Selasa, 10 Maret 2015

WASIAT NABI SAW




TIGA WASIAT NABI SAW ?


عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Dari Abu Dzar, Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman, Mu’az bin Jabal radhiallahuanhuma dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam beliau bersabda : “Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik “
Takhrij hadits
Hadits ini hasan. Diriwayatkan oleh : Ahmad (V/153, 158, 177), at-Tirmidzi (no. 1987), ad-Darimi (II/323), dan al-Hâkim (I/54) dari seorang shahabat Rasulullah yang bernama Abu Dzar al-Ghifâri Radhiallahu’anhu. Diriwayatkan juga oleh Ahmad (V/236); ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabîr (XX/296, 297, 298) dan dalam al-Mu’jamush Shaghîr (I/192), dan Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyâ‘ (IV/418, no. 6058) dari Shahabat Mu’adz bin Jabal Radhiallahu’anhu. Hadits ini dihukumi hasan oleh Imam at-Tirmidzi, an-Nawawi dalam al-Arba’în dan Riyâdush Shâlihîn, dan Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam Shahîh al-Jâmi’ish Shâghîr no. 97.
Penjelasan hadits
Hadits yang mulia ini berisi wasiat berharga dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam kepada kita semua dalam mengarungi kehidupan dunia ini. Wasiat ini berhubungan dengan hubungan kita kepada Allah, diri sendiri dan orang lain. Setiap kita mesti akan berhubungan dengan sang pencipta kita dan ini dapat diwujudkan dengan benar hanya dengan takwa kepadaNya disetiap saat. Juga setiap kita akan berhubungan dengan diri sendiri sebagai insan yang tidak luput dari kesalahan dan dosa, maka caranya adalah dengan mengiringi kesalahan dan dosa dengan taubat yang merupakan amalan sholih dan kebajikan yang dapat menghapus dosa kesalahan tersebut. Sehingga bila seorang berbuat dosa maka segera mengiringinya dengan taubat dan menambah amal kebaikan yang dapat menghapusnya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan laksanakanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan” (Qs Hûd/11: 114).
Demikian juga kita tidak mungkin lepas dari masyarakat dan orang lain disekitar kita, karena manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan orang lain. Sebab itu beliau n mewasiatkan dengan menjadikan akhlak mulia sebagai dasar dalam pergaulan ini. Bergaul dengan orang lain dengan akhlak mulia dapat dijabarkan oleh sabda beliau yang lainnya, yaitu sabda beliau Shallallahu’alaihi Wasallam :
فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ وَيَدْخُلَ الْجَنَّةَ فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِى يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْه
Siapa yang ingin diselamatkan dari neraka dan masuk syurga maka hendaknya kematian menjemputkanya dalam keadaan ia beriman kepada Allah dan hari akhir dan hendaknya ia bergaul dengan orang lain sebagaimana ia ingin orang lain bergaul dengannya” (HR Muslim).
Demikian indahnya wasiat ini, sehingga siapa yang ingin selamat dunia akherat maka hendaknya mengamalkan tiga wasiat Rasululah Shallallahu’alaihi Wasallam ini. Semoga kita dapat mewujudkannya!
Fawaid
  1. Takwa kepada Allah merupakan kewajiban setiap muslim dan dia merupakan asas diterimanya amal shaleh.
  2. Semangatnya Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dalam mengarahkan umatnya kepada setiap kebaikan.
  3. Wajib bagi seseorang untuk memenuhi hak Allah dengan bertakwa kepada-Nya.
  4. Wajibnya bertakwa kepada Allah Ta’ala dimana pun seseorang berada. Yaitu dengan cara melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya, baik saat bersama orang lain maupun ketika sendirian.
  5. Wasiat takwa adalah wasiat yang paling agung.
  6. Wajib seseorang memenuhi hak dirinya dengan bertobat dan berbuat kebajikan.
  7. Bersegera melakukan ketaatan setelah keburukan secara langsung, karena kebaikan akan menghapus keburukan.
  8. Bersungguh-sungguh menghias diri dengan akhlak mulia dan Anjuran bergaul bersama manusia dengan akhlak yang baik.
  9. Akhlak yang baik termasuk dari kesempurnaan iman dan sifat orang-orang yang bertakwa, serta termasuk puncak dari agama Islam yang lurus.
  10. Akhlak yang baik termasuk asas dari peradaban hidup manusia, sebagai sebab bersatunya umat, tersebarnya rasa cinta, dicintai Allah Ta’ala, dan diangkatnya derajat pada hari Kiamat.
  11. Menjaga pergaulan yang baik merupakan kunci kesuksesan, kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan akhirat. Hal tersebut dapat menghilangkan dampak negatif pergaulan.
Bottom of Form

3 Wasiat Rasulullah ?
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan “Temanku (yakni Rasulullah sallallaahu alayhi wa sallam) telah mewasiatkanku dengan tiga perkara; 1. Berpuasa tiga hari pada setiap bulan. 2. Mengerjakan dua rakaat solat dhuha. 3. Menunaikan solat witir sebelum aku tidur”.(Hadith Riwayat oleh Imam Bukhari dan Muslim)
1.Puasa 3 Hari Sebulan
Rasulullah sallallaahu alayhi wa sallam melakukan puasa sunat 11 hari setiap bulan secara tetap (rutin), iaitu pada Hari Isnin dan Khamis (8 hari sebulan) dan tiga hari pertengahan iaitu 13, 14 dan 15 haribulan.
Daripada Abu Hurairah r.a., katanya: Rasulullah sallallaahu alayhi wa sallam bersabda: ” .. berpuasalah nescaya kamu menjadi sihat dan mengembaralah nescaya kamu menjadi kaya (Hadith Riwayat Tabrani)
2.Solat Dhuha
“Sesiapa yang menjaga sembahyang Dhuhanya nescaya diampuni Allah baginya aku segala dosanya walaupun seperti buih dilautan.”(Riwayat Ibnu Majah dan At-Tirmidzi)
Daripada Anas bin Malik Radhiallahu ‘anhu berkata “Aku mendengar Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Sesiapa yang mengerjakan (mengekalkan)sembahyang sunat Dhuha dua belas rakaat dibina akan Allah baginya sebuah mahligai daripada emas (Riwayat Ibnu Majah dan Tirmidzi).
Rasulullah sallallaahu alayhi wa sallam bersabda,”Dalam syurga, terdapat pintu yang bernama Ad-Dhuha. Apabila tiba Hari Kiamat, ada seseorang menyeru, ‘Mana orang yang mendirikan solat Dhuha? Inilah pintu kamu. Masuklah ke dalam syurga dengan iringan rahmat Allah.” (Riwayat At-Tabrani)
Rasulullah sallallaahu alayhi wa sallam keluar menemui penduduk Quba ketika mereka melaksanakan solat Duha, lalu . Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: “Solat Duha dilakukan apabila anak-anak unta telah berasa kepanasan (kerana sinaran matahari):” (Riwayat Muslim dari Ahmad).
3.Solat Witir
Sembahyang witir boleh dilakukan selepas Isyak jika bimbang tidak dapat bangun malam. Sabda Nabi sallallaahu alayhi wa sallam.: “Sesiapa yang bimbang tidak bangun pada akhir malam, maka berwitirlah pada awal malam, dan sesiapa yang ingin bangun pada akhir malam, maka berwitirlah pada akhir malam. (Muslim).

“Sesungguhnya Allah SWT telah menambahkan kepada kamu satu solat, iaitu solat witir. Maka sembahyanglah antara solat Isyak dan solat subuh. (Ahmad)
Sabda Nabi sallallaahu alayhi wa sallam: “Bila sudah menjelang pagi, dan salah seorang daripada kamu masih belum melakukan (solat) witir, maka berwitirlah (qadha). (Baihaqi & al-Hakim)
“ Wahai ahli Al-Quran, kerjakanlah solat witir, sebab Allah itu witir ( Maha Esa) dan suka sekali kepada yang witir. ( HR. Ahmad)
Sesungguhnya Allah itu witir (ganjil), dan Dia menyukai witir, maka lazimkanlah solat witir, wahai ahli Al-Quran.” HR Abud Dawud dan Tirmizi.
Witir adalah kewajiban, barangsiapa tidak melaksanakan Witir, maka ia tidak termasuk golongan kami” (H.R. Ahmad dan Abu Dawud.)
Ikhtitam

Karena itu, para sahabat sering meminta nasihat kepada Rasulullah SAW, salah seorang diantaranya adalah Muadz bin Jabal ra. dia berkata:

يَارَسُوْلَ اللهِ, أَوْصِنِى. قَالَ: عَلَيْكَ بِتَقْوَى اللهِ مَا اسْتَطَعْتَ, وَاذْكُرِ اللهَ عِنْدَ كُلِّ حَجَرٍ وَشَجَرٍ, وَمَا عَمِلْتَ مِنْ سُوْءٍ فَأَحْدِثْ لَهُ تَوْبَةً, اَلسِّرُّ بِالسِّرِّ وَالْعَلَانِيَةُ بِالْعَلَانِيَةِ
Ya Rasullah, berilah wasiat kepadaku. Beliau bersabda: Bertaqwalah kamu kepada Allah sesuai dengan kemampuanmu, berdzikirlah kepada Allah di setiap batu dan pohon, dan jika engkau melakukan suatu perbuatan buruk (dosa), maka perbaruilah untuknya taubatmu (bertaubat lagi).

Jika perbuatan buruk dengan sembunyi-sembunyi, maka taubatnya juga dengan cara sembunyi-sembunyi, dan jika perbuatan itu dengan terang-terangan, maka taubatnya juga dengan terang-terangan (HR. Tabrani).


JAKARTA 11/3/2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman