Rabu, 11 Maret 2015

SUFI MERAIH TAQWA




HAKEKAT TAQWA MENURUT SUFI ?


"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. (Q.s. Al Hujurat: 13).
Muqaddimah
Begitu banyak ayat-ayat Al-quran yang menjelaskan tentang keutamaan takwa. Diantaranya, “sesungguhnya yang paling mulia dari kamu sekalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa”. (QS. Al-Hujarat 13). Menurut kebanyakan ulama’ takwa adalah mengerjakan seluruh perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Menurut Nashr Abadzi, yang dimaksud dengan taqwa adalah seoang hamba yang tidak takut kepada apapun kecuali hanya kepada Allah . Sahal berkata, “Barang siapa yang menginginkan agar taqwanya benar, maka ia harus meninggalkan semua perbuatan dosa.
Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Seorang laki-laki datang kepada RasuluLlah SAW seraya meminta nasihat, ‘Wahai Nabi Allah, wasiyatilah diriku ‘. Beliau menjawab, “Wajib atasmu bertaqwa kepada Allah karena sesungguhnya taqwa merupakan kumpulan semua kebaikan. Wajib atasmu untuk berjuang karena berjuang adalah ibadah/rahbaniyah orang islam. Dan wajib atasmu untuk selalu ingat kepada Allah karena mengingat Dia adalah cahaya bagimu”
Makna Taqwa ?
Diriwayatkan oleh Abu Sa'id al Khudry, bahwa seseorang menghadap Nabi saw. dan berkata, "Wahai Rasulullah, nasihatilah saya!" Beliau menjawab: "Engkau harus mempunyai ketaqwaan kepada Allah, karena ketaqwaan adalah kumpulan seluruh kebaikan. Engkau harus melaksanakan jihad, karena jihad adalah kerahiban kaum Muslim. Dan engkau harus dzikir kepada Allah, karena dzikir adalah cahaya bagimu." (H.r. Ibnu Dharies, dari Abu Said).
Anas r.a. meriwayatkan, seseorang bertanya kepada Rasulullah saw, "Siapakah keluarga Muhammad? "Beliau menjawab, "Setiap orang yang taqwa." Taqwa merupakan kumpulan seluruh kebaikan, dan hakikatnya adalah seseorang melindungi dirinya dari hukuman Tuhan dengan ketundukan kepada Nya. Asal usul taqwa adalah menjaga dari syirik, dosa dan kejahatan, dan hal hal yang meragukan (syubhat), serta kemudian meninggalkan hal-hal utama (yang menyenangkan).
Menurut Syeikh Abu Ali ad Daqqaq r.a, masing masing bagian tersebut memiliki bab tersendiri. Dan dinyatakan di dalam tafsir mengenai firmanAllah swt, "Bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar benar taqwa kepada Nya." (Q.s. Ali Imran: 102), ayat ini mempunyai makna bahwa Dia harus dipatuhi dan tidak ditentang, diingat dan tidak dilupakan, dan bahwa kita harus bersyukur kepada Nya dan tidak mengufuri Nya.
Sahl bin Abdullah menegaskan, "Tiada penolong sejati selain Allah: tidak satu pun pembimbing yang sebenarnya selain Utusan Allah; tak satu pun perbekalan yang mencukupi selain taqwa, dan tidak satupun amal yang lenggeng keteguhannya selain bersabar."
An Nashr Abadzy menjelaskan, "Taqwa adalah bahwa hamba waspada terhadap segala sesuatu selain Allah swt. Barangsiapa menginginkan taqwa yang sempurna, hendaknya menghindari setiap dosa. Siapa pun yang teguh dalam taqwa akan merindukan perpisahan dengan dunia, karena Allah swt. berfirman, "Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?" (Q.s. Al An'am: 32)
 Dzun Nuun al Mishry mengatakan, "Orang yang bertaqwa kepada Allah adalah orang yang tidak menodai aspek lahiriah dirinya dengan sikap keras kepala, tidak pula aspek batiniahnya dengan alamat-alamat keruhanian. la berdiri di sisi Allah dalam keadaan selaras." Abul Hasan al Farisy berkata, "Taqwa mempunyai dimensi lahir dan batin. Dimensi lahir adalah pelaksanaan syariat, dan aspek batinnya adalah niat dan mujahadah."
Amirul Mukminin Ali bin Abu Thalib r.a. berkata, "Kaum termulia di dunia adalah kaum dermawan, dan yang paling mulia di akhirat adalah kaum yang taqwa." Diriwayatkan oleh Abu Umamah, bahwa Nabi saw. menegaskan: "Apabila seseorang menatap kecantikan seorang wanita dan kemudian menundukkan matanya setelah tatapan pertama, maka Allah menjadikan tindakannya itu suatu ibadat yang rasa manisnya dirasakan oleh hati orang yang melakukannya."””””””””” (H.r. Ahmad dalam Musnad nya).
Al Junayd sedang duduk duduk bersama Ruwaym, Al Jurairy dan Ibnu Atha'. Al Junayd berkata, "Seseorang tidak akan selamat kecuali bila berlindung secara ikhlas kepada Allah." Allah swt. berfirman, "Dan terhadap tiga orang yang tidak ikut serta (berjihad), hingga ketika bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah saja. Kemudian Allah menerima tobat mereka agar mereka tetap dalam tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (Q.s. At Taubah: 118).
Allah swt. berfirman: "Dan Allah menyelamatkan orang orang yang bertaqwa karena kemenangan mereka-mereka tiada disentuh oleh azab (neraka dan tidak pula) mereka berduka cita." (Q.s. Az Zumar: 61). Al Jurairy berkata, "Seseorang akan selamat hanya dengan tekun beribadat. Allah swt. berfirman, "... (yaitu) orang orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian." (Q.s. Ar Ra'ad: 20).
 Ibnu Atha' menegaskan, "Seseorang tidak akan selamat kecuali dengan sikap malunya di hadapan Allah swt."
Allah swt. berfirman, "Tidakkah ia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?" (Q.s. Al 'Alaq: 14).
"Bahwasanya orang orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka." (Q.s. Al Anbiya': 101).
Ikhtitam
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَابْتَغُوْآ إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ( المائدة-35(
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Alloh dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya dan berjihadlah pada jalan-NYA agar supaya kamu sekalian mendapat keberuntungan.

Sumber:1.http://warokakmaly.blogspot.com 2.http://islamzuhud.blogspot.com
Jakarta 11/3/2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman