Senin, 02 November 2015

IMANNYA ABU THALIB





KEIMANAN ABU THALIB ?

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
”Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum Kerabat (Nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam.” (QS. At-Taubah: 113).
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS. Al-Qashsas: 56)
من مات وهو يعلم أن لاإله إلاالله دخل الجنة
"Orang Yang Meninggal Dunia Dan besarbesaran industri tahu bahwa tiada Tuhan selain Allah Maka besarbesaran MASUK akan Surga."(HR.Muslim)

Muqaddimah

Abu Thalib telah menerima amanat dari ayahnya Abdul Mutthalib untuk mengasuh Nabi dan telah dilaksanakan amanat tersebut. Nabi adalah sebaik-baik asuhan dan Abu Thalib adalah sebaik-baik pengasuh. Abu Thalib membela Nabi dengan jiwa raganya dalam berdakwah. Ketika Nabi Shallallahu alaihi wassalam dan pengikutnya di hadang di sebuah lembah. Lalu datanglah Abu Thalib dengan tegar berkata: “Kalian tidak akan dapat menyentuh Muhammad sebelum kalian menguburkanku”. Abu Thalib selalu setia mendampingi Nabi. Beliau adalah orang yang banyak membantu perjuangan dakwah Islam. Abu Thalib ketika mau meninggal dunia berwasiat kepada keluarganya untuk selalu berada di belakang Nabi dan membelanya untuk menenangkan dakwahnya.
Dalam shiroh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dijelaskan bahwa paman Nabi -Abu Tholib- biasa melindungi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari gangguan kaumnya. Perlindungan yang diberikan ini tidak ada yang menandinginya. Oleh karenanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengharapkan hidayah itu datang pada pamannya. Saat menjeleng wafatnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk pamannya tersebut dan ingin menawarkan pamannya masuk Islam. Beliau ingin agar pamannya bisa menutupi hidupnya dengan kalimat “laa ilaha illallah” karena kalimat inilah yang akan membuka pintu kebahagiaan di akhirat.
“Secara ringkas, berita-berita tentang dia sudah menganut Islam banyak sekali, dan sumber yang mengatakan dia meninggal masih dalam kepercayaan masyarakatnya juga tidak sedikit.”
“Golongan yang mengatakan dia sudah Islam berpendapat, bahwa ketika Muhammad sallallahu’alaihi wasallam diutus sebagai nabi, Abu Talib sudah masuk Islam sudah percaya, tetapi dia tidak mau berterus terang menyatakan keimanannya. Bahkan menyembunyikannya suoaya dapat mengadakan pembelaan kepada Rasullullah sallallahu ‘alaihi wasallam. Alasannya kalu ia menyatakan keislamannya, ia akan sama seperti Muslimin yang lain, Quraisy akan menjauhi dan membencinya. Mereka mengemukakan bukti-bukti keislamannya itu, antara lain, perlindungannya terhadap terhadap kemenakannya itu, ia mau menderita bersama-sama, pernyataannya dalam syair-syairnya dengan sumber yang kuat dan saat ia dalam sekarat Abbas mendengar ia mengucapkan kalimat syahadat, La ilaha illa Allah.” (dikutip sesuai asli)
Menjelang Kematian Abu Thalib ?
Dari Musayib bin Hazn, beliau menceritakan,
أَنَّهُ لَمَّا حَضَرَتْ أَبَا طَالِبٍ الوَفَاةُ جَاءَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَوَجَدَ عِنْدَهُ أَبَا جَهْلِ بْنَ هِشَامٍ، وَعَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِي أُمَيَّةَ بْنِ المُغِيرَةِ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَبِي طَالِبٍ: ” يَا عَمِّ، قُلْ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، كَلِمَةً أَشْهَدُ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ ” فَقَالَ أَبُو جَهْلٍ، وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ: يَا أَبَا طَالِبٍ أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ المُطَّلِبِ؟ فَلَمْ يَزَلْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْرِضُهَا عَلَيْهِ، وَيَعُودَانِ بِتِلْكَ المَقَالَةِ حَتَّى قَالَ أَبُو طَالِبٍ آخِرَ مَا كَلَّمَهُمْ: هُوَ عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ المُطَّلِبِ، وَأَبَى أَنْ يَقُولَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَمَا وَاللَّهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْكَ» فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى فِيهِ: {مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ} [التوبة: 113] الآيَةَ
Ketika Abu Thalib hendak meninggal dunia, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatanginya. Di dekat Abu Thalib, beliau melihat ada Abu Jahal bin Hisyam, dan Abdullah bin Abi Umayah bin Mughirah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan kepada pamannya, ”Wahai paman, ucapkanlah laa ilaaha illallah, kalimat yang aku jadikan saksi utk membela paman di hadapan Allah.” Namun Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayah menimpali, ’Hai Abu Thalib, apakah kamu membenci agama Abdul Muthalib?’
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terus mengajak pamannya untuk mengucapkan kalimat tauhid, namun dua orang itu selalu mengulang-ulang ucapannya. Hingga Abu Thalib memilih ucapan terakhir, dia mengikuti agama Abdul Muthalib dan enggan untuk mengucapkan laa ilaaha illallah.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertekad, ”Demi Allah, aku akan memohonkan ampunan untukmu kepada Allah, selama aku tidak dilarang.”
Lalu Allah menurunkan firman-Nya di surat at-Taubah: 113. dan al-Qashsas: 56. (HR. Bukhari 1360 dan Muslim 24)

Wafatnya Abu Thalib ?

Abu Thalib telah berusia lebih dari delapan puluh tahun. Ia menjadi sakit-sakitan. Sehingga ia harus selalu berada di tempat tidur. Tidak ada yang dia pikirkan kecuali Nabi Muhammad saw. Ia tahu, bila ia wafat nanti, orang-orang Quraisy tak akan segan-segan membunuh keponakannya itu.
Para pemimpin Quraisy mendatangi Abu Thalib. Mereka berkata, "Abu Thalib, kau adalah pemuka dan pemimpin kami. Dan kau pun sedang menjelang ajal. Maka, akhiri segala permusuhan antara keponakanmu denagn kami. Katakan padanya untuk berhenti pula menyakiti kami. Maka kami akan berhenti pula menyakitinya. Maka kami akan membiarkan kami dengan agama kami. Maka kami akan membiarkannya dengan agamanya."
Abu Thalib memandang Abu Jahal, Abu Sufyan, dan para pemimpin Quraisy yang lain. Ia berkata pada mereka dengan lirih," Bila kalian mendengarkan kata-kata Muhammad dan mematuhi perintahnya, maka kalian akan bahagia. Oleh karena itu, patuhilah ia dan dapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat."
Kaum kafir itu berdiri. Abu Jahal berkata dengan marah," Apakah kau menginginkan kami menjadikan Tuhan kami satu?"
Abu Thalib sedih melihat mereka. Ia sangat mengkhawatirkan keselamatan Nabi Muhammad saw. Maka, ia mengundang bani Hasyim dan meminta kesediaan mereka untuk mendukung Nabi Muhammad saw. apa pun resikonya. Mereka semua mematuhinya. Kemudian Abu Thalib menutup mata untuk selama-lamanya.
Syekh al Bat-ha tak bergerak. Ia telah meninggalkan dunia.
Anaknya, Ali, meneteskan air mata duka. Tangisan sedih menyebar ke seluruh Makkah. Namun, kaum kafir justru gembira mendengar kewafatannya.
Abu Jahal berkata dengan marah,"Sudah saatnya aku membalas dendam pada Muhammad."
Nabi Muhammad saw. datang untuk mengucapkan selamat tinggal. Nabi mencium kening Abu Thalib yang cemerlang dan berbisik dengan sedih," Paman, semoga Allah merahmatimu. Kau mengajarku ketika aku kecil, Menjagaku ketika aku menjadi yatim, dan mendukungku ketika aku dewasa. Semoga Allah memberi ganjaran yang melimpah kepadamu."
Lalu air mata beliau saw. semakin deras mengalir. Nabi mulai teringat kembali masa-masa kecil bersama pamannya yang baik hati itu. Nabi lalu memeluk sepupunya, Ali. Mereka pun menangis bersama.
Pesan Abdul Muthalib ?
Abdul Muththalib, orang yang telah menggali sumur zamzam,memiliki sepuluh anak. Abdullah,ayah Nabi Saw.,adalah salah satunya.Abu Thalib,paman Nabi,adalah salah satu dari mereka.
Nabi Muhammad saw.adalah seorang yatim.Ayahnya,Abdullah,meninggal saat beliau saw.masih bayi.Ketika ibunya.Aminah,meninggal ,beliau saw.masih berumur enam tahun.
Abdul Muththalib kemudian merawat Nabi saw.Abdul Muththalib sangat sayang pada Nabi.Ia tahu bahwa cucunya itu akan menjadi seorang nabi.
Abdul Muththalib adalah seorang yang berbudi luhur.Ia mengikuti agama Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as.Ia selalu menasehati anak-anaknya untuk mengikuti jalan yang benar.
Diatas pembaringannya,saat ajalnya akan menjemput,Abdul Muththalib berpesan pada anak-anaknya,"cucuku akan menjadi seorang nabi,sehingga siapapun yang ada pada masanya harus beriman kepadanya."
Kemudian ia berpaling pada anaknya ,Abu Thalib ,dam berbisik di telinganya, "Abu Thalib,Muhammad akan menjadi orang besar.Maka dukunglah ia dengan tangan dan lidahmu.
Kabar Gembira ?

Abu Thalib mendengar berita gembira dari para ahlulkitab(Yahudi dan Nasrani).Berita gembira itu adalah seorang Nabi akan datang dalam waktu dekat.Oleh karena itu ia lebih memperhatikan keponakannya.Abu Thalib tau bahwa keponakannya itu akan menjadi nabi. Sehingga,ia tidak pernah meniggalkan Muhammad sendirian.
Ketika Abu Thalib akan pergi ke Syam untuk perjalanan dagang,ia membawa Nabi Muhammad bersamanya.Saat itu Nabi Muhammad berumur sembilan tahun.
Di Basrah,sebuah kota dimana situasi jalannya penuh dengan kafilah-kafilah dagang,terdapat sebuah biara.Seorang pendeta tinggal di biara tersebut.Pendeta itu bernama Buhaira.Ia selalu mencari tahu tentang kemunculan nabi yang waktunya telah dekat.
Ketika pendeta itu melihat Muhammad saw. ,ia sadar bahwa Muhammad saw akan menjadi nabi yang dijanjikan, karena Muhammad saw. memiliki kepribadian dan tanda -tanda seorang nabi.
Pendeta itu mulai memperhatikan wajah Muhammad saw. Dengan seksama.Sementara itu,kabar gembira dari Nabi Isa as. terngiang dibenaknya. Pendeta itu bertanya pada Abu Thalib,"siapa nama anak ini ?" Abu Thalib menjawab,"namanya Muhammad."
Pendeta itu menjadi begitu merendah setelah mendengar nama tersebut. Lalu ia berkata pada Abu Thalib, "Kembalilah ke Makkah. Lindungi keponakanmu dari orang-orang Yahudi, karena ia akan menjadi orang besar!"
Abu Thalib kembali ke Makkah. Ia mencintai Nabi Muhammad. Ia pun sangat berhati-hati pada keselamatan Nabi Muhammad.
Suatu hari, Nabi Muhammad saw. datang pada pamannya. Nabi dipenuhi rasa gembira. Nabi berkata padanya," Paman, Tuhanku memerintahkan rayap memakan surat pemboikotan. Semuanya termakan kecuali nama Allah." Abu Thalib berkata dengan gembira,"Apakah Tuhanmu mengatakan itu padamu?"Nabi saw. menjawab,"Ya."
Hati Abu Thalib dipenuhi dengan keyakinan. Maka, Abu Thalib berdiri dan pergi menuju Darul Nadwa, dekat Ka'bah, dimana para pemimpin Quraisy duduk.
Abu Thalib menyeru mereka, "Wahai kaum Quraisy! "Mereka berdiri untuk menghormati orang tua itu. Mereka mendengarkan kata-katanya. Mereka mengharap ia menyerah kalah karena pemboikotan itu. Tetapi Abu Thalib berkata,"Wahai kaum Quraisy, keponakanku Muhammad mengatakan padaku bahwa Allah memerintahkan rayap memakan surat pemboikotan kalian. Maka habislah semuanya kecuali nama Allah. Jika ia benar, maka berakhirlah pemboikotan ini." Abu Jahal berkata,"Dan bila ia berbohong?" Abu Thalib menjawab," Aku yang akan bertanggungjawab atas ucapan keponakanku." Para pemimpin Quraisy menjawab,"Baiklah."
Mereka membuka pintu Ka'bah. Mereka menemukan rayap melahap habis surat itu kecuali nama Allah.
Pengepungan terhadap bani Hasyim di lembah pun berakhir. Nabi saw. dan semua keluarganya mulai menyebarkan islam pada peziarah yang datang ke rumah suci Allah.
Keimanan Abu Thalib ?
Al-'Ainî hearts Syarh al-Bukhari mengatakan, "Pengakuan DENGAN lisan merupakan Syarat Pemberlakuan hukum. Sehingga orang Yang membenarkan Ajaran Yang Dibawa Nabi Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa alihi wa Sallam Shohbihi wa Berarti besarbesaran mu'min di Sisi Allah walaupun di lisan besarbesaran TIDAK mengakuinya. "
Pendapat seperti inisial JUGA diungkapkan Diposkan para pembesar Ahl al-Sunnah lainnya seperti Abu Hanifah, Abu al-Hasan al-Asy'ari, Abu Manshur al-Maturidi, 'Idludd al-Din, Imam al-Haramain, al-Baqillani, Abu Ishaq al-Isfirâyinî, Dan Yang lainnya. Bahkan al-Ghazali hearts karya monumentalnya, Ihya` 'Ulum al-Din, dan al-Taftazani, menetapkan Pendapat Suami SEBAGAI madzhab Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah [14].
Di Samping berpijak PADA Pendapat para ulama` Zaini Dahlan -dengan mengutip Dari al-Barzanjî- JUGA mendasarkan pendapatnya PADA beberapa hadis nabi Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa alihi wa Shohbihi wa [15] Di antaranya hadis Yang Diposkan diriwayatkan Sallam.' Imran bin Hushain:
من علم أن الله ربه وإني نبيه صادقا عن قلبه حرم الله لحمه على النار
"Barang siapa mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah Adalah Tuhannya, Dan aku nabinya sembari membenarkan di hearts hati Maka Allah mengharamkan dagingnya MASUK Neraka."
Hadis Riwayat Muslim, Dari 'Utsman bin' Affan bahwa Rasulullah Shollallohu 'Alaihi wa alihi wa Sallam bersabda Shohbihi wa:
من مات وهو يعلم أن لاإله إلاالله دخل الجنة
"Orang Yang Meninggal Dunia Dan besarbesaran industri tahu bahwa tiada Tuhan selain Allah Maka besarbesaran MASUK akan Surga."
Hadis Riwayat Thabrani Dari Salmah bin Nu'aim al-Asyja'î bahwa Rasulullah Shollallohu 'Alaihi wa alihi wa Sallam bersabda Shohbihi wa:
من لقى الله لايشرك به شيئا دخل الجنة, قال: قلت يارسول الله وإن زنى وإن سرق? قال: وإن زنى وإن سرق.
"Barang siapa Bertemu Allah (halaman WordPress Meninggal) Dan besarbesaran TIDAK mensekutukan-Nya Maka besarbesaran Masuk Surga. Salmah bertanya: Walaupun besarbesaran PERNAH melakukan zina ATAU Mencuri ya Rasul? Nabi Shollallohu 'Alaihi wa alihi wa Sallam Shohbihi wa Menjawab:. (Ya), walaupun besarbesaran PERNAH berzina Dan Mencuri "
Perkataan Dari al-Barzanji, Zaini Dahlan menyatakan bahwa Riwayat Yang memberikan Informasi tentang kecintaan Abu Thalib Kepada nNabi Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa alihi wa Sallam Shohbihi wa Sangat Banyak Sekali, ANTARA berbaring sya'ir Yang olehnya dikumandangkan:
ولقد علمت بأن دين محمد # من خير أديان البرية دينا
"Sesungguhnya aku Benar-Benar tahu bahwa agama Muhammad merupakan agama Terbaik Yang dimiliki Makhluk di persada bumi Suami."
ألم تعلموا أنا وجدنا محمدا # رسولا كموسى صح ذلك في الكتب
"Apakah Kalian TIDAK  tahu bahwa Sesungguhnya aku menemukan Muhammad SEBAGAI Utusan Tuhan sebagaimana Musa, (kerasulan Muhammad) Benar adanya Dan terungkap hearts SEMUA kitab suci."
Ikhtitam
1.Hanya Allah swt yang mutlaq memberi petunjuk hidayah kepada orang yang dikehendaki,awalnya seseorang kafir bisa berubah menjadi mukmin atau sebaliknya. 2.Nabi Muhammad saw penutup para Nabi dan Rasul dan Beliau paling utama serta pemberi syafa’at bagi umatnya atas izin ridha Allah swt kelak di hari pembalasan. 3.Paman beliau Abu Thalib termasuk orang yang layak mendapat syafa’at, sebab beliau sangat cinta kepada Rasulullah saw dan melindungi dakwah dari kekasaran kaum kafir quraisy serta mengakuinya sebagai Nabi dan agama yang terbaik.4. Allah swt Maha Mengetahui siapa yang beriman dengan benar dan siapa yang pura-pura beriman, sungguhpun seseorang mengucapkan dengan lisan ?
Sumber:1.www.elhooda.ne 2http://www.kompasiana.com
3.http://www.alhassanain.com 4.http://muslim.or.id
5.http://www.konsultasisyariah.com
Jakarta 2/11/2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman