Rabu, 11 Maret 2015

SUFI BERSABAR




MAKNA SABAR MENURUT SUFI ?

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kalian beruntung.” (Ali Imran: 200)
"Bersabarlah, dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah."
(Q.s. An Nahl: 127).

Muqaddimah
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِل لَّهُمْ
“Maka bersabarlah kamu seperti kesabaran orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari kalangan rasul-rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka.” (al-Ahqaf: 35)
Tingkatan Sabar (Ash-Shabru). Itu ada Karena dalam laku tasuwuf  (orang sufi) akan mengalami banyak hambatan, maka seorang sufi harus berlaku sabar. Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah "Shobaro", yang membentuk infinitif (masdar) menjadi "shabran". Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah:
Menahan diri dari sifat kegundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Kedudukan sabar dalam iman laksana kepala bagi seluruh tubuh. Apabila kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi kehidupan di dalam tubuh.”
Allah berfirman (QS.An-Nahl:127).
Yang Artinya: ”Bersabarlah, dan tiadalah kesabaran itu melainkan dengan pertolongan Allah”
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar itu terbagi menjadi tiga macam:
1.      Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah
2.      Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan Allah
3.      Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah yang dialaminya, berupa     berbagai hal yang menyakitkan dan gangguan yang timbul di luar kekuasaan manusia ataupun yang berasal dari orang lain.
melebihinya. Allah swt. berjanji, "Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan". (Q.s. An Nahl: 96)."
Amru bin Utsman mengatakan, "Sabar adalah berlaku teguh terhadap Allah swt. dan menerima cobaan cobaan Nya dengan sikap lapang dada dan tenang."

Sabar Ala Sufi ?
Al-Syibli, seorang sufi, ditanya oleh seorang pemuda mengenai sabar. ''Sabar macam apa yang paling sulit?'' tanya pemuda itu. ''Sabar demi Allah,'' jawab Al-Syibli. ''Bukan,'' tolak si pemuda. ''Sabar dalam Allah,'' jawab Al-Syibli. ''Bukan,'' katanya. ''Sabar dengan Allah,'' ucapnya. ''Bukan,'' bantahnya. ''Terkutuklah kamu, sabar macam apa itu?'' kata Al-Syibli jengkel. ''Sabar dari Allah,'' jawab pemuda itu. Al-Syibli menangis, lalu pingsan.
Dalam literatur tasawuf, sabar (sabr) salah satu maqam, selain zuhd, ma'rifah, mahabbah, tawbah, wara,' faqr, tawakkal, dan ridha. Menurut Nashiruddin Al-Thusi dalam Manazil Al-Sa'irin, ''Sabar membuat batin tidak sedih, lidah tidak mengeluh, dan anggota badan tidak melakukan gerakan-gerakan.''
Syaikh Junaid menegaskan, "Perjalanan dari dunia ke akhirat adalah mudah bagi orang beriman, tetapi hijrahnya di sisi Allah swt. adalah sulit. Dan perjalanan dari diri sendiri menuju Allah swt. adalah sangat sulit, tetapi yang lebih sulit lagi adalah bersabar bersama Allah swt."Ketika ditanya tentang sabar, Syaikh Junaid menjawab, "Sabar adalah meneguk kepahitan tanpa wajah cemberut."

Imam Ali bin Abu Thalib as mengatakan, "Hubungan antara sabar dengan iman adalah seperti hubungan antara kepala dengan badan."
Abul Qasim al Hakim menjelaskan, "Firman Allah swt, 'Dan bersabarlah,' adalah perintah untuk beribadat, dan firman Nya, 'Dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah,' (Q.s. An Nahl: 127) adalah untuk ubudiyah. Barangsiapa naik dari derajat 'bagi Mu' menuju derajat 'dengan Mu', maka ia telah beralih dari derajat ibadat ke ubudiyah.

Dzun Nuun berkata, "Sabar adalah menjauhi pelanggaran dan tetap bersikap rela sementara merasakan sakitnya penderitaan, dan sabar juga menampakkan kekayaannya ketika ditimpa kemiskinan di lapangan kehidupan."

Ruwaym berkata, "Sabar adalah meninggalkan keluh kesah."
Dzun Nuun berkata, "Sabar adalah meminta pertolongan kepada Allah swt."
Syeikh Abu Ali ad Daqqaq mengatakan, "Sabar adalah seperti namanya. "


Ibnu Atha' berkata, "Sabar adalah tetap tabah dalam malapetaka dengan perilaku adab." Dikatakan, "Sabar adalah fana jiwa dalam cobaan, tanpa keluhan."

Al-junayd menegaskan, “perjalanan dari dunia ke akhirat adalah mudah bagi orang yang beriman, tetapi menghindari makhluk demi allah adalah sulit. Dan perjalanan dari diri sendiri menuju Allah SWT adalah sangat sulit, tetapi yang lebih sulit lagi adalah bersabar terhadap Allah.” Ketika ditanya sabar Al-junayd menjawab, ”sabar adalah meminum kepahitan tanpa wajah cemberut.” Dan Ali bin abi thalib ra, menyatakan,”hubungan antara sabar dengan iman seperti hubungan antara kepala dengan badan.”
Al-jurayri menjelaskan,“sabar tidaklah membedakan keadaan bahagia atau menderita, disertai dengan ketentraman pikiran dalam keduanya. Ketabahan yang sabar adalah mengalami kedamaian ketika menerima cobaan, meskipun dengan adanya kesadaran akan  beban penderitaan.”
Syaikh Abu Ali ad-daqqaq menegaskan,”kebenaran hakiki tentang sabar adalah jika si hambah keluar dari cobaan dalam keadaan seperti ketika ia memasukinya, sebagaimana yang dikatakan oleh ayub as pada Akhir cobaan yang menimpanya, ‘sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah tuhan yang maha penyayang diantara semua yang penyayang’(QS.Al-Anbiya’:83). Ayyub memperlihatkan sikap berbicara yang layak dengan ucapanya,’Dan Engkau adalah Tuhan yang maha penyayang diantara semua yang menyayangi’ tetapi dia tidak bicara secara eksplesit [seperti yang dikatakanya], ‘Limpahkanlah kasih saying-Mu kepadaku’.”
Syeikh Abu Ali ad Daqqaq berkomentar, "Orang yang sabar akan mencapai derajat yang tinggi di dunia dan di akhirat, sebab mereka telah mendapat derajat 'kesertaan' di sisi Allah swt. sebagaimana firman Nya, "Sesungguhnya Allah beserta orang orang yang sabar." (Q.s. Al Anfal: 46).
Dikatakan mengenai arti firman Allah swt, "Hai orang orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan katakanlah (dirimu kepada Allah)." (Q.s. Ali 1mran: 200), bahwa sabar (shabr) adalah berada di bawah tahap berteguh hati dalam kesabaran (mushaabarah) dan di bawah tahap mengaitkan diri kepada Allah (muraabathah)."

Ibn ‘Ata’illah membagi sabar menjadi 3 macam sabar terhadap perkara haram, sabar terhadap kewajiban, dan sabar terhadap segala perencanaan (angan-angan) dan usaha.
Sabar terhadap perkara haram adalah sabar terhadap hak-hak manusia. Sedangkan              sabar terhadap kewajiban adalah sabar terhadap kewajiban dan keharusan untuk        menyembah kepada Allah. Segala sesuatu yang menjadi kewajiban ibadah kepada Allah    akan melahirkan bentuk sabar yang ketiga yaitu sabar yang menuntut sufi untuk meninggalkan segala bentuk angan-angan kepada-Nya. “Sabar atas keharaman  adalah sabar atas hak-hak kemanusiaan. Dan sabar atas kewajiban adalah sabar  atas kewajiban          ibadah. Dan semua hal yang termasuk dalam kewajiban ibadah  kepada Allah mewajibkan pula atas sufi untuk meniadakan segala angan-angannya bersama Allah”
Macamnya Sabar ?
Dialog ini menjelaskan kepada kita mengenai tingkatan sabar bagi kaum sufi. Sabar dari Allah (ash-shabr 'an Allah) paling sulit ditempuh dari tingkatan sabar lainnya. Untuk mencapai maqam ini, Ali bin Abi Thalib selalu berdoa, ''Ya, Tuhanku, Junjunganku, Pelindungku! Sekiranya aku bersabar menanggung siksa-Mu, bagaimana aku mampu bersabar berpisah dari-Mu?!''
Sabar ada dua macam: Sabar para ahli lbadat (abidin) dan sabar Para pecinta (muhibbin). Mengenai sabar para ahli ibadat, adalah lebih baik jika sabar macam ini dipelihara. Mengenai sabar para pecinta sebaiknya ditinggalkan.
Ikhtitam
Sedang bagi orang awam seperti kita, ada tiga tingkatan sabar seperti dijelaskan Nabi Muhammad SAW dalam Al-Kafi. Ali bin Abi Thalib berkata, ''Rasulullah bersabda, 'Ada tiga macam sabar: sabar ketika menderita, sabar dalam ketaatan, dan sabar untuk tidak membuat maksiat.
وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
“Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 146)
Sumber:1.Al-Qur’an Hadits 2.http://hikmahpsikologku.blogspot.com 3http://www.republika.co.id
4.http://cafe-sufi.blogspot.com
JAKARTA 12/3/2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman