allâh asmâ-ul husnâ, maka
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmâ-ul husnâ itu dan tinggalakanlah orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan
mendapat balasan terhadap apa yang telah
mereka kerjakan. [al-A’râf/7: 180]
ﻟَﻴْﺲَ ﻛَﻤِﺜْﻠِﻪِ ﺷَﻲْﺀٌ ۖ ﻭَﻫُﻮَ ﺍﻟﺴَّﻤِﻴﻊُ ﺍﻟْﺒَﺼِﻴﺮُ
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia,
dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. [asy-Syûrâ/42:11]
Orang orang beriman semestinya berusaha membaca nama nama Allah yang indah (asmaul husna),mengetahui artinya,menghafanya,mengkaji dan berakhlak dengannya.
Asmaul Husna adalah sumber bertauhid,akhlak bahkan sumber hukum bagi orang orang beriman dalam mengarungi ujian dan cobaan hidup. Contoh dalam ayat pertama surat al Fatihah yang artinya Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Penyayang.
Setiap mengawali perbuatan bagi orang beriman sangat dianjurkan membaca basmalah dengan maksud agar Allah memberkahinya.
Arrahman Allah Maha Pengasih kepada semua makhluk didunia ini baik mukmin maupun kafir dikasih rezki. Orang beriman mestinya juga menteladaniNya dengan memberi kepada sesama apapun agamanya sesui kemampuannya. Lain dengan Arrahiim Allah swt Maha Penyayang khusus kepada orang beriman dunia akhirat. Oleh karena itu, orang beriman harus saling menyayang lahir batin dengan saling menolong dalam kebaikan dan taqwa serta saling menasihati tentang kebenaran dan kesabaran.

*Indikasi Mengenal Allah swt diantaranya:*
Pertama; Orang Yang Mengenal Allah Merasa Takut Kepada-Nya.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya
yang merasa takut kepada Allah di antara hamba-
hamba-Nya adalah orang-orang yang berilmu
saja.” ( QS. Fathir: 28 )
Kedua; Orang Yang Mengenal Allah Mencurigai
Dirinya Sendiri
Ibnu Abi Mulaikah -salah seorang tabi’in- berkata,
“Aku telah bertemu dengan tiga puluhan orang
Shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
sedangkan mereka semua merasa sangat takut kalau-
kalau dirinya tertimpa kemunafikan.” ( HR. Bukhari secara mu’allaq ).
Ketiga; Orang Yang Mengenal Allah Mengawasi
Gerak-Gerik Hatinya
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “.. Begitu pula hati
yang telah disibukkan dengan kecintaan kepada
selain Allah, keinginan terhadapnya, rindu dan
merasa tentram dengannya, maka tidak akan
mungkin baginya untuk disibukkan dengan kecintaan
kepada Allah, keinginan, rasa cinta dan kerinduan
untuk bertemu dengan-Nya kecuali dengan
mengosongkan hati tersebut dari ketergantungan
terhadap selain-Nya . Lisan juga tidak akan mungkin
digerakkan untuk mengingat-Nya dan anggota badan
pun tidak akan bisa tunduk berkhidmat kepada-Nya
kecuali apabila ia dibersihkan dari mengingat dan
berkhidmat kepada selain-Nya. Apabila hati telah
terpenuhi dengan kesibukan dengan makhluk atau
ilmu-ilmu yang tidak bermanfaat maka tidak akan
tersisa lagi padanya ruang untuk menyibukkan diri
dengan Allah serta mengenal nama-nama, sifat-sifat
dan hukum-hukum-Nya…” ( al-Fawa’id , hal. 31-32)
Keempat; Orang Yang Mengenal Allah Selalu
Mengingat Akherat
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa
yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya,
maka akan Kami sempurnakan baginya balasan
amalnya di sana dan mereka tak sedikitpun dirugikan.
Mereka itulah orang-orang yang tidak mendapatkan
apa-apa di akherat kecuali neraka dan lenyaplah apa
yang mereka perbuat serta sia-sia apa yang telah
mereka kerjakan.” ( QS. Huud: 15-16 )
Kelima; Orang Yang Mengenal Allah Tidak Tertipu
Oleh Harta
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya
perbendaharaan dunia. Akan tetapi kekayaan yang
sebenarnya adalah rasa cukup di dalam hati.” ( HR.
Bukhari). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Seandainya anak Adam itu memiliki dua
lembah emas niscaya dia akan mencari yang ketiga.
Dan tidak akan mengenyangkan rongga/perut anak
Adam selain tanah. Dan Allah akan menerima taubat
siapa pun yang mau bertaubat.” ( HR. Bukhari )
Keenam; Orang Yang Mengenal Allah Akan
Merasakan Manisnya Iman
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada
tiga perkara, barangsiapa memilikinya maka dia akan
merasakan manisnya iman…” Di antaranya, “Allah dan
rasul-Nya lebih dicintainya daripada segala sesuatu
selain keduanya.” ( HR. Bukhari dan Muslim ).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Akan bisa merasakan lezatnya iman orang-orang yang
ridha kepada Rabbnya, ridha Islam sebagai agamanya,
dan Muhammad sebagai rasul.” ( HR. Muslim ).
Ketujuh; Orang Yang Mengenal Allah Tulus
Beribadah Kepada-Nya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya setiap amal itu dinilai berdasarkan
niatnya. Dan setiap orang hanya akan meraih balasan
sebatas apa yang dia niatkan . Maka barangsiapa
yang hijrahnya [tulus] karena Allah dan Rasul-Nya
niscaya hijrahnya itu akan sampai kepada Allah dan
Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena
[perkara] dunia yang ingin dia gapai atau perempuan
yang ingin dia nikahi, itu artinya hijrahnya akan dibalas
sebatas apa yang dia inginkan saja.” ( HR. Bukhari
dan Muslim ).

*Konsep Ketuhanan Imam Ghozali*
Dari 20 dalil filsafat yang
ditegurnya, hanya 4 yang disebutnya secara
langsung sebagai kufurat dan subversif terhadap
iman Iislam yang sejati yaitu dalil 1, 13, 18, 20.
Isinya adalah sebagai berikut :
1. Dalil falsafah yang menyatakan bahwa dunia
(alam) berfisat azali dan sama abadinya dengan
Tuhan, juga termasuk hasil emanasi, semuanya wajib
mengandung kufurat.
2. Dalil falsafah bahwa Tuhan tidak tahu hal-hal yang bersifat khusus (partikular), tetapi hanya mengetahui
dunia (alam) dari aspek umum (universal),
bertentangan dengan ajaran Al Quran : “Tiada yang luput bagi pengetahuan Ilahi” dan merupakan suatu
kufurat.
3. Dalil bahwa tidak semua jiwa manusia sesudah
maut (kematiannya) masuk taraf hidup baru (Farabi,
Razi) menyimpang dari konsep keimanan Islam,
dengan kata lain masih dalam tataran kufurat. Bila
mereka membuktikan dengan akal bahwa jiwa tidak bisa hancur, bukti mereka batal, karena hal tersebut hanya dapat diketahui melalui informasi wahyu Tuhan.
4. Penolakan kenikmatan badaniyah kelak dalam
akhirat, dan penggantiannya dengan kebahagiaan
rohani semata-mata, adalah argument yang melwan wahyu Al Qur’an. Yang dimaksud dengan penolakan tersebut juga merupakan dosa kufur.
*Pengertian Dan Tingkatan Ma'rifat Menurut Imam Al-Ghazali*
Ma'rifat berasal dari kata. "ara fa" yang artinya:
mengenal. Menurut "Imam Al-Ghazali", erti pengenalan kepada Allah, Tuhan semesta alam, iaitu
yang timbul kerana musyahadah (penyaksian).
Maka orang arif ialah orang yang telah mengenal Dzat, sifat, asma, dan af'al
Allah dengan perantaraan musya­hadahnya (penyaksian/bukti yang nyata). Seorang yang alim ialah orang yang
mengenal Tuhannya tanpa melalui musyahadahnya, namun hanya dengan
kepercayaan biasa saja.
Orang yang tingkat Ma'rifatnya tinggi
tentu akan melihat bahwa Allah adalah wujud yang paling jelas, paling terang
dan teramat nyata.
*Adapun pengertian menurut seorang ahli Ma'rifat bernama "Hallaj"* mengartikan dalam beberapa
pepatah sebagai berikut:
1."Tak seorang-pun mengenal-Nya kecuali orang yang telah dibuat-Nya mengenal-Nya".
2."Tak seorang-pun bisa mengenal-Nya kecuali orang yang hati-nuraninya telah diilhami oleh-Nya sendiri".
3."Tak seorang-pun setia kepada-Nya kecuali orang yang telah didekatkan oleh-Nya pada-Nya".
4."Tak seorang-pun mempercayai-Nya kecuali orang yang kepadanya Dia telah memperlihatkan karunia-
Nya".
5."Tak seorang pun berbakti pada-Nya kecuali orang
yang telah dipilih-Nya".

*Semoga kita tergolong orang orang beriman yang tetap istiqamah hanya beribadah kepadaNya semata dengan ikhlas... Aamiin.*
READ MORE - MENGENAL ALLAH SWT

TAHU DIRI


65. Renungan Pagi !!!
*Mengenal Diri Manusia*

ﻭَﻟَﻘَﺪۡ ﺧَﻠَﻘۡﻨَﺎ ﭐﻟۡﺈِﻧﺴَـٰﻦَ ﻣِﻦ ﺳُﻠَـٰﻠَﺔٍ۬ ﻣِّﻦ ﻃِﻴﻦٍ۬ ﺛُﻢَّ ﺟَﻌَﻠۡﻨَـٰﻪُ ﻧُﻄۡﻔَﺔً۬ ﻓِﻰ
ﻗَﺮَﺍﺭٍ۬ ﻣَّﻜِﻴﻦٍ۬ ﺛُﻢَّ ﺧَﻠَﻘۡﻨَﺎ ﭐﻟﻨُّﻄۡﻔَﺔَ ﻋَﻠَﻘَﺔً۬ ﻓَﺨَﻠَﻘۡﻨَﺎ ﭐﻟۡﻌَﻠَﻘَﺔَ ﻣُﻀۡﻐَﺔً۬
ﻓَﺨَﻠَﻘۡﻨَﺎ ﭐﻟۡﻤُﻀۡﻐَﺔَ ﻋِﻈَـٰﻤً۬ﺎ ﻓَﻜَﺴَﻮۡﻧَﺎ ﭐﻟۡﻌِﻈَـٰﻢَ ﻟَﺤۡﻤً۬ﺎ ﺛُﻢَّ ﺃَﻧﺸَﺄۡﻧَـٰﻪُ ﺧَﻠۡﻘًﺎ
ﺀَﺍﺧَﺮَۚ ﻓَﺘَﺒَﺎﺭَﻙَ ﭐﻟﻠَّﻪُ ﺃَﺣۡﺴَﻦُ ﭐﻟۡﺨَـٰﻠِﻘِﻴﻦَ ﺛُﻢَّ ﺇِﻧَّﻜُﻢ ﺑَﻌۡﺪَ ﺫَٲﻟِﻚَ
ﻟَﻤَﻴِّﺘُﻮﻥَ ﺛُﻢَّ ﺇِﻧَّﻜُﻢۡ ﻳَﻮۡﻡَ ﭐﻟۡﻘِﻴَـٰﻤَﺔِ ﺗُﺒۡﻌَﺜُﻮﻥَ
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dari suatu *saripati [berasal] dari tanah.* (12)
Kemudian Kami jadikan saripati itu *air mani* [yang
disimpan] dalam tempat yang kokoh [rahim]. (13)
Kemudian air mani itu Kami jadikan *segumpal darah*, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
*segumpal daging,* dan segumpal daging itu Kami
jadikan *tulang belulang*, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. *Kemudian Kami*
jadikan dia makhluk yang [berbentuk] lain. Maka
Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (14)
Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu
sekalian benar-benar akan mati. (15) Kemudian,
sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan
[dari kuburmu] di hari kiamat. (16)” (al Mukmin: 12 sd 16)
ﺇِﻥَّ ﺃَﺣَﺪَﻛُﻢْ ﻳُﺠْﻤَﻊُ ﺧَﻠْﻘُﻪُ ﻓِﻰ ﺑَﻄْﻦِ ﺃُﻣِّﻪِ ﺃَﺭْﺑَﻌِﻴْﻦَ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﻧُﻄْﻔَﺔً
ﺛُﻢَّ ﻳَﻜُﻮْﻥُ ﻓِﻰ ﺫَﻟِﻚَ ﻋَﻠَﻘَﺔً ﻣِﺜْﻞَ ﺫَﻟِﻚَ ﺛُﻢَّ ﻳَﻜُﻮْﻥُ ﻣُﻀْﻐَﺔً ﻣِﺜْﻞَ
ﺫَﻟِﻚَ ﺛُﻢَّ ﻳُﺮْﺳَﻞُ ﺍﻟْﻤَﻠَﻚُ ﻓَﻴَﻨْﻔُﺦُ ﻓِﻴْﻪِ ﺍﻟﺮُّﻭْﺡُ ﻭَﻳُﺆْﻣَﺮُ ﺑِﺄَﺭْﺑَﻊَ
ﻛَﻠِﻤَﺎﺕٍ ﺑَﻜَﺘْﺐِ ﺭِﺯْﻗِﻪِ ﻭَﺃَﺟَﻠِﻪِ ﻭَﻋَﻤَﻠِﻪِ ﻭَﺷَﻘﻲٌّ ﺃَﻭْ ﺳَﻌِﻴْﺪٌ
Artinya: “Sesungguhnya penciptaan salah
seorang di antara kalian dihimpun di dalam
perut ibunya selama empat puluh hari
berupa air mani, kemudian menjadi
segumpal darah dalam waktu sama,
kemudian menjadi segumpal daging juga
dalam waktu yang sama. Setelah itu, malaikat
diutus untuk meniupkan roh ke dalamnya
dan diperintahkan untuk mencatat empat
perkara: mencatat rezekinya, ajalnya,
perbuatannya, dan celaka ataukah
bahagia.”(al Hadits)
Informasi tentang proses kejadian manusia menurut ayat dan hadits:
*1. sari pati tanah 2. air sperma 3. segumpal darah 4. segumpal daging 5. ditiupkan ruh 6.menjadi makhluk bentuk lain yaitu manusia*

*Alam Manusia yang disediakan oleh Allah swt*
1.Alam ruh
Hidup manusia dimulai dari alam ruh, waktu
dimana Allah mengumpulkan semua ruh manusia yang akan diturunkan kebumi. Kejadian ini dikisahkan dalam Al-Quran Surat Al-A’raf ayat 173:
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan
Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman):
“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
“Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-
orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”
2.Alam Rahim
Setelah ruh membuat kesaksian tentang Allah maka setelah itu satu persatu ruh akan dihembuskan
kedalam rahim seorang ibu, sebagaimana
dinyatakan dalam Al-Quran Surat Sajdah ayat 9:
“Kemudian dibentukNya (janin dalam rahim) dan
ditiupkan ke dalamnya sebagian dari ruhNya.”
3.Alam dunia
Setelah lahir ke dunia manusia mulai memasuki
tahap ketiga dari hidupnya. Manusia hidup di dunia
dengan keberagaman umur, ada yang hidup hanya beberapa saat, ada juga yang hidup puluhan tahun bahkan ada juga yang lebih dari 100 tahun.
4.Alam Kubur
Kematian seseorang adalah pemutus hubungan
manusia dengan kehidupan dunia. Selama dalam
kubur, hanya akan ada amal baik atau buruk yang
akan setia menemani hingga di alam kubur.
Kebaikan diyakini akan membawa kebahagian dan
ketentraman dialam kubur. Sebaliknya perbuatan
buruk diyakini akan membawa kesengsaraan
dialam kubur.
5.Hari Kiamat
Peristiwa kiamat atau hari kebangkitan dimulai
dengan tiupan sangkakala oleh malaikat Isrofil yang
diikuti hancurnya seluruh kehidupan di jagat raya.
Lalu tiupan sangkakala yang kedua semua mahluk
yang pertama hidup sampai hari kiamat, akan
dibangkitkan dan dikumpulkan di padang mahsyar,seperti yang Allah firmankan dalam Al-Quran surat Az-Zumar ayat 68:
“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa
yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang
dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu
sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri
menunggu (putusannya masing-masing).”
6.Hari Penghisaban (perhitungan amal)
Hari hisab adalah dimana setiap orang diadili,
ditimbang prbuatan baik dan buruknya dan tidak
ada satupun yang luput dari pemeriksaan. Orang
yang semasa hidupnya selalu berbuat baik akan
menerima raport kehidupannya dengan tangan sebelah kanan. Sedangkan orang yang selalu buruk maka ia akan menerima kitab raport dari arah belakang, sembari mengeluh dan berkeluh kesah. Susana tersebut dilukiskan dalam Al-Quran Surat Al-Insyiqaq ayat 7-12.
7.Hari Pembalasan
Setelah setiap manusia menerima raport, manusia
akan diperintahkan menempuh perjalanan menuju tempat yang kekal abadi, yang sudah disiapkan untuk sejak dahulu kala. Orang raport hijau dengan
mudah dapat melalui lembah neraka. Mereka
orang-orang baik ini akan sampai di surga abadi
dengan penuh kegembiraan disambut oleh penduduk surga dengan pesta meriah,hidup kekal selamanya disana. Sebalikya, orang-orang dengan raport merah akan terjatuh dan terpuruk dilembah neraka dan disiksa dengan siksaan yang amat pedih.

*Ikrar dan Ridha Manusia*
Untuk memantapkan diri sekaligus mengharapkan
ridha Allah Swt, Rasulullah Saw sangat menganjurkan
untuk berdzikir, di dalam sebuah hadits dari Abu
Salmah r.a khadim Nabi saw, sesungguhnya ia
berkata., “ Rasulullah Saw bersabda,” Barangsiapa
membaca pada waktu pagi dan pada sore hari,
*Radhitu billahi rabba),* wabil islami dina(n) wabi
Muhammadin nabiyyaw wa rasulaa(n).
Aku ridha Allah sebagai Rab ku, dan Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulku) wajiblah Allah meridhai dia (HR Abu Dawud, Turmuzi, Nasai dan al Hakim)

*Penyakit Hati Manusia*
Hati memiliki pengaruh yang besar
dalam menentukan perilaku
seseorang, jika hatinya baik, maka akan baik pula perilaku atau
amalannya. Oleh karena itu, kita
perlu mengetahui dan mengenal
macam-macam penyakit hati yang berbahaya.
“Orang-orang yang di dalam hati
mereka ada penyakit, maka dengan
surat itu bertambah kekafiran mereka,
disamping kekafirannya yang telah ada
dan mereka mati dalam keadaan
kafir.” [At Taubah: 125]

1. Sombong
Sombong adalah salah satu penyakit
hati yang di benci oleh Allah SWT,
seperti yang tersirat dalam surat Al- Qur’an berikut ini :
“Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka
Jahannam, sedang kamu kekal di
dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk
tempat bagi orang-orang yang
sombong .” [Al Mu’min: 76]

2. Hasud (Iri dan Dengki)
Orang yang iri dan dengki selalu merasa susah bila melihat orang lain
senang. Dan sebaliknya, ia akan merasa senang bila orang lain
kesusahan. Biasanya orang yang iri
dengki akan mencelakakan orang lain
dengan lisan, tulisan, dan
perbuatannya.
“Waspadalah terhadap hasud (iri dan dengki), sesungguhnya hasud mengikis pahala-pahala sebagaimana api
memakan kayu”. [HR. Abu Dawud]

3. Riya`
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekahmu dengan menyebut-
nyebutnya dan menyakiti (perasaan si
penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya
kepada manusia” [QS. Al-Baqarah:
264]
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang
yang shalat, yaitu orang-orang yang
lalai dari shalatnya, yang berbuat
karena riya” [Al Maa’uun 4-6]

4. Bakhil atau Kikir
Bakhil atau Kikir alias Pelit atau Medit merupakan salah satu penyakit hati
karena terlalu cinta pada harta sehingga tidak mau berbagi dan
bersedekah kepada orang lain.
“Dan adapun orang-orang yang bakhil
dan merasa dirinya cukup serta
mendustakan pahala terbaik, maka
kelak Kami akan menyiapkan baginya
(jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak
bermanfaat baginya apabila ia telah
binasa” [Al Lail 8-11]

5. ‘Ujub (Kagum akan diri sendiri)
Ini mirip dengan sombong. Kita merasa bangga atau kagum akan diri
kita sendiri. Padahal seharusnya kita
tahu bahwa semua nikmat yang kita dapat itu berasal dari Allah.
*Siapa yang mengenal dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya dan merasa bodoh*
*Semoga kita menyadari bahwa Allah swt menciptakan umat manusia untuk beribadah dan untuk saling mengenal... Kalian yang paling mulia jika bertaqwa.*
Semoga berguna... Aamiin
READ MORE - TAHU DIRI

MERAIH KEBAHAGIAAN


.Renungan Malam !!!
*Adakah Kebahagiaan*

ﻣَﻦْ ﻋَﻤِﻞَ ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ ﻣِﻦْ ﺫَﻛَﺮٍ ﺃَﻭْ ﺃُﻧْﺜَﻰ ﻭَﻫُﻮَ
ﻣُﺆْﻣِﻦٌ ﻓَﻠَﻨُﺤْﻴِﻴَﻨَّﻪُ ﺣَﻴَﺎﺓً ﻃَﻴِّﺒَﺔً
*“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh*,
baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan *beriman,* maka sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik.” (QS. An Nahl: 97)
ﻭَﺃَﻥِ ﺍﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻭﺍ ﺭَﺑَّﻜُﻢْ ﺛُﻢَّ ﺗُﻮﺑُﻮﺍ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻳُﻤَﺘِّﻌْﻜُﻢْ
ﻣَﺘَﺎﻋًﺎ ﺣَﺴَﻨًﺎ ﺇِﻟَﻰ ﺃَﺟَﻞٍ ﻣُﺴَﻤًّﻰ ﻭَﻳُﺆْﺕِ ﻛُﻞَّ ﺫِﻱ
ﻓَﻀْﻞٍ ﻓَﻀْﻠَﻪُ
“Dan hendaklah kamu *meminta ampun*
kepada Tuhanmu dan *bertobat* kepada-Nya.
(Jika kamu, mengerjakan yang demikian),
niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang
baik (terus menerus) kepadamu sampai
kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia
akan memberi kepada tiap-tiap orang yang
mempunyai keutamaan (balasan)
keutamaannya.” (QS. Huud: 3)
ﻗُﻞْ ﻳَﺎ ﻋِﺒَﺎﺩِ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺭَﺑَّﻜُﻢْ ﻟِﻠَّﺬِﻳﻦَ
ﺃَﺣْﺴَﻨُﻮﺍ ﻓِﻲ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺣَﺴَﻨَﺔٌ ﻭَﺃَﺭْﺽُ ﺍﻟﻠَّﻪِ
ﻭَﺍﺳِﻌَﺔٌ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻳُﻮَﻓَّﻰ ﺍﻟﺼَّﺎﺑِﺮُﻭﻥَ ﺃَﺟْﺮَﻫُﻢْ ﺑِﻐَﻴْﺮِ
ﺣِﺴَﺎﺏٍ
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang
beriman, *bertakwalah* kepada Tuhanmu”.
Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini
memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu
adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-
orang yang *bersabarlah* yang dicukupkan
pahala mereka tanpa batas .” (QS. Az
Zumar: 10)
Setiap orang pasti menginginkan hidup
bahagia. Namun banyak orang yang menempuh jalan yang salah dan keliru.
Sebagian menyangka bahwa kebahagiaan
adalah dengan memiliki mobil mewah,
Handphone sekelas Blackberry , memiliki
rumah real estate, dapat melakukan tur
wisata ke luar negeri, dan lain sebagainya.
Mereka menyangka bahwa inilah yang dinamakan hidup bahagia. Namun apakah betul seperti itu?

*Pesan Ayat tsb:*
1. Iman dan amal sholih
2. Mintak ampun dan bertaubat
3. Bertaqwa dan sabar
*Memaknai Bahagia*
1. Ibnu Manzhur mendefinisikan Kebahagiaan
( sa’adah ) dalam Lisanul Arab, kebahagiaan
merupakan lawan kata dari syaqawah (penderitaan).
2. Menurut Ibnu Sina, Kebahagiaan dan kesedihan jiwa pada hakikatnya ada di akirat.
3. Menurut Ibnu Tufail, Kebahagiaan yang sejati
adalah kebahagiaan di akhirat pada saat
berjumpa dengan Allah dan melihat wajah Allah.
4. Menurut Al-Farabi, Kebahagiaan adalah
sampainya manusia pada kesempurnaan yang
ada di akhirat.
5. Sedangkan Al-Razi berpendapat bahwa Kebahagiaan bukanlah kenikmatan indrawi saja karena hal itu tidak abadi, dan fokus pada hal-hal yang indrawi akan menyebabkan akal
menjadi kotor.
Al Hasan al-Bashri mengatakan, “Carilah
kenikmatan dan kebahagiaan dalam tiga hal, dalam sholat, berzikir dan membaca Al Quran, jika kalian dapatkan maka itulah yang diinginkan,
jika tidak kalian dapatkan dalam tiga hal itu maka
sadarilah bahwa pintu kebahagiaan sudah tertutup
bagimu.” Malik bin Dinar mengatakan, “Tidak ada
kelezatan selezat mengingat Allah.”

Imam Ibnul Qoyyim bercerita bahwa, “Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah mengatakan:
*Sesungguhnya
dalam dunia ini ada surga. Barang siapa belum
pernah memasukinya maka dia tidak akan memasuki surga diakhirat kelak.”

*Imam al-Ghazali* di dalam kitab Kimia Sa’adah
menjelaskan bahwa untuk mencapai bahagia,
Beliau menawarkan delapan point agar manusia mencapai kebahagiaan, yaitu sebagai berikut.
1. Pengertahuan tentang diri
2. Pengetahuan tentang Tuhan
3. Pengetahuan tentang dunia ini
4. Pengetahuan tentang akhirat
5. Tentang musik dan tarian sebagai
pembantu kehidupan keagamaan
6. Pemeriksaan diri (evaluasi diri) dan zikir
kepada Allah
7. Perkawinan Sebagai Pendorong atau
Penghalang Dalam Kehidupan Keagamaan
8. Cinta kepada Allah

*Ulama lain sebagai berikut meraih kebahagiaan dunia akhirat:*
1. memperbanyak dzikir kepada allah. [Ar-
Ra’d : 28].
2. mensyukuri berbagai ni’mat allah.
3. menyibukkan diri dengan melakukan suatu
pekerjaan atau mengkaji suatu ilmu yang
bermanfaat.
4. pandanglah kebawah, anda akan melihat
besarnya ni’mat allah. Sebaimana sabda
Nabi saw: “Pandanglah orang yang lebih
bawah darimu (dalam hal materi), dan
jangan kamu pandang orang yang lebih
atas darimu. Hal itu lebih cocok bagimu,
agar kamu tidak merendahkan ni’mat Allah
yang dikaruniakanNya kepadamu”. (al-
Hadist)
5. percaya penuh kepada allah, tidak takluk
kepada bayangan buruk.
*Semoga kita tergolong orang orang beriman,beramal sholih,banyak berdzikir dan istqomah beragama... Aamiin.*
READ MORE - MERAIH KEBAHAGIAAN

KARAKTER ORANG BERTAQWA


.Renungan Siang !!!
*Potret Orang Bertaqwa*

ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺣَﻖَّ ﺗُﻘَﺎﺗِﻪِ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻤُﻮﺗُﻦَّ ﺇِﻟَّﺎ ﻭَﺃَﻧْﺘُﻢْ
ﻣُﺴْﻠِﻤُﻮﻥَ
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam." (QS. Ali Imran: 102)
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﺫَﺭّ ﺟُﻨْﺪُﺏْ ﺑْﻦِ ﺟُﻨَﺎﺩَﺓَ ﻭَﺃَﺑِﻲ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﻣُﻌَﺎﺫ ﺑْﻦ ﺟَﺒَﻞٍ
ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻬُﻤَﺎ ﻋَﻦْ ﺭَﺳُﻮْﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ،
" ﺍﺗَّﻖِ ﺍﻟﻠﻪَ ﺣَﻴْﺜُﻤَﺎ ﻛُﻨْﺖَ، ﻭَﺃَﺗْﺒِﻊِ ﺍﻟﺴَّﻴِّﺌَﺔَ ﺍﻟْﺤَﺴَﻨَﺔَ ﺗَﻤْﺤُﻬَﺎ، ﻭَﺧَﺎﻟِﻖِ
ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﺑِﺨُﻠُﻖٍ ﺣَﺴَﻦٍ " - ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭﻗﺎﻝ ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ ﻭﻓﻲ
ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻨﺴﺦ ﺣﺴﻦ ﺻﺤﻴﺢ
Rasulullah SAW bersabda: "Bertaqwalah kepada Allah
dimanapun kamu berada dan susullah kejahatan
dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan
menghapusnya. Dan pergaulihah manusia dengan
akhak terpuji.’ (HR. Turmudzi dan ia berkata, ‘Ini adalah hadits hasan’ dan di sebagian kitab disebutkan sebagai hadits hasan shahih).
*Memaknai Taqwa*
1.Imam an Nawawi rahimahullah berkata bahwa takwa
adalah istilah tentang melaksanakan segala kewajiban
dan meninggalkan segala larangan.
2.Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyebutkan bahwa
takwa artinya melakukan perintah dan meninggalkan
larangan.
3.Thuluq ibnu Habib rahimahullah berkata tentang takwa,
“engkau melaksanakan ketaatan (melaksanakan
perintah), di atas cahaya dari Allah (ilmu), dengan
berharap pahala dari Allah. Dan engkau meninggalkan
maksiat terhadap Allah, di atas cahaya Allah dari
Allah, karena takut terhadap hukuman Allah.”
4.Imam Ali bin Abi Thalib radliyallah ‘anhu berkata,
“takwa adalah al Khaufu minal Jalil (takut kepada Allah yang Mahaagung), al ‘Amal bil Tanziili (mengamalkan
al Qur’an dan al Sunnah), al Ridla bil Qalil (ridla atas
pembagian rizki yang sedikit), dan al isti’dad liyaum al Rahiil (mempersiapkan diri untuk perjalanan di akhriat).”
*Karakteristik Orang Bertaqwa*
1. Beriman kepada yang Ghaib, Mendirikan shalat, dan berinfaq
ﭐﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳُﺆۡﻣِﻨُﻮﻥَ ﺑِﭑﻟۡﻐَﻴۡﺐِ ﻭَﻳُﻘِﻴﻤُﻮﻥَ ﭐﻟﺼَّﻠَﻮٰﺓَ ﻭَﻣِﻤَّﺎ ﺭَﺯَﻗۡﻨَـٰﻬُﻢۡ ﻳُﻨﻔِﻘُﻮﻥَ
[yaitu] mereka yang beriman kepada yang ghaib yang
mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, [Q.S. al- Baqarah: 3].
2. Berinfaq di waktu lapang atau sempit, menahan
amarah, dan pemaaf.
ﭐﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳُﻨﻔِﻘُﻮﻥَ ﻓِﻰ ﭐﻟﺴَّﺮَّﺍٓﺀِ ﻭَﭐﻟﻀَّﺮَّﺍٓﺀِ ﻭَﭐﻟۡڪَـٰﻈِﻤِﻴﻦَ ﭐﻟۡﻐَﻴۡﻆَ ﻭَﭐﻟۡﻌَﺎﻓِﻴﻦَ
ﻋَﻦِ ﭐﻟﻨَّﺎﺱِۗ ﻭَﭐﻟﻠَّﻪُ ﻳُﺤِﺐُّ ﭐﻟۡﻤُﺤۡﺴِﻨِﻴﻦَ
[yaitu] orang-orang yang menafkahkan [hartanya], baik
di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan mema’afkan [kesalahan]
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan. (Q.S. Ali-Imran : 134)
3. Selalu berbuat kebajikan.
ﻭَﻣَﺎ ﻳَﻔۡﻌَﻠُﻮﺍْ ﻣِﻦۡ ﺧَﻴۡﺮٍ۬ ﻓَﻠَﻦ ﻳُڪۡﻔَﺮُﻭﻩُۗ ﻭَﭐﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠِﻴﻢُۢ ﺑِﭑﻟۡﻤُﺘَّﻘِﻴﻦَ
Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak dihalangi [menerima pahala] nya; dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Ali Imran:115).
4. Bersegera kepada ampunan Allah .
ﻭَﺳَﺎﺭِﻋُﻮٓﺍْ ﺇِﻟَﻰٰ ﻣَﻐۡﻔِﺮَﺓٍ۬ ﻣِّﻦ ﺭَّﺑِّڪُﻢۡ ﻭَﺟَﻨَّﺔٍ ﻋَﺮۡﺿُﻬَﺎ ﭐﻟﺴَّﻤَـٰﻮَٲﺕُ ﻭَﭐﻟۡﺄَﺭۡﺽُ
ﺃُﻋِﺪَّﺕۡ ﻟِﻠۡﻤُﺘَّﻘِﻴﻦَ
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu
dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
(Q.S. Ali Imran: 133)
5. Selalu mengingat Allah dan memohon ampun atas
dosa-dosanya.
ﻭَﭐﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺇِﺫَﺍ ﻓَﻌَﻠُﻮﺍْ ﻓَـٰﺤِﺸَﺔً ﺃَﻭۡ ﻇَﻠَﻤُﻮٓﺍْ ﺃَﻧﻔُﺴَﮩُﻢۡ ﺫَﻛَﺮُﻭﺍْ ﭐﻟﻠَّﻪَ
ﻓَﭑﺳۡﺘَﻐۡﻔَﺮُﻭﺍْ ﻟِﺬُﻧُﻮﺑِﻬِﻢۡ ﻭَﻣَﻦ ﻳَﻐۡﻔِﺮُ ﭐﻟﺬُّﻧُﻮﺏَ ﺇِﻟَّﺎ ﭐﻟﻠَّﻪُ ﻭَﻟَﻢۡ ﻳُﺼِﺮُّﻭﺍْ ﻋَﻠَﻰٰ
ﻣَﺎ ﻓَﻌَﻠُﻮﺍْ ﻭَﻫُﻢۡ ﻳَﻌۡﻠَﻤُﻮﻥَ
Dan [juga] orang-orang yang apabila mengerjakan
perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri , mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-
dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni
dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka
mengetahui . (Q.S.Ali-Imran: 135).
6. Bersabar saat diuji harta dan dirinya.
ﻟَﺘُﺒۡﻠَﻮُﻥَّ ﻓِﻰٓ ﺃَﻣۡﻮَٲﻟِڪُﻢۡ ﻭَﺃَﻧﻔُﺴِڪُﻢۡ ﻭَﻟَﺘَﺴۡﻤَﻌُﻦَّ ﻣِﻦَ ﭐﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺃُﻭﺗُﻮﺍْ
ﭐﻟۡﻜِﺘَـٰﺐَ ﻣِﻦ ﻗَﺒۡﻠِڪُﻢۡ ﻭَﻣِﻦَ ﭐﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺃَﺷۡﺮَﻛُﻮٓﺍْ ﺃَﺫً۬ﻯ ﻛَﺜِﻴﺮً۬ﺍۚ ﻭَﺇِﻥ ﺗَﺼۡﺒِﺮُﻭﺍْ
ﻭَ ﺗَﺘَّﻘُﻮﺍْ ﻓَﺈِﻥَّ ﺫَٲﻟِﻚَ ﻣِﻦۡ ﻋَﺰۡﻡِ ﭐﻟۡﺄُﻣُﻮﺭِ
Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan [juga] kamu sungguh-sungguh akan
mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan
Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya
yang demikian itu termasuk urusan yang patut
diutamakan . (Q.S. Ali Imran: 186).
7. Menyebarkan da'wah .
ﻭَﻣَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﭐﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﺘَّﻘُﻮﻥَ ﻣِﻦۡ ﺣِﺴَﺎﺑِﻬِﻢ ﻣِّﻦ ﺷَﻰۡﺀٍ۬ ﻭَﻟَـٰڪِﻦ ﺫِڪۡﺮَﻯٰ
ﻟَﻌَﻠَّﻬُﻢۡ ﻳَﺘَّﻘُﻮﻥَ
Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikitpun atas
orang-orang yang bertakwa terhadap dosa mereka; akan tetapi [kewajiban mereka ialah] mengingatkan agar
mereka bertakwa. (Q.S. al-An'm: 69).
8. Tidak sombong dan tidak berbuat kerusakan
ﺗِﻠۡﻚَ ﭐﻟﺪَّﺍﺭُ ﭐﻟۡﺄَﺧِﺮَﺓُ ﻧَﺠۡﻌَﻠُﻬَﺎ ﻟِﻠَّﺬِﻳﻦَ ﻟَﺎ ﻳُﺮِﻳﺪُﻭﻥَ ﻋُﻠُﻮًّ۬ﺍ ﻓِﻰ ﭐﻟۡﺄَﺭۡﺽِ ﻭَﻟَﺎ
ﻓَﺴَﺎﺩً۬ﺍۚ ﻭَﭐﻟۡﻌَـٰﻘِﺒَﺔُ ﻟِﻠۡﻤُﺘَّﻘِﻴﻦَ
Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang
yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di [muka] bumi. Dan kesudahan [yang baik]
itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa . (Q.S. al- Qashash: 83).
9. Muslimah hendaklah menjaga pandangan dan kata- kata dalam berbicara.
ﻳَـٰﻨِﺴَﺎٓﺀَ ﭐﻟﻨَّﺒِﻰِّ ﻟَﺴۡﺘُﻦَّ ڪَﺄَﺣَﺪٍ۬ ﻣِّﻦَ ﭐﻟﻨِّﺴَﺎٓﺀِۚ ﺇِﻥِ ﭐﺗَّﻘَﻴۡﺘُﻦَّ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﺨۡﻀَﻌۡﻦَ
ﺑِﭑﻟۡﻘَﻮۡﻝِ ﻓَﻴَﻄۡﻤَﻊَ ﭐﻟَّﺬِﻯ ﻓِﻰ ﻗَﻠۡﺒِﻪِۦ ﻣَﺮَﺽٌ۬ ﻭَﻗُﻠۡﻦَ ﻗَﻮۡﻻً۬ ﻣَّﻌۡﺮُﻭﻓً۬ﺎ
Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti
wanita yang lain, jika kamu bertakwa . Maka janganlah
kamu tunduk dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik , (Q.S. al-Ahzab: 32).
10. Selalu mengambil pelajaran dari al-Qur'an.
ﻭَﺇِﻧَّﻪُ ۥ ﻟَﺘَﺬۡﻛِﺮَﺓٌ۬ ﻟِّﻠۡﻤُﺘَّﻘِﻴﻦَ
Dan sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Q.S. al- Haaqqa: 48).
*Balasan Orang Bertaqwa*
ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﺘَّﻖِ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳَﺠْﻌَﻞْ ﻟَﻪُ ﻣَﺨْﺮَﺟًﺎ ﻭَﻳَﺮْﺯُﻗْﻪُ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﻟَﺎ ﻳَﺤْﺘَﺴِﺐُ
ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﺘَﻮَﻛَّﻞْ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻓَﻬُﻮَ ﺣَﺴْﺒُﻪُ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺑَﺎﻟِﻎُ ﺃَﻣْﺮِﻩِ ﻗَﺪْ ﺟَﻌَﻞَ
ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟِﻜُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪْﺭًﺍ
"Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya
Dia akan mengadakan *baginya jalan ke luar*. Dan
memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-
sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)
nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah
mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. Al-Thalaq: 2-3)
ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﺘَّﻖِ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳَﺠْﻌَﻞْ ﻟَﻪُ ﻣِﻦْ ﺃَﻣْﺮِﻩِ ﻳُﺴْﺮًﺍ
"Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah
niscaya Allah menjadikan *baginya kemudahan* dalam urusannya." (QS. Al-Thalaq: 4)
ﻭَﻗِﻴﻞَ ﻟِﻠَّﺬِﻳﻦَ ﺍﺗَّﻘَﻮْﺍْ ﻣَﺎﺫَﺍ ﺃَﻧﺰَﻝَ ﺭَﺑُّﻜُﻢْ ﻗَﺎﻟُﻮﺍْ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻟِّﻠَّﺬِﻳﻦَ ﺃَﺣْﺴَﻨُﻮﺍْ
ﻓِﻲ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺣَﺴَﻨَﺔٌ ﻭَﻟَﺪَﺍﺭُ ﺍﻵﺧِﺮَﺓِ ﺧَﻴْﺮٌ ﻭَﻟَﻨِﻌْﻢَ ﺩَﺍﺭُ ﺍﻟْﻤُﺘَّﻘِﻴﻦَ
Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa:
“Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?”
Mereka menjawab: “(Allah telah menurunkan)
*kebaikan”*. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya
kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa (QS An-Nahl 16:30)
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﻗَﺎﻝَ ﺳُﺌِﻞَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ
ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻋَﻦْ ﺃَﻛْﺜَﺮِ ﻣَﺎ ﻳُﺪْﺧِﻞُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺗَﻘْﻮَﻯ ﺍﻟﻠَّﻪِ
ﻭَﺣُﺴْﻦُ ﺍﻟْﺨُﻠُﻖِ ﻭَﺳُﺌِﻞَ ﻋَﻦْ ﺃَﻛْﺜَﺮِ ﻣَﺎ ﻳُﺪْﺧِﻞُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭَ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺍﻟْﻔَﻢُ
ﻭَﺍﻟْﻔَﺮْﺝُ - ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW ditanya tentang hal apakah yang paling banyak
memasukkan orang ke *dalam surga?* Beliau menjawab,
‘Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.’ Lalu
beliau ditanya tentang hal apakah yang paling banyak
memasukkan orang ke dalam neraka? Beliau
menjawab, ‘Lisan dan kemaluan.’ (HR. Turmudzi)
ﺍِﺗَّﻘُﻮْﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﺻَﻠُّﻮْﺍ ﺧَﻤْﺴَﻜُﻢْ، ﻭَﺻُﻮْﻣُﻮْﺍ ﺷَﻬْﺮَﻛُﻢْ، ﻭَﺃَﺩَّﻭْﺍ ﺯَﻛَﺎﺓَ
ﺃَﻣْﻮَﺍﻟِﻜُﻢْ، ﻭَﺃَﻃِﻴْﻌُﻮﺍ ﺃُﻣَﺮَﺍﺀَﻛُﻢْ، ﺗَﺪْﺧُﻠُﻮْﺍ ﺟَﻨَّﺔَ ﺭَﺑِّﻜُﻢْ
”Bertaqwalah kalian kepada Allah, shalatlah yang lima
waktu, puasalah di bulan kalian, tunaikan zakat harta
kalian, dan taatilah pemimpin kalian, niscaya kalian *akan memasuki surga* Tuhan kalian.” (Tirmidzi di Kitab
Shalat, hadits hasan shahih).
*Ketaqwaan Kepada Allah swt Pembuka Rezki*
Dalam menafsirkan ayat diatas, *Imam Al-Qurthubi*
mengatakan, “Dan sejenis dengan ayat ini adalah
firman Allah.
ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﺘَّﻖِ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳَﺠْﻌَﻞْ ﻟَﻪُ ﻣَﺨْﺮَﺟًﺎ ﴿٢﴾ﻭَﻳَﺮْﺯُﻗْﻪُ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﻟَﺎ
ﻳَﺤْﺘَﺴِﺐُ
“Barangsiapa bertawa kepada Allah, niscaya Dia
akan mengadakan baginya jalan keluar dan
*memberinya rizki* dari arah yang tiada disangka-
sangkanya” [At-Thalaq/65 : 2-3]
ﻭَﺃَﻥْ ﻟَﻮِ ﺍﺳْﺘَﻘَﺎﻣُﻮﺍ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻄَّﺮِﻳﻘَﺔِ ﻟَﺄَﺳْﻘَﻴْﻨَﺎﻫُﻢْ ﻣَﺎﺀً ﻏَﺪَﻗًﺎ
“Dan bahwasanya jika mereka tetap berjalan di
atas jalan itu (agama Islam), banar-benar Kami
*akan memberi minum* kepada mereka air yang
segar (rizki yang banyak)” [Al-Jin /72: 16]
ﻭَﻟَﻮْ ﺃَﻥَّ ﺃَﻫْﻞَ ﺍﻟْﻘُﺮَﻯٰ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻭَﺍﺗَّﻘَﻮْﺍ ﻟَﻔَﺘَﺤْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﺑَﺮَﻛَﺎﺕٍ ﻣِﻦَ
ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka *berbagai keberkahan* dari langit dan bumi” [Al-A’raf /7: 96]
Sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat di atas,
Allah menjadikan ketaqwaan di antara sebab- sebab rizki dan *menjanjikan untuk menambahnya*
bagi orang yang bersyukur, Allah berfirman.
ﻟَﺌِﻦْ ﺷَﻜَﺮْﺗُﻢْ ﻟَﺄَﺯِﻳﺪَﻧَّﻜُﻢْ
“Jika kalian bersyukur, niscaya Aku tambahkan
nikmatKu atasmu” [Ibrahim/14 : 7]
ﺍَﻟَّﻠﻬُﻢَّ ﺇِﻧِّﻲ ﺃَﺳْﺄَﻟُﻚَ ﺍﻟْﻬُﺪَﻯ ﻭَﺍﻟﺘُّﻘَﻰ ﻭَﺍﻟْﻌَﻔَﺎﻑَ ﻭَﺍﻟْﻐِﻨَﻰ
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk,
ketaqwaan, keterjagaan / iffah , dan kekayaan.” (Muslim).
*Semoga kita tergolong orang orang bertaqwa awal akhir... Aamiin.*
READ MORE - KARAKTER ORANG BERTAQWA

MEMILIH PEMIMPIN


24.Seputar Memilih Pemimpin

ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍْ ﻻَ ﺗَﺘَّﺨِﺬُﻭﺍْ ﺍﻟْﻴَﻬُﻮﺩَ
ﻭَﺍﻟﻨَّﺼَﺎﺭَﻯ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺀ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺀ ﺑَﻌْﺾٍ
ﻭَﻣَﻦ ﻳَﺘَﻮَﻟَّﻬُﻢ ﻣِّﻨﻜُﻢْ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠّﻪَ ﻻَ
ﻳَﻬْﺪِﻱ ﺍﻟْﻘَﻮْﻡَ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu);
sebahagian mereka adalah pemimpin bagi
sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara
kamu mengambil mereka menjadi pemimpin,
maka sesungguhnya orang itu termasuk
golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang
zalim.” (QS. Al Maidah: 51)
Dalam ayat lain disebutkan,
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻟَﺎ ﺗَﺘَّﺨِﺬُﻭﺍ ﻋَﺪُﻭِّﻱ
ﻭَﻋَﺪُﻭَّﻛُﻢْ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺀ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu
menjadi teman-teman setia. ” (QS AlMumtahanah: 1)
Maksud orang orang beriman adalah mereka yang menjadikan Allah sebagai Tuhannya,membenarkan apa yang diwahyukan kepada baginda Rasulullah saw yaitu alquran juga membenarkan apa yang didatangkan beliau dan mengamalkan syariat Islam.
Mereka menerima dan mengimani rukun islam yaitu beriman kepada Allah,malaikatNya,kitab kitabNya,Rasul RasulNya,hari kiamat dan beriman kepada qadha` baik dan buruknya. Juga mereka menerima dan mengamalkannya rukun islam serta mereka berakhlak mulia.
Allah swt melarang keras  kepada hambaNya yang beriman memilih dan mengangkat orang orang non muslim menjadi pemimpin. *Mengapa ?*
*Definisi Pemimpin*
Banyak definisi pemimpin yang sering dipakai di dalam kehidupan sehari-hari. Jika merujuk pada ayat-ayat yang berbicara tentang larangan memilih pemimpin kafir/non Muslim, kata pemimpin yang digunakan dalam ayat-ayat tersebut merujuk pada pengertian seseorang yang memegang dan menguasai suatu wilayah kaum Muslimin. Dengan kata lain pemimpin yang dimaksud di sini bermakna pemimpin yang kekuasaannya bersifat kewilayahan dan memiliki wewenang penuh atas wilayah kaum Muslimin secara
penuh.

*Dalil-dalil al-Quran*
Berikut  ini    ayat- ayat  al-Quran yang menunjukkan
dengan jelas larangan memilih pemimpin non Muslim bagi wilayah yang mayoritas penduduknya Muslim.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman yang artinya:
Pertama;
ﻻَّ ﻳَﺘَّﺨِﺬِ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮِﻳﻦَ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺀ ﻣِﻦ ﺩُﻭْﻥِ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﻣَﻦ
ﻳَﻔْﻌَﻞْ ﺫَﻟِﻚَ ﻓَﻠَﻴْﺲَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠّﻪِ ﻓِﻲ ﺷَﻲْﺀٍ ﺇِﻻَّ ﺃَﻥ ﺗَﺘَّﻘُﻮﺍْ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﺗُﻘَﺎﺓً
ﻭَﻳُﺤَﺬِّﺭُﻛُﻢُ ﺍﻟﻠّﻪُ ﻧَﻔْﺴَﻪُ ﻭَﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠّﻪِ ﺍﻟْﻤَﺼِﻴﺮُ
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil  orang-
orang kafir  menjadi WALI (waly) pemimpin, teman
setia, pelindung) dengan meninggalkan orang-orang
mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya
lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena
(siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari
mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri
(siksa)-Nya, dan hanya kepada Allah kamu kembali.”
(QS: Ali Imron [3]: 28)
*Orang mukmin jika menjadikan non muslim jadi kekasih/teman akrab atau pelindung atau pemimpin maka ia melepas diri dari pertolongan Allah*
Kedua;
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍْ ﻻَ ﺗَﺘَّﺨِﺬُﻭﺍْ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮِﻳﻦَ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺀ ﻣِﻦ ﺩُﻭﻥِ
ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﺃَﺗُﺮِﻳﺪُﻭﻥَ ﺃَﻥ ﺗَﺠْﻌَﻠُﻮﺍْ ﻟِﻠّﻪِ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺳُﻠْﻄَﺎﻧﺎً ﻣُّﺒِﻴﻨﺎً
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil orang-orang kafir menjadi WALI (pemimpin)
dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah kami ingin mengadakan alasan yang nyata bagi Allah
(untuk menyiksamu)?” (QS: An Nisa’ [4]: 144)
*Orang mukmin tidak boleh meninggalkan orang beriman sebagai pemimpin dengan memilih mereka yang non muslim*
Ketiga;
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍْ ﻻَ ﺗَﺘَّﺨِﺬُﻭﺍْ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺍﺗَّﺨَﺬُﻭﺍْ ﺩِﻳﻨَﻜُﻢْ ﻫُﺰُﻭﺍً ﻭَﻟَﻌِﺒﺎً
ﻣِّﻦَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺃُﻭﺗُﻮﺍْ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏَ ﻣِﻦ ﻗَﺒْﻠِﻜُﻢْ ﻭَﺍﻟْﻜُﻔَّﺎﺭَ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺀ ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﺍْ ﺍﻟﻠّﻪَ
ﺇِﻥ ﻛُﻨﺘُﻢ ﻣُّﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ
“Hai orang-orang yang beriman,  janganlah kamu
mengambil orang-orang  yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang- orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik)  sebagai WALI
(pemimpinmu). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.” (QS: Al-Ma’aidah [5]: 57)
*Mereka non muslim menjadikan agama Islam sebagai bahan ejekan dan permainan*
Keempat;
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍْ ﻻَ ﺗَﺘَّﺨِﺬُﻭﺍْ ﺁﺑَﺎﺀﻛُﻢْ ﻭَﺇِﺧْﻮَﺍﻧَﻜُﻢْ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺀ ﺇَﻥِ
ﺍﺳْﺘَﺤَﺒُّﻮﺍْ ﺍﻟْﻜُﻔْﺮَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻹِﻳﻤَﺎﻥِ ﻭَﻣَﻦ ﻳَﺘَﻮَﻟَّﻬُﻢ ﻣِّﻨﻜُﻢْ ﻓَﺄُﻭْﻟَـﺌِﻚَ ﻫُﻢُ
ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤُﻮﻥَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan
bapak-bapak dan saudara- saudaramu menjadi
WALI (pemimpin/pelindung) jika mereka lebih
mengutamakan kekafiran atas keimanan, dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka WALI, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS: At-Taubah [9]: 23)
*Mereka non muslim lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan*

*Makna Wali*
Dari beberapa ayat di atas, Allah Subhanahu Wata’ala
menggunakan pilihan kata pemimpin dengan kata
WALI. Padahal ada begitu banyak padanan kata
pemimpin dalam bahasa arab selain kata wali.
Misalnya kata Aamir, Raa’in, Haakim, Qowwam,
Sayyid dsb. Mengapa Allah gunakan pilihan kata
pemimpin dalam tersebut dengan kata WALI?
*Jawabnya adalah karena barangkali secara bahasa,*
kata Waliy (WALI) ini memiliki akar kata yang sama dengan kata wilaayatan (wilayah/daerah). Karena itu,
penggunakan kata waliy dalam berbagai ayat di atas mengindikasikan bahwa definisi pemimpin yang dimaksud ayat-ayat di atas adalah pemimpin yang bersifat kewilayahan. Dengan kata lain, non Muslim yang dilarang umat Islam memilihnya menjadi
pemimpin adalah pemimpin yang menguasai suatu
wilayah milik kaum Muslimin.
Dari penjelasan ini maka batasan pemimpin non
Muslim (kafir) yang seorang Muslim haram memilihnya
adalah yang bersifat memangku/menguasai wilayah kaum Muslimin. Semisal lurah, camat, bupati, gubernur
maupun presiden.
*Syarat Kriteria Pemimpin*
Sifat-sifat pokok seorang pemimpin tersebut sejalan
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Al-Mubarak seperti dikutip Hafidhuddin (2002), yakni ada empat syarat untuk menjadi pemimpin:

*Pertama, memiliki*
aqidah yang benar (aqidah salimah). *Kedua, memiliki*
ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas (`ilmun
wasi`un). *Ketiga, memiliki* akhlak yang mulia
(akhlaqulkarimah). *Keempat, memiliki* kecakapan manajerial dan administratif dalam mengatur urusan-
urusan duniawi.
*Rakyat atau Pemimpin yang menentukan baik tidaknya suatu negara*
Rakyat yang baik maka Allah swt akan mengangkat pemimpin yang baik pula atau sebalik... Pemimpin yang baik akan memperbaiki dan mensejahterakan rakyatnya atau sebaliknya...
*Kaum muslimin yang benar-benar beriman kepada Allah dan beriman kepada Rasulullah saw dilarang keras* untuk memilih pemimpin yang tidak memiliki
kepedulian dengan urusan-urusan agama (akidahnya
lemah) atau seseorang yang menjadikan agama
sebagai bahan permainan/kepentingan tertentu. Sebab pertanggungjawaban atas pengangkatan seseorang
pemimpin akan dikembalikan kepada siapa yang mengangkatnya (masyarakat tersebut). Dengan kata lain
masyarakat harus selektif dalam memilih pemimpin dan hasil pilihan mereka adalah "cerminaan" siapa mereka. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi saw yang berbunyi:
"Sebagaimana keadaan kalian, demikian terangkat
pemimpin kalian".
*Mengapa Allah swt melarang orang orang beriman memilih non muslim sebagai pemimpin ???*
ﺇِﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻛَﻔَﺮُﻭﺍ ﻣِﻦْ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ
ﻭَﺍﻟْﻤُﺸْﺮِﻛِﻴﻦَ ﻓِﻲ ﻧَﺎﺭِ ﺟَﻬَﻨَّﻢَ ﺧَﺎﻟِﺪِﻳﻦَ ﻓِﻴﻬَﺎ
ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻫُﻢْ ﺷَﺮُّ ﺍﻟْﺒَﺮِﻳَّﺔِ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni
ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. *Mereka itu adalah*
seburuk-buruk makhluk." (QS. Al -Baiyinah)
*Semoga orang orang beriman memilih pemimpin yang muslim yang adil dan amanah serta cerdas... Aamiin.*
READ MORE - MEMILIH PEMIMPIN

SEPUTAR DOSA BESAR



*21.Seputar Dosa Besar*
ﺍِﺟْﺘَﻨِﺒُﻮﺍﺍﻟﺴَّﺒْﻊَ ﺍﻟْﻤُﻮْ ﺑِﻘَﺎﺕِ ﺍَﻟﺸِّﺮْﻙُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟﺴِّﺤْﺮُ ﻭَﻗَﺘْﻞُ ﺍﻟﻨَّﻔْﺲِ ﺍﻟَّﺘِﻰْ
ﺣَﺮَّﻡَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺍِﻻَّ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖِّ ﻭَﺍٰﻛِﻞُ ﺍﻟﺮِّﺑَﺎ ﻭَﺍٰﻛِﻞُ ﻣَﺎﻝِ ﺍﻟْﻴَﺘِﻴْﻢِ ﻭَﺍﻟﺘَّﻮَ ﻟِّﻰ ﻳَﻮْﻡَ
ﺍﻟﺰَّﺣْﻒِ ﻭَﻗَﺬْ ﻑَ ﺍﻟْﻤُﺤْﺼَﻨَﺎ ﺕِ ﺍﻟْﻐَﺎ ﻓِﻼَ ﺕِ ﺍﻟْﻤُﺆْ ﻣِﻨَﺎ ﺕِ . ﴿ ﺭﻭﺍﻩ
ﺍﻟﺒﺨﺎﺭ ﻯ ﻭ ﻣﺴﻠﻢ . ﴾
Artinya :
Jauhilah tujuh macam dosa yang bertingkat - tingkat
(besar), diantaranya ialah :
1. Mempersekutukan Allah
2. Sihir
3. Membunuh diri yang diharamkan
Allah kecuali dengan hak.
4. Makan harta riba
5. Makan harta anak yatim
6. Lari dari peperangan
7. Menuduh wanita yang berimana yang tidah tahu menahu dengna perbuatan buruk dengan apa yang difitnakan kepadanya.
(HR Bukhari dan Muslim)
DOSA adalah tindakan yang melanggar norma atau aturan yang telah ditetapkan Allah. Apa sajakah yang termasuk 10 macam dosa besar menurut Al Quran disampeng yang lain ?
*1. Syirik (Menyekutukan Allah SWT).*
Tentang hal ini Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu,
bagi siapa yang dikehendaki-Nya,” (An Nisaa: 48).
Dan Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya orang
yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga,” (Al Maidah: 72).
*2. Berputus asa* dari mendapatkan rahmat Allah
SWT.
Tentang hal ini Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan
kaum yang kafir,” (Yusuf: 87).
*3. Merasa aman dari ancaman Allah SWT.*
Tentang hal ini Allah SWT berfirman: “Tiadalah yang
merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang
yang merugi,” (Al A’raaf: 99)
*4. Berbuat durhaka kepada kedua orang tua.*
Kareninaberbuat durhaka kepada kedua orang tuanya sebagai orang
yang jabbaar syaqiy ‘orang yang sombong lagicelaka’.
Tentang hal ini Allah SWT berfirman: “Dan berbakti
kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang
yang sombong lagi celaka,” (Maryam: 32).
*Kewajiban Shalat Lima Waktu*
Ibnu Qayyim Al Jauziyah –rahimahullah-
mengatakan, ”Kaum muslimin bersepakat bahwameninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja
adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya
lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta
mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.” (Ash
Sholah, hal. 7)
*Ancaman Mengabaikan Shalat*
Nisbah dosa yang diterima oleh orang yang
meninggalkan shalat adalah antara lain adalah
sebagai berikut:
*1. Jika satu kali meninggalkan shalat subuh*, maka
hukumannya adalah masuk neraka selama 30
tahun, sedangkan satu hari di neraka sama
dengan 60.000 tahun di dunia. Artinya satu kali
tidak melaksanakan salat subuh, maka kita
akan mendekam 60 ribu tahun di neraka.
*2. Meninggalkan satu kali salat zuhur,* sama
dosanya dengan dosa membunuh 1.000 umat
Islam
*3. Dosa satu kali meninggalkan shalat ashar* sama
dengan dosa meruntuhkan Ka’bah
*4. Dosa satu kali meninggalkan shalat maghrib*
sama dengan dosa berzina dengan ibunya (jika
laki-laki) atau berzina dengan ayahnya (jika
perempuan)
*5. Satu kali meninggalkan shalat isya*, tidak akan
di-ridhoi oleh Allah untuk tinggal di Bumi dan
akan didesak mencari bumi atau tempat hidup
yang lain.
*Bertaubat Nashuuha*
QS At-Tahrim :8
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ ﺗُﻮﺑُﻮﺍ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺗَﻮْﺑَﺔً ﻧَﺼُﻮﺣًﺎ ﻋَﺴَﻰ ﺭَﺑُّﻜُﻢْ
ﺃَﻥْ ﻳُﻜَﻔِّﺮَ ﻋَﻨْﻜُﻢْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺗِﻜُﻢْ ﻭَﻳُﺪْﺧِﻠَﻜُﻢْ ﺟَﻨَّﺎﺕٍ ﺗَﺠْﺮِﻱ ﻣِﻦْ ﺗَﺤْﺘِﻬَﺎ
ﺍﻟْﺄَﻧْﻬَﺎﺭُ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah
kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai.
QS Al-Baqarah 2:222
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّـﻪَ ﻳُﺤِﺐُّ ﺍﻟﺘَّﻮّٰﺑِﻴﻦَ ﻭَﻳُﺤِﺐُّ ﺍﻟْﻤُﺘَﻄَﻬِّﺮِﻳﻦَ
Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.
*Dosa Terhadap Allah swt*
*Imam Nawawi* dalam kitab Al-Adzkar 2/845
mengatakan bahwa ada 3 (tiga) syarat dalam
melaksanakan taubat nasuha atas dosa yang
dilakukan kepada Allah:
ﺍﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﻛﻞ ﻣﻦ ﺍﺭﺗﻜﺐ ﻣﻌﺼﻴﺔ ﻟﺰﻣﻪ ﺍﻟﻤﺒﺎﺩﺭﺓ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ ﻣﻨﻬﺎ
، ﻭﺍﻟﺘﻮﺑﺔ ﻣﻦ ﺣﻘﻮﻕ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻳﺸﺘﺮﻁ ﻓﻴﻬﺎ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﺷﻴﺎﺀ : ﺃﻥ
ﻳﻘﻠﻊ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﻌﺼﻴﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺎﻝ . ﻭﺃﻥ ﻳﻨﺪﻡ ﻋﻠﻰ ﻓﻌﻠﻬﺎ . ﻭﺃﻥ
ﻳﻌﺰﻡ ﺃﻻ ﻳﻌﻮﺩ ﺇﻟﻴﻬﺎ .
Ketahuilah bahwa setiap orang yang melaksanakan
dosa maka wajib baginya segera melakukan taubat
(nasuha). Adapun taubat dari dosa kepada Allah
(haqqullah) ada tiga syarat:
*Pertama, berhenti dari perbuatan dosa itu seketika itu juga.*
*Kedua, menyesali perbuatannya.*
*Ketiga, berniat tidak mengulangi lagi.*
Apabila tidak terpenuhi ketiga syarat di atas, maka
tidak sah taubatnya.
*Imam Nawawi* dalam kitab Al-Adzkar 2/845
menyatakan cara taubat dari dosa yang bersifat
haqqul adami atau pada manusia adalah sebagai
berikut:
*Pertama, meninggalkan perilaku dosa itu sendiri*
*Kedua, menyesali perbuatan maksiat yang telah dilakukan.*
*Ketiga, berniat tidak melakukannya lagi selamanya.*
*Keempat, membebaskan* diri dari hak manusia yang
dizalimi dg cara sbb:
(a) Apabila menyangkut harta dengan cara
mengembalikan harta tersebut;
(b) Apabila menyangkut non-materi seperti pernah
memfitnah, ngerasani (ghibah), dll maka hendaknya
meminta maaf kepada yang bersangkutan.
Kita harus banyak baca istighfar disamping shalat taubat dan juga berdoa kepada Allah swt,mintak ampun dan rahmatNya.
*Semoga taubat kita diterima olehNya dengan rahmatNya... Aamiin.*
READ MORE - SEPUTAR DOSA BESAR

HASAN AL-BASHRI




NASIHAT HASAN AL-BASHRI


Hasan al-Bashri adalah pembesar diantara ulama tabi’in menengah. Beliau wafat pada tahun 110 H dalam usia 88 tahun, sebagaimana disebutkan oleh Imam Ibnu Abdil Hadi rahimahullah (lihat Thabaqat ‘Ulama al-Hadits, Juz 1 hal. 140-142)

Abu Burdah berkata, “Tidaklah aku melihat orang yang lebih mirip dengan para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi dirinya.” (lihat Min A’lam as-Salaf, Juz 1 hal. 143),

Abu Ja’far Muhammad bin ‘Ali mengatakan, “Dia itulah -Hasan al-Bashri- orang yang ucapan-ucapannya mirip ucapan para nabi.” (lihat Min A’lam as-Salaf, Juz 1 hal. 144)
Guru-Guru Hasan al-Bashri
 
Berikut ini sebagian guru-guru Hasan al-Bashri:
1.    ‘Imran bin Hushain
2.    al-Mughirah bin Syu’bah
3.    Abu Bakrah
4.    an-Nu’man bin Basyir
5.    Ibnu ‘Abbas
6.    Ibnu ‘Umar
7.    Abdullah bin ‘Amr
8.    Abu Hurairah
9.    Anas bin Malik, dsb (lihat Min A’lam as-Salaf, Juz 1 hal. 150)

Sebagian Nasihat dan Mutiara Hikmah Hasan al-Bashri


[1] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Benar-benar ada dahulu seorang lelaki yang memilih waktu tertentu untuk menyendiri, menunaikan sholat dan menasehati keluarganya pada waktu itu, lalu dia berpesan: Jika ada orang yang mencariku, katakanlah kepadanya bahwa ‘dia sedang ada keperluan’.” (lihat al-Ikhlas wa an-Niyyah, hal.65)

[2] al-Hasan rahimahullah mengatakan, “Kalau bukan karena keberadaan para ulama niscaya keadaan umat manusia tidak ada bedanya dengan binatang.”
(lihat Mukhtashar Minhaj al-Qashidin, hal. 15)

[3] Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan, “Demi Allah! Tidaklah tegak urusan agama ini kecuali dengan adanya pemerintah, walaupun mereka berbuat aniaya dan bertindak zalim. Demi Allah! Apa-apa yang Allah perbaiki dengan keberadaan mereka jauh lebih banyak daripada apa-apa yang mereka rusak.” (lihat Da’aa’im Minhaj Nubuwwah, hal. 279)

[4] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Sungguh, apabila aku dijatuhkan dari langit ke permukaan bumi ini lebih aku sukai daripada mengatakan: Segala urusan berada di tanganku!” (lihat Aqwal Tabi’in fi Masa’il at-Tauhid wa al-Iman [1/134])

[5] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Barangsiapa mendustakan takdir sesungguhnya dia telah mendustakan al-Qur’an.” (lihat Aqwal Tabi’in fi Masa’il at-Tauhid wa al-Iman [1/138])

[6] Dikatakan kepada al-Hasan, “Wahai Abu Sa’id, apa yang harus kami lakukan? Kami berteman dengan orang-orang yang selalu menakut-nakuti kami sampai-sampai hati kami terbang melayang.” Maka beliau menjawab, “Demi Allah, sesungguhnya jika kamu bergaul dengan orang-orang yang selalu menakut-nakuti kamu sampai akhirnya kamu benar-benar merasakan keamanan; lebih baik daripada berteman dengan orang-orang yang selalu membuatmu merasa aman sampai akhirnya justru menyeretmu ke dalam keadaan yang menakutkan.” (lihat Aina Nahnu min Ha’ulaa’i, hal. 16)

[7] Ada yang berkata kepada al-Hasan, “Sebagian orang mengatakan: Barangsiapa mengucapkan laa ilaha illallah maka dia pasti masuk surga.”? Maka al-Hasan menjawab, “Barangsiapa yang mengucapkan laa ilaha illallah kemudian dia menunaikan konsekuensi dan kewajiban darinya maka dia pasti masuk surga.” (lihat Kitab at-Tauhid; Risalah Kalimat al-Ikhlas wa Tahqiq Ma’naha oleh Imam Ibnu Rajab rahimahullah, hal. 40)

[8] al-Hasan rahimahullah mengatakan, “Salah satu tanda bahwa Allah mulai berpaling dari seorang hamba adalah tatkala dijadikan dia tersibukkan dalam hal-hal yang tidak penting bagi dirinya.” (lihat ar-Risalah al-Mughniyah, hal. 62).

[9] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Sesungguhnya bisa jadi ada seorang yang senantiasa berjihad walaupun tidak pernah menyabetkan pedang -di medan perang- suatu hari pun.” (lihat Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim [6/264] cet. Dar Thaibah)

[10] al-Hasan rahimahullah menangis sejadi-jadinya, maka ditanyakan kepadanya, “Wahai Abu Sa’id, apa yang membuatmu menangis?”. Maka beliau menjawab, “Karena takut kalau Allah melemparkan aku ke dalam neraka dan tidak memperdulikan nasibku lagi.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 75)

[11] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Wahai anak Adam. Sesungguhnya engkau adalah kumpulan perjalanan hari. Setiap hari berlalu maka hilanglah sebagian dari dirimu.” (lihat Ma’alim fi Thariq Thalab al-‘Ilmi, hal. 35)

[12] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Sesungguhnya orang yang faqih itu adalah orang yang zuhud kepada dunia dan sangat memburu akhirat. Orang yang paham tentang agamanya dan senantiasa beribadah kepada Rabbnya. Orang yang berhati-hati sehingga menahan diri dari menodai kehormatan dan harga diri kaum muslimin. Orang yang menjaga kehormatan dirinya dari meminta harta mereka dan senantiasa mengharapkan kebaikan bagi mereka.” (lihat Mukhtashar Minhaj al-Qashidin, hal. 28)

[13] al-Hasan rahimahullah mengatakan, “Orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang menjauhi perkara-perkara yang diharamkan Allah kepada mereka dan menunaikan kewajiban yang diperintahkan kepada mereka.” (lihat Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, hal. 211)

[14] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Bukanlah iman itu dicapai semata-mata dengan menghiasi penampilan atau berangan-angan, akan tetapi iman adalah apa yang tertanam di dalam hati dan dibuktikan dengan amalan.” (lihat Aqwal at-Tabi’in fi Masa’il at-Tauhid wa al-Iman, hal. 1124)

[15] al-Hasan rahimahullah menafsirkan makna firman Allah ‘azza wa jalla (yang artinya), “Wahai Rabb kami berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat.” Beliau mengatakan, “Kebaikan di dunia adalah ilmu dan ibadah. Adapun kebaikan di akhirat adalah surga.” (lihat Akhlaq al-‘Ulama, hal. 40)

[16] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “al-Qur’an itu diturunkan untuk diamalkan, akan tetapi orang-orang justru membatasi amalan hanya dengan membacanya.” (lihat al-Muntaqa an-Nafis min Talbis Iblis, hal. 116)

[17] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Sesungguhnya orang yang benar-benar faqih/paham agama adalah yang senantiasa merasa takut kepada Allah ‘azza wa jalla.” (lihat al-Muntaqa an-Nafis min Talbis Iblis, hal. 136)

[18] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Tidaklah memahami agamanya orang yang tidak pandai menjaga lisannya.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i [2/84])

[19] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Sesungguhnya orang beriman bersangka baik kepada Rabbnya sehingga dia pun membaguskan amal, adapun orang munafik bersangka buruk kepada Rabbnya sehingga dia pun memperburuk amal.” (lihat Aqwal at-Tabi’in fi Masa’il at-Tauhid wa al-Iman, hal. 1157)

[20] Hasan al-Bashri rahimahullah menjelaskan tentang sifat orang-orang beriman yang disebutkan dalam firman Allah [QS. Al-Mu’minun: 60] yang memberikan apa yang bisa mereka berikan dalam keadaan hatinya merasa takut. Al-Hasan berkata, “Artinya, mereka melakukan segala bentuk amal kebajikan sementara mereka khawatir apabila hal itu belum bisa menyelamatkan diri mereka dari azab Rabb mereka ‘azza wa jalla.” (lihat Aqwal at-Tabi’in fi Masa’il at-Tauhid wa al-Iman, hal. 1160)

[21] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Sebagian orang enggan untuk mudaawamah [konsisten dalam beramal] . Demi Allah, bukanlah seorang mukmin yang hanya beramal selama sebulan atau dua bulan, setahun atau dua tahun. Tidak, demi Allah! Allah tidak menjadikan batas akhir beramal bagi seorang mukmin kecuali kematian.” (lihat Aqwal at-Tabi’in fi Masa’il at-Tauhid wa al-Iman, hal. 1160)

[22] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Iman yang sejati adalah keimanan orang yang merasa takut kepada Allah ‘azza wa jalla walaupun dia tidak melihat-Nya. Dia berharap terhadap kebaikan yang ditawarkan oleh Allah. Dan meninggalkan segala yang membuat murka Allah.” (lihat Aqwal at-Tabi’in fi Masa’il at-Tauhid wa al-Iman, hal. 1161)

[23] Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan, “Iman adalah ucapan. Dan tidak ada ucapan kecuali harus disertai dengan amalan. Tidak ada ucapan dan amalan kecuali harus dilandasi dengan niat. Tidak ada ucapan, amalan dan niat kecuali harus dilandasi dengan as-Sunnah.” Aqwal at-Tabi’in fi Masa’il at-Tauhid wa al-Iman, hal. 1153)

[24] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang tidak khawatir tertimpa kemunafikan maka dia adalah orang munafik.” (lihat Aqwal at-Tabi’in fi Masa’il at-Tauhid wa al-Iman, hal. 1218)

[25] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Seorang mukmin memadukan antara berbuat ihsan/kebaikan dengan merasa takut. Adapun orang kafir memadukan antara berbuat jelek/dosa dan merasa aman.”.” (lihat Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim [5/350] cet. Maktabah at-Taufiqiyah).
Sumber:http://faisalchoir.blogspot.co.id
Jakarta 29/9/2016
READ MORE - HASAN AL-BASHRI
 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman