Rabu, 31 Desember 2014

BAHAYANYA PENGKHIANAT



JANGAN KHIANATI KAMI !


"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui". (QS. al-Anfal: 27).

'Dari Abdullah bin Amr bin al Ash r .a. bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Empat sifat, barangsiapa yang empat itu ada padamu, maka ia adalah orang munafik murni. Dan barangsiapa yang ada padanya satu sifat maka terdapat satu sifat dari nifak, sehingga ia meninggalkannya, yaitu : apabila dipercaya ia khianat, apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia menyelisihi, dan apabila ia bertengkar ia keji". (HR. bukhari dan Muslim).

"Dari Abu Said al-Khudri ra. bahwa Nabi saw bersabda, "Setiap pengkhianat itu ada benderanya di setiap duburnya pada hari kiamat. dimana bendera itu ditinggikan sesuai dengan kadar khianatnya. Ketahuilah, tidak ada pengkhianat yang lebih besar khianatnya daripada amir umum". (HR. Muslim).

“Dan (penduduk) negeri itu telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zholim, dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka.” (QS. Al-Kahfi : 59)

Muqaddimah:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustazah Mamah Dedeh menyinggung beberapa persoalan tanah air. Salah satunya Mamah menyoroti fenomena tidak sedikitnya pejabat publik yang seolah ingin dilayani rakyatnya.

Padahal, kata dia, jika ingin berlaku demikian, maka tidak usah jadi pejabat. "Karena pejabatlah yang harus melayani, bukan sebaliknya. Maka bukan pemimpin namanya jika ingin dilayani," ujar Mamah di Masjid Agung At-Tin TMII Jakarta, Rabu (31/12).

Ia menjelaskan, Alquran surat At-Tharik ayat 7, misalnya bisa menjadi pegangan para pemimpin. Di mana ayat tersebut memberikan perintah Hakim negara yang harus sangat adil, pemimpin yang selalu memberikan hak rakyat dan amanah, serta tidak berkhianat.

Yang dimaksud dengan khianat adalah menyimpang atau mengingkari dari kepercayaan yang diberikan kepadanya. Adapun lawan daripada khianat adalah amanah, dapat dipercaya. yaitu dapat dipercaya terhadap kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Amanah merupakan ciri khas yang melekat pada iman, sedangkan khianat adalah tanda-tanda penyelewengan, kemunafikan, kekufuran.

Amanah dalam arti yang sebenarnya adalah sifat seseorang dapat membimbing jiwanya, sehingga ia tidak akan mengubah janjinya, tidak akan mengkhianati janji-janjinya, dan tidak akan mengngkhianati apa yang menjadi tanggung jawabnya.

Khianat termasuk salah satu sifat tercela dan terkutuk, merupakan tanda-tanda orang munafik serta termasuk perbuatan dosa yang Allah sangat murka kepada orang yang berkhianat. Allah Azza wa Jalla berfrman:

"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui". (QS. al-Anfal: 27).

Larangan Berkhianat

Nilai-nilai Islam yang agung nan suci sangat tidak sejalan dengan perbuatan zholim, khianat dan melanggar janji. Karena kezholiman adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya, dan khianat adalah tidak memenuhi amanah, dan melanggar janji adalah akhlak yang tercela menurut kesepakatan orang-orang yang berakal.

Allah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa, Yang menciptakan seluruh makhluk, telah mengharamkan perbuatan zholim atas diri-Nya. Sebagaimana diterangkan dalam hadits Qudsi, Allah berfirman,

يَا عِبَادِيْ إِنِّيْ حَرَّمْتُ الظَّلْمَ عَلَى نَفْسِيْ وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوْا
“Wahai segenap hambaku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan zholim atas diri-Ku dan Aku telah menjadikan hal tersebut sebagai perkara yang haram antara sesama kalian, maka janganlah kalian saling menzholimi.” (HR. Muslim)

Larangan berkhianat dipertegaskan pula dalam hadis Nabi SAW antara lain disebutkan: ”Janganlah kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu  (HR.Ahmad,at-Tabarani,Ibnu Hibban, dan al-Bazzar) dan “Tidak sempurna iman orang yang tidak memiliki sikap atau perilaku amanat” (HR.Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Hibban).

Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu sekalian, khianat tidak muncul secara tiba-tiba tetapi didorong beberapa faktor yang mendasarinya antara lain sebagai berikut.

(1)Hasad atau terlalu berambisi (dengki). Kedengkian seseorang terhadap orang lain dapat membuatnya berkhianat,sebagai upaya untuk melampiaskan kedengkiannya dengan kedudukan posisi jabatan yang disandangkan tersebut atau suatu konspirasi jahat sebagaimana hal ini terlihat pada riwayat Nabi Yusof dan saudara-saudaranya.Karena dengki, saudara-saudara Yusof tega mengkhianati ayah mereka yang telah mempercayai mereka untuk membawa Yusof mengembalakan kambing,namun mereka membuangnya ke dalam sumur(QS.12:7-18).

(2) Cinta terhadap dunia.Orang yang terlalu berambisi terhadap pangkat atau kemashuran atau harta benda duniawi akan memudahkan ia berkhianat kepada sesamanya apatah lagi ia mendapat dukungan para angguk-angguk dan yang dizalimi tadi tidak mendapat sebarang pembelaan sewajarnya.Namun hal ini telah pun diperingkatkan Nabi SAW dalam sabdanya : “Cinta kepada dunia merupakan pangkal segala kesalahan”(HR Ibnu Abi ad-Dunia dan al-Baihaki).

(3) Ambisi terhadap kedudukan atau pangkat umpamanya orang sedemikian akan teramat mudah mengkhianati sesamanya bila dalam hatinya tersimpan ambisi terhadap kedudukan dan pangkat. Dalam hal ini, al-Ghazali meriwayatkan sebuah hadis Nabi SAW: ”Cinta kepada harta benda dan kedudukan (Kebesaran) menimbulkan sifat curang di dalam hati sebagaimana air menumbuhkan sayur-sayuran.”

(4). Dendam. Orang yang sedang diamuk rasa dendam akan mudah mengkhianati orang yang menjadi sasaran rasa dendamnya. Dalam hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh al-Ghazali disebutkan: ”Jauhilah rasa permusuhan karena hal itu dapat menghapuskan agama”. Yang dimaksudkan dengan menghapuskan agama di sini ialah menghilangnya pengaruh ajaran agama yang telah tertanam dalam hati seseorang.

(5).Egois.Orang yang bersifat egois akan mudah melakukan khianat terhadap orang lain karena baginya kepentingan bersama.Al-Quran mencontohkan tipe orang yang egois pada Iblis. Dikatakan bahwa semula iblis adalah mahluk Tuhan yang patuh pada-Nya,tetapi kemudian iblis berkhianat kepada perintah Allah SWT (QS.2:34).

Adapun perbuatan khianat, ia adalah hal yang tercela dalam seluruh syari’at. Syari’at kita telah menjelaskan haram berbuat khianat dalam segala perkara, baik itu khianat terhadap sesama muslim ataupun khianat terhadap orang kafir yang terkait mu’amalat dengannya.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kalian, sedang kalian mengetahui.” (QS. Al-Anfâl : 27)
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.” (QS. Al-Anfâl : 58)
“Dan bahwasanya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat.” (QS. Yûsuf : 52)
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.” (QS. Al-Hajj : 38)

Dan Rasulullâh shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam bersabda,

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ
“Tanda kemunafikan ada tiga; apabila bercerita ia dusta, apabila berjanji ia tidak menepatinya dan apabila diberi amanah ia berkhianat.” (HR. Bukhari)

Dan Allah melarang untuk membela dan melindungi orang-orang yang berbuat khianat,
“Dan janganlah kamu menjadi pembela orang-orang yang khianat.” (QS. An-Nisâ` : 105)
“Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa.” (QS. An-Nisâ` : 107)
Ancaman Kezholiman bagi Pelakunya
Dan dalam berbagai nash, diterangkan bahwa perbuatan zholim tidak pernah membawa kebaikan bagi pelakunya di dunia maupun di akhirat.

Rasulullâh shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam mengingatkan,
“Sesungguhnya Allah memberi tangguhan kepada orang yang zholim, hingga ketika Allah mengazabnya, ia tidak akan melepaskannya lagi. Kemudian beliau membaca firman-Nya “Dan begitulah azab Rabb-mu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.”. ” (HR. Bukhari)

Dan beliau juga mengingatkan,
اتَّقُوا الظُّلْمَ، فَإنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Takutlah terhadap perbuatan zholim, sebab kezholiman adalah kegelapan di atas kegelapan pada hari kiamat.” (HR. Bukhari)

Bahkan Allah Jalla wa ‘Azza menyatakan dalam berbagai ayat akan bahaya perbuatan zholim,
“Orang-orang yang berbuat zholim tidak ada seorang penolongpun baginya.” (QS. Al-Baqarah : 270, Âli Imrân : 192, Al-Mâ`idah : 72)
“Sesungguhnya orang-orang yang zholim itu tidak akan mendapat keberuntungan.” (QS. Al-An’âm : 6, 135, Yûsuf : 23, Al-Qashash : 37)
“Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zholim.” (QS. Al-Baqarah : 258, Âli Imrân : 86, At-Taubah : 19, 109, Ash-Shoff : 7, Al-Jumu’ah : 5)
“Orang-orang yang zholim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa’at yang diterima syafa’atnya.” (QS. Ghôfir : 18)
Dan betapa meruginya orang yang berbuat kezholiman pada hari kiamat,
“Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada (Allah) Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya). Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang melakukan kezholiman.” (QS. Thôhâ : 111)

Demikianlah para pembaca sekalian, kami tekankan prinsip haramnya perbuatan zholim, khianat dan melanggar janji ini, karena prinsip ini termasuk hal yang banyak dilalaikan oleh sebagian orang di masa ini. Hendaknya prinsip Islam yang agung ini senantiasa terpatri dalam sanubari setiap muslim, dan dalam pembahasan-pembahasan yang akan datang, akan nampak jelas besarnya pengaruh prinsip Islam yang mulia ini terhadap hukum-hukum syari’at dalam masalah jihad, dalam masalah berinteraksi terhadap sesama manusia -muslim maupun kafir- dan berbagai masalah lainnya. Wallâhu Ta’âlâ A’lam.

Jakarta 31/12/2014
READ MORE - BAHAYANYA PENGKHIANAT

Selasa, 30 Desember 2014

MERAIH IMAN DAN TAQWA



MASA DEPAN KITA ?


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ مَآأُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَآ أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ إِنَّ اللهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh” (QS. Adz Dzariyat: 56-58)

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. 49:13)

Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahal yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. (An Nahl, 16:97)

Muqaddimah:

Iman didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (Al-Iimaanu ‘aqdun bil qalbi waiqraarun billisaani wa’amalun bil arkaan). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup. Sedangkan takwa adalah menjadikan jiwa berada dalam perlindungan dari sesuatu yang ditakuti, kemudian rasa takut juga dinamakan takwa. Sehingga takwa dalam istilah syar’I adalah menjaga diri dari perbuatan dosa.

Sebagai umat muslim dan hamba Allah swt, ada baiknya kita bersungguh-sungguh dalam melaksanakan perintah Allah swt dan meninggalkan segala perbuatan dosa dan maksiat, baik yang kecil maupun yang besar. Mentaati dan mematuhi perintah Allah adalah kewajiban setiap muslim. Dan juga, seorang muslim yang bertakwa itu membersihkan dirinya dengan segala hal yang halal karena takut terperosok kepada hal yang haram

Pengertian Iman
Kata iman berasal dari bahasa Arab yang artinya percaya.
 Menurut istilah, iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.

Pengertian Taqwa
Dari segi bahasa berasal daripada perkataan “wiqayah”  yang diartikan “memelihara”. Maksud dari pemeliharaan itu adalah memelihara hubungan baik dengan Allah SWT., memelihara diri daripada sesuatu yang dilarangNya. Melaksanakan segala titah perintahNya dan meninggalkan segala laranganNya.
Iman dan taqwa dalam beberapa ayat al Qur’an maupun hadits Nabi disebutkan antara lain dikaitan dengan rukun iman, manifestasi iman, tanda-tanda orang yang beriman, penghargaan atau janji Allah pada orang-orang yang beriman sebagai berikut: 

Rukun iman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا آَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا 
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya” (al Nisa’: 136 ).

Tanda-tanda orang Beriman

Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang beriman sebagai berikut :

Jika di sebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika di bacakan ayat suci Al-Qur’an, maka bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya (al-Anfal:2).

Senantiasa tawakal, yaitu kerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut 6.sunnah Rasul (Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at- Taubah: 52, Ibrahim: 11, Mujadalah: 10, dan at-Thaghabun: 13).

Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al- Anfal: 3, dan al-Mu’minun: 2,7).

Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mu’minun: 4).

Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al- Mu’minun: 3,5)‏

Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mu’minun: 6)‏

Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal: 74)‏

Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62)‏

Tanda-tanda orang Bertaqwa

Beriman kepada ALLAH dan yang ghaib(QS. 2:2-3)

Sholat, zakat, puasa(QS. 2:3, 177 dan 183)

Infak disaat lapang dan sempit(QS. 3:133-134)

Menahan amarah dan memaafkan orang lain(QS. 3: 134)

Takut pada ALLAH(QS. 5:28)

Menepati janji (QS. 9:4)

Berlaku lurus pada musuh ketika mereka pun melakkukan hal yang sama(QS. 9:7)

Bersabar dan menjadi pendukung kebenaran (QS. 3:146)

Tidak meminta ijin untuk tidak ikut berjihad (QS. 9:44)

Berdakwah agar terbebas dari dosa ahli maksiat (QS. 6:69)

Implikasi taqwa dalam kehidupan

1.Implikasi taqwa dalam kehidupan adalah  adalah mereka – mereka yang taat kepada apapun yang telah diperintahkan oleh Allah SWT. Contohnya : menjalankan ibadah sholat, puasa, zakat, saling menolong kepada sesama manusia, dan sebagainya

2.Selalu ingat Allah dan bertaubat.

3."Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya." (QS. Al A'raaf : 201)

4.Takut kepada Rabb-nya meskipun tidak bisa melihat-Nya.

5."(yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat." (QS. Al Anbiyaa' : 49)

6."Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga" (QS. Ar Rahmaan :46)

7.Taat selamanya hanya kepada Allah.

8."Dan kepunyaan-Nya-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan untuk-Nya-lah ketaatan itu selama-lamanya. Maka mengapa kamu bertakwa kepada selain Allah?" (QS. An Nahl : 52)

9.Beriman, mendirikan sholat, dan menafkahkan rezki di jalan Allah

10."(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka." (QS. Al Baqarah : 3)

11."Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa" (QS. Al Baqarah : 177)
Penghargaan bagi orang beriman:  

وَبَشِّرِ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (البقرة :25) 
Artinya:
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang Suci dan mereka kekal di dalamnya[QS. Al Baqarah:32]. 

Penghargaan bagi mereka yang bertakwa: 

أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ (136) 
Artinya:
Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.(al Imran:136)

 إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ (15) 
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir). (al Hijr: 45)

Peran Iman dan Taqwa dalam kehidupan moderen:

1.Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
2Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
3.Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan
4.Iman memberikan ketenangan jiwa
5.Iman memberikan kehidupan yang baik
6. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
7. Iman memberikan keberuntungan
8.Iman mencegah penyakit ruhani

JAKARTA 30/12/2014

READ MORE - MERAIH IMAN DAN TAQWA

SELAMAT TAHUN BARU


MENYAMBUT TAHUN BARU dengan bertaubat


وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman semoga kamu berjaya.” (Surah Al-Nur, 24: 31)

“Dan mereka (orang-orang beriman) apabila melakukan perbuatan keji atau menzalimi diri mereka sendiri, mereka segera ingat akan Allah lalu meminta keampunan terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampunkan dosa selain Allah? Dan mereka tidak terus menerus dalam perbuatan dosanya itu, sedang mereka mengetahui (kesalahan dan akibat dari dosa itu).” (Surah Ali Imran: 135)

كُلُّ بَنِي آدَم خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
“Setiap anak Adam melakukan kesalahan dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah orang-orang yang bertaubat.” (Hasan. Riwayat Ahmad)

Muqaddimah:

Memang manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Namun manusia yang terbaik bukanlah manusia yang tidak pernah melakukan dosa sama sekali, akan tetapi manusia yang terbaik adalah manusia yang ketika dia berbuat kesalahan dia langsung bertaubat kepada Allah Subhanhu Wa Ta'ala dengan sebenar-benar taubat. Bukan sekedar tobat sesaat yang diiringi niat hati untuk mengulang dosa kembali.

Taubat atau dalam Bahasa Arabnya juga  تَوْبَة  (taubah) berasal dari perkataan تَوَبَ  (tawaba) yang dari segi bahasa bermaksud kembali. Seseorang itu dikatakan تابَ  (taaba – telah bertaubat) sekiranya dia telah kembali dari melakukan dosa atau telah meninggalkan dosa itu.

Adapun dari sudut istilah, apabila dikatakan seseorang itu telah bertaubat maksudnya dia telah kembali dari melakukan maksiat atau dosa terhadap Allah untuk dia mentaati Allah. Jadi jelas kaitan di antara maksud taubat menurut bahasa dan juga istilah Syaraknya.

Adapun tentang bagaimana perintah Syarak kepada kita sebagai manusia untuk bertaubat, hal ini memang jelas dan banyak disebutkan dalam nas-nas Al-Quran dan juga Sunnah. Antaranya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman semoga kamu berjaya.” (Surah Al-Nur, 24: 31)

Syarat Taubat Diterima

Ulama sepakat bahwa hukum taubat adalah wajib dan segera bagi orang yang melakukan dosa besar. Namun para ulama berbeda pendapat tentang kewajiban bertaubat untuk dosa kecil. Ibnu Rajab, salah seorang ulama madzhab Hambali mengumentari perbedaan pendapat ulama tersebut dengan mengatakan bahwa :” ada yang berpendapat, dosa-dosa itu tidak pasti dihapuskan. Karena hadits-hadits yang mengatakan dosa-dosa kecil terhapuskan dengan amal-amal yang baik itu terikat dengan syarat memperbaiki amal. Seperti terdapat dalam keterangan tentang wudlu dan shalat, yang keduanya menghapuskan dosa kecil. Sementara dengan bediam diri tanpa bertaubat dan melakukan kebaikan, maka tidak terdapat amal yang baik yang mewajibkan dihapuskannya dosa. (Jami’ al Ulum wa al Hikam: 1/446, 447).

Agar taubat seseorang itu diterima, maka dia harus memenuhi tiga hal yaitu:
Menyesal,
Berhenti dari dosa, dan
Bertekad untuk tidak mengulanginya.

Taubat tidaklah ada tanpa didahului oleh penyesalan terhadap dosa yang dikerjakan. Barang siapa yang tidak menyesal maka menunjukkan bahwa ia senang dengan perbuatan tersebut dan menjadi indikasi bahwa ia akan terus menerus melakukannya. Akankah kita percaya bahwa seseorang itu bertaubat sementara dia dengan ridho masih terus melakukan perbuatan dosa tersebut? Hendaklah ia membangun tekad yang kuat di atas keikhlasan, kesungguhan niat serta tidak main-main. Bahkan ada sebagian ulama yang menambahkan syarat yang keempat, yaitu tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut. sehingga kapan saja seseorang mengulangi perbuatan dosanya, jelaslah bahwa taubatnya tidak benar. Akan tetapi sebagian besar para ulama tidak mensyaratkan hal ini.

Taubatan Nashuha

Pertama, Ikhlas karena Allah Subhanhu Wa Ta'ala yaitu berniat semata-mata mengharap wajah Allah, pahala atas taubatnya serta berharap selamat dari siksaan-Nya.

Kedua, menyesali kemaksiatan yang ia lakukan, merasa sedih dan berjanji untuk tidak mengulanginya.

Ketiga, menjauhkan diri dari perbuatan maksiat sesegera mungkin. Jika perbutan tersebut melanggar hak-hak Allah maka segera tinggalkan. Karena perbuatan tersebut haram dilakukan sehingga wajib ditinggalkan. Adapun jika berkaitan dengan hak-hak makhluk maka bergegaslah meminta maaf baik dengan mengembalikan haknya atau meminta kelapangan hatinya agar mau memaafkan.

Keempat, bertekad untuk tidak mengulangi kemaksiatan tersebut di waktu-waktu mendatang.

Kelima, hendaknya taubat dilakukan sebelum ditutupnya pintu taubat, yaitu sebelum ajal menjemput dan sebelum terbitnya matahari dari arah barat. Allah Subhanhu Wa Ta'ala berfirman,

وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ

“Dan Taubat itu tidaklah (diterima Allah) dari mereka yang berbuat kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seorang diantara mereka barulah dia mengatakan, ‘Saya benar-benar taubat sekarang.’” (QS. An-Nisa : 18)

Sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam,
“Barangsiapa yang taubat sebelum terbitnya matahari dari arah barat maka Allah terima taubatnya.” (HR Muslim)

Hikmah Bertaubat
a- Mendapatkan Cinta dari Allah ; (QS. Al Baqarah: 222).
b- Mendapatkan do`a dari para malaikat (QS.Ghaafir: 7-9).
c- Masuk dalam golongan `Ibadurrahman ;(QS. Al-Furqon:71-76)
d- Mendapatkan Ampunan Allah; (QS. Asy-Syuuraa: 25)
e- Sebagai penolak bala dan azab dari Allah SWT.(QS. Al-Anfaal:33)
f- Memperlancar rizki (QS. Nuh:10-12, Hud: 52).
g- Taubat menjadi Obat mandul (QS. Nuh:10-12).

Abu Hanifah dalam Musnadnya meriwayatkan hadits dari jabir bin Abdillah, bahwa seorang Anshor datang menghadap Nabi saw, seraya berkata, ” Ya Rasulullah saya belum dikaruniai anak satupun dan aku tidak punya anak. Rasulullah kemudian bersabda, ” bila engkau mau memperbanyak istighfar dan memperbanyak sedekah, maka engkau akan dikaruniai anak “. shabat ini kemudian memperbanyak istighfar dan bersedeka. Jabir kemudian melanjutkan ceritanya, ” kemudian ia pun dikaruniai sembilan anak laki-laki (Syarah Musnad Abi Hanifah, Mula Ali al-Qori, Maktabah Syamilah, hal 587).

Ancaman yang tidak Bertaubat
Ibnul Qayyim Al Jauziyah menyebutkan bahwa dosa dapat berakibat fatal bila pelakunya tidak segera bertaubat. Diantara akibat dosa adalah
1.Tidak mendapatkan ilmu. Sebab ilmu itu adalah nur yang diberikan Allah ke suatu hati, sedangkan maksiat itu berfungsi mematikan nyala nur tersebut. Imam Malik pernah berkata kepada Imam Syafi'i muridnya: Sungguh aku telah melihat Allah memberikan nur ke hatimu, maka jangan engkau matikan dengan kemaksiatan.
2.Kehilangan jatah rizkinya. Nabi bersabda: "Sungguh seseorang bisa tidak mendapatkan rizkinya sebab dosa yang dilakukannya." (HR. Ahmad dan Hakim dari Tsauban)
3.Semua perkaranya menjadi semakin susah. Maka dari itu, ia akan selalu mendapati pintu tertutup dalam segala hal. Kebalikannya, orang yang menjauhi dosa akan selalu menemukan way out dari segala urusannya. Allah berfirman yang artinya: " Siapa saja yang bertakwa kepada Allah, maka Allah menjadikan segala urusanya menjadi lebih mudah.
4.Kemaksiatan menumbuhkan benih-benih dosa. Sebagian ulama berkomentar: Termasuk balasan amal buruk (maksiat) adalah amal buruk berikutnya. Sedangkan balasan amal baik (hasanat) ialah amalan baik selanjutnya.
5.Kemaksiatan salah satu faktor jatuhnya di mata Tuhan dan masyarakatnya. Allah berfirman yang artinya: " Dan siapa saja yang dihinakan oleh Allah, maka tidak ada lagi yang memuliakannya." (QS. Al-Hajj: 18)
6.Kemaksiatan mewariskan kehinaan. Karena kehormatan dan kemuliaan itu berada pada naungan taat kepada Allah. Allah berfirman yang artinya: " Siapa saja yang menginginkan kemuliaan, sesungguhnya seluruh kemuliaan itu hanya milik Allah." (QS. Fathir: 10)
7.Dosa dan kemaksiatan itu termasuk faktor utama dalam kerusakan bumi. Allah berfirman yang artinya: " Sungguh telah tampak jelas kerusakan di daratan dan lautan sebab tingkah polah manusia (dengan dosanya) agar merasakan akibat tindakannya tersebut dan mau kembali." (QS. Ar-Rum: 11)
8.Maksiat bisa menjadikan lupa pelakunya terhadap dirinya sendiri. Jika ia melupakannya maka akan menyia-nyiakan, merusakkan dan menghancurkannya. Allah berfirman yang artinya: " Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang melupakan Allah lalu Allah lupa terhadap diri mereka sendiri. Mereka itu adalah orang-orang fasik." (Al-Hasyr: 19). Juga dalam ayat: "Mereka lupa Allah, maka Allah lupa mereka." (At-Taubah: 67)
9. Maksiat menjauhkan diri pelakunya dari para penolongnya. Maka ia akan lebih dekat kepada setan.
10.Termasuk efek maksiat adalah kehidupan sulit di dunia, kubur dan siksa pedih di akhirat. Allah berfirman yang artinya: " Dan siapa saja yang berpaling dari mengingatKu, maka sungguh ia akan menemui kehidupan susah." (Thoha: 124).(Ibnul Qayyim Al Jauziyah, Ad Daa Wa Ad Dawaa)
Taubat adalah amalan yang sangat dicintai Allah Subhanhu Wa Ta'ala:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)

JAKARTA 30/12/2014

READ MORE - SELAMAT TAHUN BARU

Senin, 29 Desember 2014

PERINGATAN MAULID NABI SAW

SIFAT KETELADANAN RASULULLAH SAW

QS. Al-Ahzab : 21 :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
”Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

QS.Al-Anbiya’ : 107 :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
”Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”

Rasulullah SAW sendiri telah bersabda yang artinya :
“Aku diutus untuk menyempurnakan budi pakerti yang mulia”
(H.R. Thabrani dari Jabir, dan Ahmad dari Mu’adz bin Jabal)

مَاشَبَعَ رَسُوْلُ اﷲِ صَلَّى اﷲُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مُتَوَاِلَيْةٍ وَلَوْشِئْنَا شَبَّعْنَا وَلَكِنَّهُ يُؤَثِرُ عَلَى نَفْسِهِ
Selama tiga hari berturut-turut, Rasulullah saw. tidak merasa kenyang. Dan jika kami inginkan, kami dapat mengenyangkan beliau, tetapi beliau lebih mengutamakan kepentingan orang lain. Dan telah kita sebutkan. bahwa Rasulullah saw. memberi pemberian dengan tidak merasa khawatir akan ditimpa kemiskinan. (HR AL-Baihaqi)

Muqaddimah:

Petunjuk hidup Umat Islam adalah Al Qur’an (firman Allah), namun contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari adalah kepribadian Rasulullah SAW. Dalam diri dan pribadi Rasulullahlah penjabaran Al-Qur`an diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari (Al Qur’an Hidup), sehingga sabda dan perbuatannya (Al-Hadist) menjadi pedoman bagi kita, yaitu :

QS. Al-Ahzab : 21 :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
”Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 3 Januari mendatang menjadi momentum bagi setiap umat manusia dalam memahami sifat-sifat teladan Rasulullah. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai banyak sifat-sifat baik dari Rasulullah yang dapat dicontoh oleh pemimpin saat ini. Diantaranya yakni sifat Rasulullah yang adil dan bijaksana.

Wasekjen MUI, Teuku Zulkarnaen mengatakan sebagai pemimpin, Rasulullah memiliki sifat yang adil dan bijaksana. Adil yang berarti secara hukum sanksi yang diberikan oleh Rasulullah tegas. Baik kepada orang besar atau kecil ketika orang tersebut bersalah. Bahkan kepada keluarga sendiri. Bijaksana artinya dalam mensyiarkan agama Islam Rasulullah tidak menghancurkan budaya setempat atau tidak merusak budaya seseorang. Sehingga Islam di seluruh dunia muncul dengan kekhasannya.

"Iya harus ditiru (oleh pemimpin). Secara hukum Rasulullah tidak memandang bulu. Sementara pemimpin kita membela yang kecil-kecil aja. Giliran Islam nggak mau datang.  Giliran natalan pergi jauh-jauh ke Papua. Seharusnya pemimpin menjaga perasaan yang kecil namun tidak mengabaikan perasaan yang besar. Mengayomi yang banyak, melindungi yang kecil. Jangan tirani minoritas atau apartheid," ujar  Teuku Zulkarnaen kepada Republika, senin (29/12).

Keteladanan Rasulullah SAW

1.Bermurah Hati, Rasulullah saw. selalu memberi tanpa takut terhadap kekurangan dan kemiskinan. Beliau lebih murah hati daripada angin yang berhembus, terlebih lagi jika pada bulan Ramadhan.

Al-Hafizh Abu Syaikh meriwayatkan dari Anas bin Malik ra. Ia berkata:

لَمْ يُسْأَلْ رَسُوْلُ اﷲِ صَلَّى اﷲُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا قَطُّ عَلَى الإِسْلاَمِ إِلاَّ أَعْطَاهُ، وَأَنَّ رَجُلاً أَتَاهُ فَسَأَلَهُ، فَأَعْطَاهُ غَنَمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ ، فَرَجَعَ إِلَى قَوْمِهِ ، فَقَالَ ׃ أَسْلِمُوا ، فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِيْ عَطَاءَ مَنْ لاَ يَخْشَىَ الْفَاقَةَ٠

Rasulullah saw. tidak pernah diminta - sesuatu dalam Islam kecuali beliau memberinya. Sesungguhnya ada seorang laki- laki yang datang kepadanya dan meminta, maka Rasulullah saw. memberi kambing antara dua gunung, maka laki-laki tersebut pulang ke kaumnya, dan berkata kepada mereka, "Masuklah kalian agama Islam. Karena sesungguhnya Muhammad memberikan pemberian tanpa merasa khawatir menjadi sengsara".

2.Sangat Zuhud, Rasulullah saw. menjadi teladan yang tinggi dalam zuhud,sedang beliau adalah pelaksana apa yang diinginkan Allah, yang berfirman kepadanya:

Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. (Q.S. 20:131)

Al-Baihaqi meriwayatkan dari 'Aisyah ra. bahwa ia berkata:
مَاشَبَعَ رَسُوْلُ اﷲِ صَلَّى اﷲُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مُتَوَاِلَيْةٍ وَلَوْشِئْنَا شَبَّعْنَا وَلَكِنَّهُ يُؤَثِرُ عَلَى نَفْسِهِ
Selama tiga hari berturut-turut, Rasulullah saw. tidak merasa kenyang. Dan jika kami inginkan, kami dapat mengenyangkan beliau, tetapi beliau lebih mengutamakan kepentingan orang lain. Dan telah kita sebutkan. bahwa Rasulullah saw. memberi pemberian dengan tidak merasa khawatir akan ditimpa kemiskinan.

Akhlaq Rasulullah saw
Etika akhlaq Rasulullah Saw., Allah Swt. agungkan di dalam Alqur’an sebagai berikut,

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ {القلم [68] : 4}
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (QS. Alqalam [68] : 4)
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق (رواه أحمد و الحاكم و البيهقي عن أبي هريرة)
“Hanya saja aku diutus untuk menyempurnakan budi pekerti yang mulia.” (HR. Ahmad, Alhakim dan Albaihaqi).
Sikap adil, toleransi Rasulullah Saw. terhadap musuh maupun terhadap yang lain agama, Allah Swt. menyebutkan di dalam Alqur’an diantaranya sebagai berikut,

عَسَى اللهُ أَن يَجْعَلَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ الَّذِينَ عَادَيْتُم مِّنْهمُ مَّوَدَّةً وَاللهُ قَدِيرٌ وَاللهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ {الممتحنة [60] : 7}
“Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Almumtahanah [60] : 7)

لاَيَنْهَاكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ {الممتحنة [60] : 8}
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Almumtahanah [60] : 8)

وَاصْبِرْ عَلَى مَايَقُولُونَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيلاً {المزمل [73] : 10}
“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka (orang-orang non Islam) ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.” (QS. Almuzammil [73] : 10).

Dari keagungan sifat Rasulullah tersebut jadilah bangsa Arab yang dulunya dikenal sebagai negeri Arab yang gersang dari keidupan dan peradaban akhirnya menjadi negeri yang makmur dan mampu sebagai gerbong peradaban dunia. Berawal dari hijrahnya Rasul Saw. ke Madinah sampai beliau wafat tahun 11 Hijriyah lalu suri tauladan dan keagungan sifat-sifat beliau diteruskan dengan kepemimpinan khilafah Islamiyah yang sudah mengukir tinta emas dalam peradaban sejarah dunia.

Khilafah Islamiyah tersebut diantaranya: Kekhalifahan Ar Rasyidin Abubakar Siddiq, Utsman bin Affan, Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib sejak tahun 640-658M/20-38H, Khilafah Umawiyah yang didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan, Khilafah Abbasiyah (Keturunan Abbas), Khilafah Thuluniyah (868-934M/254-322H), Khilafah Akhsyidiyah (933-969M/325-357H), Khilafah Fathimiyah berkuasa di Mesir sejak (973-1171M/362-567H), pada masa pemerintaahan inilah didirikannya kota Cairo dan Universitas tertua di dunia saat ini yaitu Al Azhar Assarief oleh Al Mu’iz Lidinillah Al Fathimi (Syi’ah), Khilafah Al Ayyubiyah, Khilafah Al Mamalik, Khilafah Utsmaniyah, dan kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Indonesia begitu juga kerajaan Islam yang lainnya yang ada di seluruh dunia.

Pemimpin bangsa ini kedepan harus memiliki kesolehan karakter, jiwa, sifat, keintelektualan, keilmuan, etika akhlaq, bijak, jujur dan adil, sabar dan tegas, kenal dirinya dan kenal siapa Tuhannya dan mampu membuat perubahan secara mendasar untuk kemaslahatan bangsa, rakyat dan umatnya. Lalu semua karakter di atas harus sudah teruji dari sejak kecil sampai ia menjadi sosok seorang pemimpin. apakah seorang pemimpin itu sudah teruji memiliki kemampuan setrategi dan icon perubahan terhadap bangsa ini yang meliputi ruang lingkup tatanan sosial, budaya, politik, agama, ekonomi, informasi, militer, pendidikan, industri, tekhnonologi, dan lain-lain. Dari sinilah mereka para pemimpin tersebut akan melahirkan dan memiliki sosok karakter ketokohan yang akan dijadikan sebagai marja’ (tempat acuan), kiblat dan anutan menuju negara yang adil dan makmur dalam mengukir peradaban bangsa yang modern, semoga.- See more at: http://kabarwashliyah.com/2014/01/15/maulid-dan-keteladanan-rasulullah-saw/#sthash.qfL9sazc.dpuf

Da’wah Rasulullah saw Periode Mekah
Bagian terpenting yang menjadi fokus dakwah Rasulullah saw. Periode Mekah dapat dilihat antara lain sebagai berikut.
1.Memperbaiki akhlak masyarakat Mekah yang mengalami dekadensi moral, seperti tumbuh suburnya kebiasaan berjudi, minum Khamer, dan berzina.
2.Memperbaiki dan meluruskan cara menyembah Tuhan. Agama berhala menyembah patung-patung. Rasulullah saw. Mengajak untuk beralih pada Islam yang hanya menyembah kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa serta menjauhi sikap musyrik.
3.Menegakkan ajaran Islam tentang persamaan hak dan derajat di antara manusia.
4.Mengubah kebiasaan bertaklid kepada nenek moyang dan meluruskan segala adat- istiadat, kepercayaan dan upacara-upacara keagamaan.
5.Nabi Muhammad saw. berdakwah dengan sabar, ikhlas, dan tegas di antaranya dengan tidak memaksakan kehendak dan lemah lembut.

Da’wah Rasulullah saw Periode Madinah
Pada ke 12 kenabian,pada musim haji,beliau ditemui 12 orang dari Bani Aus dan khazraj,beliau mengajak mereka pada islam dengan membacakan ayat-ayat AlQur’an dan akhirnya mereka yakin menerima islam dengan membacakan kalimat syahadah.

Pada saat itu juga beliau membaiat mereka yang terkenal dengan Bai’atul Aqabah pertama, yang isinya:
1.Kami tidak akan mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun,dan tidak akan menyembah kecuali kepada-Nya.
2.Tidak akan mencuri.
3.Tidak akan melakukan perzinahan dan pelacuran.
4.Tidak akan membunuh anak-anak kami.
5.Tidak akan fitnah-memfitnah,mengumpat,berdusta yang dikarang di antara kedua tangan dan kedua kaki kami,baik di depan maupun di belakang, serta tidak pula merusakkan nama baik.
6.Tidak akan pernah menolak kebaikan .
7.Tidak akan mendurhakai engkau dalam segala hal yang ma’ruf, akan setia senantiasa, baik dalam keadaan senang maupun susah.Bahwa orang yang menepati janji insyaallah akan memperoleh surga,sedang yang melanggarnya terserah dengan Allah akan disiksa atau tidak.

Setelah menetap di madinah,Rasullullah memulai rencana untuk membentuk masyarakat muslim yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.Usaha itu ialah:

1.Mendirikan masjid

2.Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshar

Kaum Muhajjirin adalah para sahabat nabi yang hijrah dari Makkah ke Madinah.
Kaum Anshar adalah sahabat Rasulullah yang merupakan penduduk Madinah yang siap menolong dengan hangat kedatangan Rasulullah dan kaumNya.
Kaum Muhajjirin rela jauh dari sanak saudara demi melaksanakan perintah rasulullah ,dipererat Beliau dengan mempersaudarakan mereka dengan kaum Anshar,Abu Bakar dengan Haritsah bin Zaid,Ja’far bin Abi Thalib dengan Muaz bin Jabbal.Persaudaraan ini dihukumi Rasul seperti saudara kandung.

Dengan ikatan saudara kandung,diharapkan terbentuk masyarakat yang kokoh dijiwai semangat gotomg royong dan ukhuwah islamiyah.

3.Perjanjian Perdamaian dengan Kaum Yahudi

Guna mencipatakan suasana yang aman, tenang dan tentram, Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi Mdinah. Isi perjanjian itu antara lain:

1.Bahwa kaum Yahudi hidup damai bersama-samadengan kaum Muslimin
2.Kaum Muslimin dan kaum Yahudi wajib nasehat-menasehati, tolong-menolong dan melaksanakan kebajikan dan keutamaan.
3.Kaum muslimin dan kaum Yahudi wajib tolong-menolong, untuk melawan siapa saja yang memerangi mereka, dan orang-orang Islam memikul belanja mereka sendiri pula.
4.Bahwa kota Madinah adalah kota suci yang wajib dihormati oleh mereka yang terikat perjanjian itu. Kalau ada perselisihan diantara kedua kaum dikhawatirkan akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan, maka urusan itu hendaklah diserahkan kepada Allah dan Rasul.
5.Bahwa siapa saja yang tinggal di dalam atau di luar kota Madinah, wajib dilindungi keamanan dirinya (kecuali orang yang zalim dan salah) sebab Allah menjadi pelindung orang-orang yang baik dan berbakti.

Sebelum mereka berpisah mereka janji akan bertemu di tempat yang sama dan Rasullullah mengutus 2 sahabatnya untuk mendampingi mereka dalam memperdalam ajaran islam.

4.Meletakkan Dasar-Dasar Politik, Ekonomi dan Sosial untuk Masyarakat Islam

1.Dalam bidang politik: diwajibkan syuraa (musyawarah).
2.Dalam bidang kekayaan: ada hak sosial yang harus dikeluarkan (zakat).
3.Dalam bidang transaksi: perniagaanharus tidak ada unsur paksaan dan tipuan.
4.Dalam hidup bermasyarakat: harus berta’awun (tolong-menolong) dalam kebaikan.

Dengan diletakkannya dasar-dasar yang berkala ini masyarakat dan pemerintahan Islam dapat mewujudkan negari “Baldatun Thoyibatun Warabbun Ghafur”dan “Madinatul Munawwarah.”

JAKARTA 30/12/2014
READ MORE - PERINGATAN MAULID NABI SAW

HIKMAH DIBALIK MUSIBAH




MUSIBAH ITU UJIAN ?


“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup tetapi kamu tidak menyadarinya. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan ‘Inna lillahi wa inna ilaihi rajiuun’. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. Al Baqarah 153 – 154)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya. (HR. Muslim)

Allah SWT berfirman : "Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan." (Huud : 117)

Muqaddimah

Hidup ini tidak lepas dari cobaan dan ujian, bahkan cobaan dan ujian merupakan sunatullah dalam kehidupan. Manusia akan diuji dalam kehidupannya baik dengan perkara yang tidak disukainya atau bisa pula pada perkara yang menyenangkannya. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS. al-Anbiyaa': 35).

Sahabat Ibnu ‘Abbas -yang diberi keluasan ilmu dalam tafsir al-Qur’an- menafsirkan ayat ini: “Kami akan menguji kalian dengan kesulitan dan kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan.” (Tafsir Ibnu Jarir). Dari ayat ini, kita tahu bahwa berbagai macam penyakit juga merupakan bagian dari cobaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Namun di balik cobaan ini, terdapat berbagai rahasia/hikmah yang tidak dapat di nalar oleh akal manusia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kecelakaan bisa terjadi di mana saja, di laut, di darat mau pun di udara. Contoh paling hangat adalah hilang kontaknya Pesawat AirAsia tujuan Surabaya-Singapura, Ahad (28/12).

Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Prof Dr Ali Mustafa Yaqub MA menuturkan, sesuai dengan tuntunan agama Islam hendaknya kita dalam melaksanaan sesuatu yang akan datang kecuali dengan mengatakan insya Allah artinya jika Allah berkehendak.

Kedua, ketika kita berangkat, kita berdoa kepada Allah SWT agar dimudahkan dan diselamatkan dalam perjalanan.

Ketiga, ketika sudah tiba di tempat tujuan, kita memuji Allah SWT dengan mengatakan alhamdulillah. ''Itu, tuntunan agama seperti itu. Artinya, jangan sekali-kali kita meninggalkan Allah SWT dalam segala aktvitas,'' ujarnya kepada Republika di Jakarta, Senin (29/12)


Pimpinan dan Pengasuh Pesantren Darussunnah Ciputat ini mengatakan, apa yang terjadi, merupakan kehendak Allah SWT.

''Ketika seseorang sudah berdoa kemudian perjalanannya sukses dan lancar, maka itu anugerah dari Allah SWT. Apabila tidak sukses, maka kita harus bersabar,'' ujarnya menambahkan.

Ujian Itu AnugerahNya

Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw bersabda : “Sungguh menakjubkan seorang mukmin itu, jika mendapatkan perkara yang menyenangkan, dia bersyukur dan bersyukur itu baik baginya. Jika dia ditimpa perkara yang tidak menyenangkan, dia bersabar dan bersabar itu baik baginya”
Menurut Imam Al Qurtubi, ujian atau bala’ itu ada yang baik maupun yang buruk. Ayat tersebut diatas ini berarti bahwa Allah Swt menguji kaum muslimin agar Dia mengetahui siapa mujahid dan yang sabar. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ujian Allah itu terkadang sesuatu yang menyenangkan dan terkadang sesuatu yang tidak menyenangkan, seperti rasa takut dan lapar.
Menurut Imam Ibnu Katsir, mengutip sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummu Salamah bahwa dia berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda:

‘Tidaklah salah seorang hamba ditimpa musibah lalu mengucapkan inna lillaahi wa inna ilaihi rajiuun, lalu mengatakan ya Allah, berikanlah pahala kepadaku dalam musibahku dan gantikanlah untukku sesuatu yang lebih baik darinya, melainkan niscaya Allah Swt akan memberikan pahala kepadanya dalam musibahnya itu dan memberikan ganti kepadanya yang lebih baik”

Ummu Salamah berkata: Tatkala Abu Salamah wafat akan mengucapkan apa yang diperintahkan Rasulullah kepadaku dan Allah menggantikan untukku yang lebih baik darinya yaitu Rasulullah Saw.

Pembelajaran Tentang Musibah

Wahai saudaraku, sesungguhnya di balik penyakit dan musibah akan mengembalikan seorang hamba yang tadinya jauh dari mengingat Allah agar kembali kepada-Nya. Biasanya seseorang yang dalam keadaan sehat wal ‘afiat suka tenggelam dalam perbuatan maksiat dan mengikuti hawa nafsunya, dia sibuk dengan urusan dunia dan melalaikan Rabb-nya. Oleh karena itu, jika Allah mencobanya dengan suatu penyakit atau musibah, dia baru merasakan kelemahan, kehinaan, dan ketidakmampuan di hadapan Rabb-Nya. Dia menjadi ingat atas kelalaiannya selama ini, sehingga ia kembali pada Allah dengan penyesalan dan kepasrahan diri. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (para rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. (QS. al-An’am: 42) yaitu supaya mereka mau tunduk kepada-Ku, memurnikan ibadah kepada-Ku, dan hanya mencintai-Ku, bukan mencintai selain-Ku, dengan cara taat dan pasrah kepada-Ku. (Tafsir Ibnu Jarir)

Wahai saudaraku, ketahuilah di balik cobaan berupa penyakit dan berbagai kesulitan lainnya, sesungguhnya di balik itu semua terdapat hikmah yang sangat banyak. Maka perhatikanlah saudaraku nasehat Ibnul Qoyyim rahimahullah berikut ini: “Andaikata kita bisa menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusan-Nya, maka tidak kurang dari ribuan hikmah (yang dapat kita gali, -ed). Namun akal kita sangatlah terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit dan ilmu semua makhluk akan sia-sia jika dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lampu yang sia-sia di bawah sinar matahari.” (Lihat Do’a dan Wirid, Yazid bin Abdul Qodir Jawas)

Ingatlah saudaraku, cobaan dan penyakit merupakan tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah ta’ala jika mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberi mereka cobaan.” (HR. Tirmidzi, shohih).

Allah swt Menyayangi HambaNya dengan Mengujinya



Orang yang sedang ditimpa penyakit tidak perlu dicekam rasa takut selama ia mentauhidkan Allah dan menjaga shalatnya. Bahkan, meskipun di masa sehatnya ia banyak berkubang dalam dosa dan maksiat, karena Allah itu Maha Penerima taubat sebelum ruh seorang hamba sampai di kerongkongan. Dan sesungguhnya di balik sakit itu terdapat hikmah dan pelajaran bagi siapa saja yang mau memikirkan-nya, di antaranya adalah:



Allah Ta'ala berfirman, artinya, “Apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS asy Syura: 30)



Dalam ayat ini terdapat kabar gembira sekaligus ancaman jika kita mengetahui bahwa musibah yang kita alami adalah merupakan hukuman atas dosa-dosa kita. Imam al Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: ”Tidak ada penyakit, kesedihan dan bahaya yang menimpa seorang mukmin hinggga duri yang menusuknya melainkan Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannya dengan semua itu.”



Dalam hadits lain beliau bersabda: “Cobaan senantiasa akan menimpa seorang mukmin, keluarga, harta dan anaknya hingga dia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa.”



Dan dalam hadits lain disebutkan, ”Kematian adalah hiburan bagi orang beriman.” (HR .Ibnu Abi ad Dunya dengan sanad hasan).



At Tirmidzi meriwayatkan dari Jabir secara marfu’, ”Manusia pada hari kiamat menginginkan kulitnya dicabik-cabik ketika di dunia karena iri melihat pahala orang-orang yang tertimpa cobaan.”



Anas Radhiallaahu 'anhu meriwayatkan sebuah hadits secara marfu’, “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada besarnya cobaan. Jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan mengujinya dengan cobaan. Barang siapa yang ridha atas cobaan tersebut maka dia mendapat keridhaan Allah dan barang siapa yang berkeluh kesah (marah) maka ia akan mendapat murka Allah.”



Diriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu’ bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ”Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya.” (HR al Bukhari). Seorang mukmin meskipun hidupnya sarat dengan ujian dan musibah namun hati dan jiwanya tetap sehat.



Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya dari Abdullah bin Amr dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam, ”Tidak seorangpun yang ditimpa bala pada jasadnya melainkan Allah memerintahkan kepada para malaikat untuk menjaganya, Allah berfirman kepada malaikat itu, “Tulislah untuk hambaKu siang dan malam amal shaleh yang (biasa) ia kerjakan selama ia masih dalam perjanjian denganKu.”



Wahab bin Munabbih berkata, “Allah menurunkan cobaan supaya hamba memanjatkan do’a dengan sebab bala’ itu.” Dalam surat Fushilat ayat 51 Allah berfirman, artinya, “Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo’a.”



JAKARTA 29/12/2014
READ MORE - HIKMAH DIBALIK MUSIBAH
 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman