Senin, 27 April 2015

AMALAN NABI SAW




NABI MUHAMMAD MANUSIA YANG MULIA ?


قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku.” [Al-Kahfi; 110].

Muqaddimah
Banyak nash baik Al Quran maupun Hadits yang menjelaskan kepada kita tentang keagungan dan kesempurnaan akhlak Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana firman Allah (artinya), “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4). Juga sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “Orang yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang paling baik akhlaknya. Dan orang yang paling baik (akhlaknya) diantara kalian adalah orang yang paling baik kepada istrinya, dan aku adalah orang yang paling baik kepada istriku (HR. Tirmidzi, shahih)
Demi Allah, aku telah berkhidmat kepada beliau selama sepuluh tahun, beliau tidak pernah berkata untuk sesuatu yang aku lakukan, “Mengapa kamu melakukan ini?” Beliau tidak pernah berkata untuk sesuatu yang aku tinggalkan, “Mengapa kamu tinggalkan ini?” (HR. Muslim).
Karakter Muhammad saw ?
Selain memiliki akhlak yang agung dan utama, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memiliki fisik yang rupawan. Anas bin Malik berkata, “Beliau adalah orang yang paling dermawan, paling tampan, dan paling pemberani.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ibnu Taimiyah mengatakan, “Sifat fisik dan perawakan beliau adalah penampilan yang sempurna. Semua ciri-ciri ketampanan berkumpul dalam fisik beliau. Hal itu menunjukkan kesempurnaan beliau”.(Syarah Syamail an-Nabi oleh Syaikh Abdurrazzaq al-Abbad, Hal. 19).
Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata, “Rasulullah (perawakannya) tidak terlalu tinggi, juga tidak pendek, tidak putih sekali (kulitnya) juga tidak kecoklatan. Beliau rambutnya tidak keriting pekat, juga tidak lurus menjurai. Allah Ta’ala mengutusnya pada usia empat puluh. Beliau tinggal di Mekah selama sepuluh tahun dan di Madinah selama tiga belas tahun. Allah Ta’ala mewafatkannya pada usia enam puluh tahunan, dan uban beliau tidak mencapai dua puluh helai, baik di kepala ataupun jenggot beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam (HR. Bukhari dan Muslim).
Anas juga mengatakan, “Aku tidak pernah memegang dibaj (satu jenis sutra) yang lebih lembut dari tangan Rasulullah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Artinya, telapak tangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat lembut, lebih lembut dari sutra.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat wangi kulitnya dan keringatnya bagaikan kilau mutiara. Apabila beliau berjalan, maka langkahnya terayun tegap. Sutera yang pernah aku sentuh tidak ada yang lebih halus daripada telapak tangannya. Minyak misk dan minyak ambar yang pernah aku cium, tidak ada yang melebihi wanginya tubuh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Mengenal Nabi ?
Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Termasuk faktor yang bisa meningkatkan dan mendatangkan keimanan ialah mengenal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan budi pekertinya yang luhur serta sifat-sifat fisiknya yang sempurna. Orang yang benar-benar mengenal beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia tidak merasa ragu terhadap kejujuran beliau dan kebenaran risalah yang beliau bawa yaitu Al Quran dan Sunnah, serta agama yang benar, sesuai firman Allah Ta’ala, (artinya) “Ataukah mereka tidak mengenal rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya?” (QS. Al-Mukminun:69).
Maksudnya, dengan mengenal beliau akan melahirkan semangat untuk segera mengimaninya (bagi orang yang belum beriman) dan meningkatkan keimanan (bagi orang yang telah beriman kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam).
Syaikh as-Sa’di melanjutkan, bahwa orang yang munshif (moderat), yang tidak mempunyai keinginan kecuali mengikuti kebenaran, hanya dengan sekedar melihat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mendengarkan tutur katanya, akan segera beriman kepada beliau dan tidak ragu terhadap risalahnya. Banyak orang yang hanya sekedar menyaksikan wajah beliau menjadi yakin bahwa wajah itu bukanlah wajah seorang pendusta (Asbab Ziyadatil Iman wa Nuqshanihi, Hal. 34-35).
Akhlak Nabi ?
"Sesungguhnya kamu dapati suri tauladan yang sebaik-baiknya dalam Pribadi Rasulullah, bagi orang-orang yang mengharapkan bertemu dengan Allah dan hari kiamat dan yang banyak-banyak mengingat Allah." (QS. Al-Ahzab : 21)

Setelah Nabi wafat, seketika itu pula kota Madinah bising dengan tangisan ummat Islam; antara percaya - tidak percaya, Rasul Yang Mulia telah meninggalkan para sahabat. Beberapa waktu kemudian, seorang arab badui menemui Umar dan dia meminta, "ceritakan padaku akhlak Muhammad". Umar menangis mendengar permintaan itu. Ia tak sanggup berkata apa-apa. Ia menyuruh Arab badui tersebut menemui Bilal. Setelah ditemui dan diajukan permintaan yg sama, Bilal pun menangis, ia tak sanggup menceritakan apapun. Bilal hanya dapat menyuruh orang tersebut menjumpai Ali bin Abi Thalib.
Orang Badui ini mulai heran. Bukankah Umar merupakan seorang sahabat senior Nabi, begitu pula Bilal, bukankah ia merupakan sahabat setia Nabi. Mengapa mereka tak sanggup menceritakan akhlak Muhammad. Dengan berharap-harap cemas, Badui ini menemui Ali. Ali dengan linangan air mata berkata, "ceritakan padaku keindahan dunia ini!." Badui ini menjawab, "bagaimana mungkin aku dapat menceritakan segala keindahan dunia ini..." Ali menjawab, "engkau tak sanggup menceritakan keindahan dunia padahal Allah telah berfirman bahwa sungguh dunia ini kecil dan hanyalah senda gurau belaka, lalu bagaimana aku dapat melukiskan akhlak Muhammad, sedangkan Allah telah berfirman bahwa sungguh Muhammad memiliki budi pekerti yang agung! (QS. Al-Qalam[68]: 4)"
Badui ini lalu menemui Siti Aisyah r.a. Isteri Nabi yang sering disapa "Khumairah" oleh Nabi ini hanya menjawab, khuluquhu al-Qur'an (Akhlaknya Muhammad itu Al-Qur'an). Seakan-akan Aisyah ingin mengatakan bahwa Nabi itu bagaikan Al-Qur'an berjalan. Badui ini tidak puas, bagaimana bisa ia segera menangkap akhlak Nabi kalau ia harus melihat ke seluruh kandungan Qur'an. Aisyah akhirnya menyarankan Badui ini untuk membaca dan menyimak QS Al-Mu'minun[23]: 1-11.Bagi para sahabat, masing-masing memiliki kesan tersendiri dari pergaulannya dengan Nabi. Kalau mereka diminta menjelaskan seluruh akhlak Nabi, linangan air mata-lah jawabannya, karena mereka terkenang akan junjungan mereka. Paling-paling mereka hanya mampu menceritakan satu fragmen yang paling indah dan berkesan dalam interaksi mereka dengan Nabi terakhir ini.
Amalan Keseharian Nabi ?
1.Makan dan Minum dalam Keadaan Duduk
Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian minum sambil berdiri. Apabila dia lupa maka hendaknya dia muntahkan.” (HR. Muslim no. 2026),
“Bagaimana dengan makan (sambil berdiri)?” Anas menjawab, “Itu lebih parah dan lebih jelek.” (HR. Muslim no. 2024).
2.Menyambung Silaturrahmi (Kepada kerabat, teman, tetangga, dst)
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah SAW. bersabda: Barang siapa yang merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung hubungan kekeluargaan (silaturahmi). (Shahih Muslim No.4638)
Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Tidak ada dosa yang Allah cepatkan adzabnya kepada pelakunya di dunia ini di samping adzab yang telah Dia sediakan untuknya di akhirat daripada berlaku Dzalim dan Memutuskan Silaturrahmi". (al-Adab al-Mufrad, No. 29)
3.Memenuhi Undangan dan Menjenguk orang Sakit
Hadis riwayat Ibnu Umar ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Apabila seorang di antara kamu diundang untuk menghadiri pesta perkawinan, maka hendaklah ia menghadirinya. (Shahih Muslim No.2574)
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Ada lima kewajiban bagi seorang muslim terhadap saudaranya yang muslim; menjawab salam, mendoakan orang yang bersin, memenuhi undangan, menjenguk orang sakit dan mengiring jenazah. (Shahih Muslim No.4022)
4.Shalat Tahajjud.
Nabi SAW bersabda, “Laku­kanlah oleh kalian shalat malam, karena hal itu merupakan  kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian,  pendekat­an diri kepada Allah Ta`ala, pencegah dari dosa, penghapus segala kesalahan, dan penolak penyakit dari tubuh.”
Beliau SAW juga bersabda, “Dua rakaat di tengah malam yang dilakukan oleh se­orang anak Adam  lebih baik daripada dunia dan seisinya. Dan jika saja tidak memberatkan umatku, niscaya aku me­wajibkan dua rakaat shalat malam ter­sebut kepada mereka.”
5.Membaca Al-Qur’an.
Allah SWT berfirman: Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (QS Al-Baqarah [2]: 2).
6.Shalat Berjama'ah di Masjid
Rasulullah Saw pernah bersabda, sesungguhnya Shalat Subuh dan dan Sholat Isya’ secara berjamaah di masjid sangat sulit dikerjakan oleh orang-orang yang munafik. Maukah gelar ini melekat pada diri kita? Tentu tidak. Maka marilah kita bangun pagi untuk melaksanakan perintah Allah. Allah SWT akan mengubah apa yang terjadi di muka bumi ini dari kegelapan menjadi keadilan, dari kerusakan menuju kebaikan. Semua itu terjadi pada waktu yang mulia, ialah waktu Subuh.
7.Shalat Dhuha
Dari Abu Dzarr Ra., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap pagi, pada ruas tulang kalian terdapat sedekah,
setiap ucapan tasbih (SUBHANALLAH) adalah sedekah,
setiap ucapan tahmid (ALHAMDULILLAH) adalah sedekah,
setiap ucapan tahlil (LAA ILAHA ILLALLAH) adalah sedekah,
setiap ucapan takbir (ALLAHU AKBAR) adalah sedekah,
memerintah kebaikan adalah sedekah,
mencegah perkara mungkar adalah sedekah,
dan dua raka’at yang dikerjakan seseorang dalam Shalat Dhuha telah mencakup semuanya.”
(HR.Muslim)
8.Sedekah (setiap hari)
Allah SWT. berfirman: "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui". (QS Al-Baqarah [2]: 261).
9.Bershalawat ke atas Nabi SAW
Ubay bin Ka’ab bertanya kepada Rasulullah Saw, “Wahai Rasulullah, berapa banyak saya harus mengucapkan shalawat untukmu?” Rasulullah menjawab, “Sesukamu.” Lalu Ubay bertanya lagi, “Apakah seperempat atau dua pertiga?” Rasulullah menjawab, “Sekehendakmu. Dan jika engkau tambahkan, maka itu lebih baik.” Jadi, makin banyak kita bershalawat kepada Nabi, maka akan semakin bagus. Ini adalah jaminan dari Rasulullah Saw. Lalu Ubay kemudian bertanya lagi, “Apakah shalawatku untukmu seluruhnya?” Rasulullah Saw menjawab, “Karena itu, dosamu akan diampuni, dan kesedihanmu akan dihilangkan.
Shalawat kepada Nabi Muhammad menjanjikan pahala yang sangat besar. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa bershalawat kepadaku sekali, Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali"  (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, Nasa'i dan Ahmad)
Sumber:1.Al-Qur’an Hadits 2. http://buletin.muslim.or.id
JAKARTA 26/4/2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman