Jumat, 09 Januari 2015

MUSLIM MESTI MENANG ?




MENGGAPAI KEBAHAGIAAN DUNIA-AKHIRAT

“Dan bertaubatlah kalian sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung. ”
(Q. S. An-Nûr :31)
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan dzikir kepada Allah. Ingatlah, hanya dengan dzikir kepada Allah-lah hati menjadi tenteram. ” (Q. S. Ar-Ra’d :28)
“Sesungguhnya Allah menyuruh untuk berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada kalian agar kalian dapat mengambil pelajaran. ” (Q. S. An-Nahl :90)
Rasulullah saw bersabda yang bermaksud : "Lihatlah orang yang di bawah kamu dan jangan melihat orang yang di atas kamu kerana dengan (melihat ke bawah) lebih mudah untuk kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang dilimpahkan-Nya kepada kamu."
(Hadis Riwayat Bukhari Dan Muslim) 
Muqaddimah

Setiap insan yang sihat akalnya pasti sentiasa ingin mencari kebahagiaan. Tidak kiralah kebahagiaan itu untuk kehidupan di dunia ataupun juga untuk kebahagiaan di akhirat kelak. Tahukah kita bahawa Allah swt dan Rasulullah saw sebenarnya telah meninggalkan kaedah-kaedah untuk kita dalam menggapai kebahagiaan tersebut?
Dan siapa yang berpaling dari Al-Qur`ân dan As-Sunnah maka ia akan senantiasa berada dalam berbagai kesengsaraan. Orang yang tidak memiliki ilmu syar’iy akan jauh dari makna ketenangan. Hati yang tergantung kepada selain Allah akan merasakan berbagai kepedihan dan kepahitan. Dan hati yang lalai dari dzikir kepada Allah bagaikan ikan yang dipisahkan dari air. Dan jeleknya hubungan dengan makhluk lain akan melahirkan berbagai problem dalam kehidupan. Dan demikianlah seterusnya.

Tujuan hidup yang benar mestilah dijalani dengan cara yang benar. Kita menjalankan aktifitas kehidupan apapun niatkanlah didalam hati bukan semata demi materi duniawi, tapi semata berharap ridha Allah SWT. Apa yang kita dapatkan dari segala sesuatu yang bersifat kebendaaan (jabatan,uang, dll) mestilah didapatkan dengan cara yang benar (bukan dengan cara dzalim, mencuri, merampok, menipu, korupsi), dan jika sudah ada dalam genggaman bagaimana semuanya itu agar menjadi washilah untuk semakin mendekatkan diri pada Tuhan,  dan memberi manfaat kepada orang banyak. Bukan malah membuat melalaikan dan menjauhkan diri padaNYA,  dan menjadikan dirinya sombong dan takabur dengan menumpuk-numpuk harta dengan bakhil dan kikir.
 Mencari Bahagia Menurut Al-Quran Dan Sunnah
1. Beriman dan beramal soleh.
"Sesiapa yang beramal soleh baik lelaki ataupun perempuan dalam keadaan mereka beriman, maka Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Kami akan membalas mereka dengan apa yang mereka amalkan." (An-Nahl : 97)
  • Ibnu Abbas ra meriwayatkan bahawa segolongan ulama' mentafsirkan bahawa kehidupan yang baik (dalam ayat ini) ialah rezeki halal dan baik (halalan toyyiban).
  • Saidina Ali pula mentafsirkannya dengan sifat qanaah (berasa cukup)
  • Ali bin Abi Thalhah dari Ibn 'Abbas meriwayatkan kehidupan yang baik itu adalah kebahagiaan.
2. Sentiasa mengingati Allah.
  • Dengan berzikir kita akan mendapat kelapangan dan ketenangan sekaligus bebas dari rasa gelisah dan gundah gulana.
Firman Allah : "Ketahuilah dengan mengingat (berzikir) kepada Allah akan tenang hati itu." (Al-Ra'd : 28)
3. Bersandar kepada Allah.
  • Dengan cara ini seorang hamba akan memiliki kekuatan jiwa dan tidak mudah putus asa dan kecewa.
Allah berfirman yang bermaksud : "Siapa yang bertawakal kepada Allah maka Allah akan mencukupinya." (Al-Talaq :3)
4. Sentiasa mencari peluang berbuat baik.
  • Berbuat baik kepada makhluk dalam bentuk ucapan mahupun perbuatan dengan iklas dan mengharapkan pahala daripada Allah akan memberi ketenangan hati.
Firman-Nya, bermaksud : "Tidak ada kebaikan dalam kebanyakkan bisikan-bisikan mereka kecuali bisikan-bisikan daripada orang yang menyuruh (manusia) untuk bersedekah atau berbuat kebaikan dan ketaatan atau memperbaiki hubungan antara manusia. Barang siapa melakukan hal itu kerana mengharapkan keredhaan Allah, nescaya kelak Kami akan berikan padanya pahala yang besar." (An-Nisa' : 114)
5. Senantiasa bertaubat.

Menyadari kekurangan, menyesali kesalahan dan bertaubat kepada Yang Maha Mencipta adalah diantara sifat-sifat yang memberikan berbagai keajaiban dalam kehidupan seorang hamba dan sangat menerangi hati serta melapangkan dadanya. Karena itu, sikap senantiasa bertaubat sangat ditekankan dalam tuntunan syari’at Islam yang mulia. Allah menjamin keberuntungan bagi orang-orang yang senatiasa bertaubat,

“Dan bertaubatlah kalian sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung. ” (Q. S. An-Nûr :31)
6. Melihat "kelebihan" bukan kekurangan diri.
  • Lihatlah orang yang di bawah dari segi kehidupan dunia, misalnya dalam kurniaan rezeki kerana dengan begitu kita tidak akan meremehkan nikmat yang telah diberikan oleh Allah swt kepada kita.
Rasulullah saw bersabda yang bermaksud : "Lihatlah orang yang di bawah kamu dan jangan melihat orang yang di atas kamu kerana dengan (melihat ke bawah) lebih mudah untuk kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang dilimpahkan-Nya kepada kamu."
(Hadis Riwayat Bukhari Dan Muslim)

7. Berpegang teguh terhadap Al-Qur’ân dan As-Sunnah.


Allah Jalla wa ‘Alâ menurunkan Al-Qur`ân sebagai rahmat dan kebahagian bagi orang-orang yang beriman, sebagaimana dalam firman-Nya,

“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur`an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. ” (QS. An-Nahl : 89)
8. Berbekal Ilmu Syari’at.

Tatkala seluruh kebaikan bagi manusia tercakup dalam ilmu syari’at maka segala kebahagiaan dan ketenangan, keberhasilan dan kebahagian manusia sangat bertumpu pada ilmu syari’at. Karena itu Allah Ta’âlâ tidak memerintah Nabi-Nya untuk meminta tambahan nikmat apapun selain dari tambahan ilmu. Allah Ta’âlâ berfirman,

“Dan katakanlah, “Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan. ”. ” (QS. Thôhâ : 114)
9. Kecintaan Kepada Allah.

Salah satu sifat yang wajib dimiliki oleh seorang yang beriman bahwa kecintaannya kepada Allah adalah yang terbesar dan melebihi kecintaannya kepada seluruh makhluk. Allah berfirman,

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. ” (QS. Al-Baqarah :165)
Nasib Manusia Berbeda-Beda ?
Pertama, Manusia yang termasuk “Sa’iidun fiddunyaa wa sa’iidun fil akhirat” orang yang bahagia di dunia dan bahagia di akhirat itulah karakter orang yang menemukan ‘hasanah fiddunya, hasanah fil akhirat”. jabatan tinggi, harta berlimpah, keluarga sehat, dia taat beribadah kepada Allah dan banyak memberi kemanfaatan terhadap sesama.
Kedua, Manusia yang termasuk “Sa’iidun fiddunya, saqiyyun fi aakhirat” orang yang “bahagia” hidup di dunianya tapi tidak bahagia (celaka) kehidupan akhiratnya. Sengaja saya kasih tanda petik dalam kalimat bahagia, karena kebahagiaaan yang dimaksud disana sebatas pengertian lahiriah manusia, dia bahagia dalam segala keberlimpahan materi, tapi dia jauh dari Tuhannya, tak pernah mau berbagi dan memberi manfaat pada sesama manusia
Ketiga, Manusia yang termasuk “Saqiyyun fiddunya, Wa Sa’iidun fil aakhirat” orang yang tidak bahagia/sengsara hidup di dunianya, tapi dia bahagia hidup di akhiratnya. Boleh jadi dia hidup dalam serba kekurangan, tidak bahagia dalam pandangan manusia kebanyakan, miskin papa, tapi dia rajin beribadah kepada Allah, memiliki perangai baik dalam menjalani kehidupan, menikmati kemiskinannya dan baik pergaulannya dengan sesama manusia, banyak memberi manfaat dengan apapun yang dimilikinya.
Keempat, manusia yang tergolong “ saqiyyun Fiddunya wa Saqiyyun fil akhirat” orang yang tak bahagia di dunia dan tak bahagia juga hidupnya di akherat kelak. Inilah paling sengsara dan celakanya manusia. Dia hidup miskin, serba kurang, sombong, malas beribadah, sama orang musuhan mulu, jika meninggal, dalam kehidupan akhirat kelak pasti akan lebih celaka. “Aku benci orang kaya yang sombong, tapi aku lebih benci orang miskin yang sombong” begitu kata Rasulullah SAW.
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`ân suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur`ân itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian. ” (QS. Al-Isrô` : 82)
Jakarta 8/1/2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman