Selasa, 30 Desember 2014

SELAMAT TAHUN BARU


MENYAMBUT TAHUN BARU dengan bertaubat


وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman semoga kamu berjaya.” (Surah Al-Nur, 24: 31)

“Dan mereka (orang-orang beriman) apabila melakukan perbuatan keji atau menzalimi diri mereka sendiri, mereka segera ingat akan Allah lalu meminta keampunan terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampunkan dosa selain Allah? Dan mereka tidak terus menerus dalam perbuatan dosanya itu, sedang mereka mengetahui (kesalahan dan akibat dari dosa itu).” (Surah Ali Imran: 135)

كُلُّ بَنِي آدَم خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
“Setiap anak Adam melakukan kesalahan dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah orang-orang yang bertaubat.” (Hasan. Riwayat Ahmad)

Muqaddimah:

Memang manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Namun manusia yang terbaik bukanlah manusia yang tidak pernah melakukan dosa sama sekali, akan tetapi manusia yang terbaik adalah manusia yang ketika dia berbuat kesalahan dia langsung bertaubat kepada Allah Subhanhu Wa Ta'ala dengan sebenar-benar taubat. Bukan sekedar tobat sesaat yang diiringi niat hati untuk mengulang dosa kembali.

Taubat atau dalam Bahasa Arabnya juga  تَوْبَة  (taubah) berasal dari perkataan تَوَبَ  (tawaba) yang dari segi bahasa bermaksud kembali. Seseorang itu dikatakan تابَ  (taaba – telah bertaubat) sekiranya dia telah kembali dari melakukan dosa atau telah meninggalkan dosa itu.

Adapun dari sudut istilah, apabila dikatakan seseorang itu telah bertaubat maksudnya dia telah kembali dari melakukan maksiat atau dosa terhadap Allah untuk dia mentaati Allah. Jadi jelas kaitan di antara maksud taubat menurut bahasa dan juga istilah Syaraknya.

Adapun tentang bagaimana perintah Syarak kepada kita sebagai manusia untuk bertaubat, hal ini memang jelas dan banyak disebutkan dalam nas-nas Al-Quran dan juga Sunnah. Antaranya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman semoga kamu berjaya.” (Surah Al-Nur, 24: 31)

Syarat Taubat Diterima

Ulama sepakat bahwa hukum taubat adalah wajib dan segera bagi orang yang melakukan dosa besar. Namun para ulama berbeda pendapat tentang kewajiban bertaubat untuk dosa kecil. Ibnu Rajab, salah seorang ulama madzhab Hambali mengumentari perbedaan pendapat ulama tersebut dengan mengatakan bahwa :” ada yang berpendapat, dosa-dosa itu tidak pasti dihapuskan. Karena hadits-hadits yang mengatakan dosa-dosa kecil terhapuskan dengan amal-amal yang baik itu terikat dengan syarat memperbaiki amal. Seperti terdapat dalam keterangan tentang wudlu dan shalat, yang keduanya menghapuskan dosa kecil. Sementara dengan bediam diri tanpa bertaubat dan melakukan kebaikan, maka tidak terdapat amal yang baik yang mewajibkan dihapuskannya dosa. (Jami’ al Ulum wa al Hikam: 1/446, 447).

Agar taubat seseorang itu diterima, maka dia harus memenuhi tiga hal yaitu:
Menyesal,
Berhenti dari dosa, dan
Bertekad untuk tidak mengulanginya.

Taubat tidaklah ada tanpa didahului oleh penyesalan terhadap dosa yang dikerjakan. Barang siapa yang tidak menyesal maka menunjukkan bahwa ia senang dengan perbuatan tersebut dan menjadi indikasi bahwa ia akan terus menerus melakukannya. Akankah kita percaya bahwa seseorang itu bertaubat sementara dia dengan ridho masih terus melakukan perbuatan dosa tersebut? Hendaklah ia membangun tekad yang kuat di atas keikhlasan, kesungguhan niat serta tidak main-main. Bahkan ada sebagian ulama yang menambahkan syarat yang keempat, yaitu tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut. sehingga kapan saja seseorang mengulangi perbuatan dosanya, jelaslah bahwa taubatnya tidak benar. Akan tetapi sebagian besar para ulama tidak mensyaratkan hal ini.

Taubatan Nashuha

Pertama, Ikhlas karena Allah Subhanhu Wa Ta'ala yaitu berniat semata-mata mengharap wajah Allah, pahala atas taubatnya serta berharap selamat dari siksaan-Nya.

Kedua, menyesali kemaksiatan yang ia lakukan, merasa sedih dan berjanji untuk tidak mengulanginya.

Ketiga, menjauhkan diri dari perbuatan maksiat sesegera mungkin. Jika perbutan tersebut melanggar hak-hak Allah maka segera tinggalkan. Karena perbuatan tersebut haram dilakukan sehingga wajib ditinggalkan. Adapun jika berkaitan dengan hak-hak makhluk maka bergegaslah meminta maaf baik dengan mengembalikan haknya atau meminta kelapangan hatinya agar mau memaafkan.

Keempat, bertekad untuk tidak mengulangi kemaksiatan tersebut di waktu-waktu mendatang.

Kelima, hendaknya taubat dilakukan sebelum ditutupnya pintu taubat, yaitu sebelum ajal menjemput dan sebelum terbitnya matahari dari arah barat. Allah Subhanhu Wa Ta'ala berfirman,

وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ

“Dan Taubat itu tidaklah (diterima Allah) dari mereka yang berbuat kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seorang diantara mereka barulah dia mengatakan, ‘Saya benar-benar taubat sekarang.’” (QS. An-Nisa : 18)

Sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam,
“Barangsiapa yang taubat sebelum terbitnya matahari dari arah barat maka Allah terima taubatnya.” (HR Muslim)

Hikmah Bertaubat
a- Mendapatkan Cinta dari Allah ; (QS. Al Baqarah: 222).
b- Mendapatkan do`a dari para malaikat (QS.Ghaafir: 7-9).
c- Masuk dalam golongan `Ibadurrahman ;(QS. Al-Furqon:71-76)
d- Mendapatkan Ampunan Allah; (QS. Asy-Syuuraa: 25)
e- Sebagai penolak bala dan azab dari Allah SWT.(QS. Al-Anfaal:33)
f- Memperlancar rizki (QS. Nuh:10-12, Hud: 52).
g- Taubat menjadi Obat mandul (QS. Nuh:10-12).

Abu Hanifah dalam Musnadnya meriwayatkan hadits dari jabir bin Abdillah, bahwa seorang Anshor datang menghadap Nabi saw, seraya berkata, ” Ya Rasulullah saya belum dikaruniai anak satupun dan aku tidak punya anak. Rasulullah kemudian bersabda, ” bila engkau mau memperbanyak istighfar dan memperbanyak sedekah, maka engkau akan dikaruniai anak “. shabat ini kemudian memperbanyak istighfar dan bersedeka. Jabir kemudian melanjutkan ceritanya, ” kemudian ia pun dikaruniai sembilan anak laki-laki (Syarah Musnad Abi Hanifah, Mula Ali al-Qori, Maktabah Syamilah, hal 587).

Ancaman yang tidak Bertaubat
Ibnul Qayyim Al Jauziyah menyebutkan bahwa dosa dapat berakibat fatal bila pelakunya tidak segera bertaubat. Diantara akibat dosa adalah
1.Tidak mendapatkan ilmu. Sebab ilmu itu adalah nur yang diberikan Allah ke suatu hati, sedangkan maksiat itu berfungsi mematikan nyala nur tersebut. Imam Malik pernah berkata kepada Imam Syafi'i muridnya: Sungguh aku telah melihat Allah memberikan nur ke hatimu, maka jangan engkau matikan dengan kemaksiatan.
2.Kehilangan jatah rizkinya. Nabi bersabda: "Sungguh seseorang bisa tidak mendapatkan rizkinya sebab dosa yang dilakukannya." (HR. Ahmad dan Hakim dari Tsauban)
3.Semua perkaranya menjadi semakin susah. Maka dari itu, ia akan selalu mendapati pintu tertutup dalam segala hal. Kebalikannya, orang yang menjauhi dosa akan selalu menemukan way out dari segala urusannya. Allah berfirman yang artinya: " Siapa saja yang bertakwa kepada Allah, maka Allah menjadikan segala urusanya menjadi lebih mudah.
4.Kemaksiatan menumbuhkan benih-benih dosa. Sebagian ulama berkomentar: Termasuk balasan amal buruk (maksiat) adalah amal buruk berikutnya. Sedangkan balasan amal baik (hasanat) ialah amalan baik selanjutnya.
5.Kemaksiatan salah satu faktor jatuhnya di mata Tuhan dan masyarakatnya. Allah berfirman yang artinya: " Dan siapa saja yang dihinakan oleh Allah, maka tidak ada lagi yang memuliakannya." (QS. Al-Hajj: 18)
6.Kemaksiatan mewariskan kehinaan. Karena kehormatan dan kemuliaan itu berada pada naungan taat kepada Allah. Allah berfirman yang artinya: " Siapa saja yang menginginkan kemuliaan, sesungguhnya seluruh kemuliaan itu hanya milik Allah." (QS. Fathir: 10)
7.Dosa dan kemaksiatan itu termasuk faktor utama dalam kerusakan bumi. Allah berfirman yang artinya: " Sungguh telah tampak jelas kerusakan di daratan dan lautan sebab tingkah polah manusia (dengan dosanya) agar merasakan akibat tindakannya tersebut dan mau kembali." (QS. Ar-Rum: 11)
8.Maksiat bisa menjadikan lupa pelakunya terhadap dirinya sendiri. Jika ia melupakannya maka akan menyia-nyiakan, merusakkan dan menghancurkannya. Allah berfirman yang artinya: " Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang melupakan Allah lalu Allah lupa terhadap diri mereka sendiri. Mereka itu adalah orang-orang fasik." (Al-Hasyr: 19). Juga dalam ayat: "Mereka lupa Allah, maka Allah lupa mereka." (At-Taubah: 67)
9. Maksiat menjauhkan diri pelakunya dari para penolongnya. Maka ia akan lebih dekat kepada setan.
10.Termasuk efek maksiat adalah kehidupan sulit di dunia, kubur dan siksa pedih di akhirat. Allah berfirman yang artinya: " Dan siapa saja yang berpaling dari mengingatKu, maka sungguh ia akan menemui kehidupan susah." (Thoha: 124).(Ibnul Qayyim Al Jauziyah, Ad Daa Wa Ad Dawaa)
Taubat adalah amalan yang sangat dicintai Allah Subhanhu Wa Ta'ala:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)

JAKARTA 30/12/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman