Kamis, 25 Desember 2014

JALAN MENUJU ALLAH SWT




JALAN MENUJU ALLAH SWT ?


89. 27. “Wahai jiwa yang tenang”.
89. 28. “Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.” (Al-Fajr)

Muqaddimah

Jalan ruhani adalah suatu kata kias yang biasa disebutkan oleh para penempuh jalan spiritual. Kata kias itu bisa mengarah ke atas seolah-olah Tuhan ada di atas, biasanya yang berparadigma ini menulis “Naik Tangga Spiritual”, ada juga yang menyebut “jalan yang lurus”. Akan tetapi, pada umumnya para Sufi meyakini bahwa Allah ada di dalam diri kita, adanya Allah di dalam diri ini tidak dimaksudkan seperti pada konsep ruang dan waktu yang berasumsi bahwa perjalanan adalah berangkat dari satu titik stasiun ke titik stasiun yang lain. Dekatnya Allah dengan diri kita tidak seperti dekatnya jarak ruang dan waktu. Allah adalah berbeda dengan mahluk-Nya, Allah terbebas dari dimensi ruang dan waktu.

Safar atau perjalanan spiritual (siyahah ruhaniah) adalah perjalanan rekreatif yang bersifat spiritual. Menurut Syaikh Muhyi ad din Ibn Arabi bahwa safar adalah ber-tawajuhnya hati kepada al Haqq dengan dzikir.

Rasulullah SAW menyinggung tentang eksistensi jiwa (nafs) yang qalbnya telah diperkuat oleh api Ruh al-Quds, sebagai berikut:

“Qalb itu ada empat macam, pertama, qalb yang bersih, di dalamnya terdapat pelita yang bersinar cemerlang, itulah qalb al-mu’min; kedua, qalb yang hitam terbalik, itulah qalb orang kafir; ketiga, yang terbungkus dan terikat pada bungkusnya, itulah qalb orang yang munafik; dan keempat, qalb yang tercampur, di dalamnya terdapat iman dan nifaq.”

“Dialah yang telah menurunkan as-sakinah ke dalam qalb orang-orang al-mu’min, agar keimanan mereka bertambah di samping keimanan yang telah ada” (Al-Fath [48]: 4).
“Barang siapa memiliki juru-nasehat dari dalam qalbnya, berarti Allah telah memberi seorang penjaga (hafidh) atasnya” (Rasulullah SAW).

Apa Kata Sufi ?

Al Ghazali dari kitabnya yang lain :Al Ghazali, mengungkapkan di dalam kitab Al Munkid Min Al Dzalal “Sungguh jalan ini tidak bisa diikuti kecuali dengan ilmu dan amal, yang harus menempuh tanjakan-tanjakan ruhani dan membersihkannya dari ahlak-ahlak tercela dan sifat jahat. Sedemikian sehingga, hati menjadi kosong dari selain Allah, kemudian mengisinya dengan dzikir.
Bagiku, ilmu lebih mudah daripada amal. Aku pelajari kitab-kitab sufi terdahulu, sehingga aku paham secara ilmiah. Penjelasan lebih dalam aku ikuti dan aku dengar dari uraian mereka. Tampak, pada posisi tertentu, perjalanan tasawuf ini tidak bisa ditempuh dengan belajar dari ilmu, tetapi dengan dzauq (fruitional experience), hal dan kebersihan hati. Tentu berbeda orang yang kenyang dengan orang yang tahu pengertian kenyang.



Syaikh Allamah Sayyid Abdullah Haddad, semoga Allah meridhoinya menjawab : Para murid dan salik yang akan melakukan perjalanan ruhani itu ada dua macam, pertama salik yang berikhtiar dan berusaha keras. Dia adalah salik qabl al jadzb (orang yang berjalan menemukan Tuhan dengan kekuatan sendiri sebelum ada kekuatan yang menariknya. Dan kedua Salik bil ghalabah wa al idhthirar (orang-orang yang berjalan menemukan Tuhan karena terkalahkan dan terpaksa. Dia adalah al majdzub al suluk (tertarik sebelum berjalan).

Sebagian ahli tharekat berpendapat bahwa salik qabl al jadzb lebih utama, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya.

Dikisahkan juga bahwa sepeninggal suami Rabi’ah Al- Adawiyah, Hasan Basri dan sahabat – sahabatnya pernah minta izin menemuinya. Mereka pun diberi izin , dan Rabi’ah pun duduk di balik tabir. Hasan Basri dan segenap sahabatnya menyatakan, “ Suamimu sudah meninggal dunia maka kamu harus menikah lagi “

Rabi’ah menjawab, “ Memang demikian seharusnya . Akan tetapi, siapakah yang paling alim diantara kalia kalian ? Saya bersedia dinikahi olehnya.”

Semua yang hadir saat itu serempak menyatakan, “ Hasan Basri “

“ Jika anda bisa menjawab empat macam pertanyaan, saya akan menyerahkan diri saya untuk anda”

“Silakan. Kalau Allah memberikan taufik kepada saya, saya akan menjawab” jawab Hasan Basri Rabi’ah memulai dengan pertanyaannya ,

“ Bagaimana pendapat anda, kalau saya meninggal. Apakah saya dalam keadaan iman atau tidak ? “ Ini sesuatu yang gaib. Dan tidak ada yang gaib selain Allah” Jawab Hasan Basri

Pertanyaan kedua, “Apa pendapat anda, kalau saya nanti dikuburkan dan ditanya oleh malaikat Munkr dan Nakir. Apakah saya mampu menjawab atau tidak ?“

“Ini juga sesatu yang gaib, sedangkan tidak ada yang tahu sesuatu yang gaib selain Allah,” jawabnya.

Pertanyaan ketiga, “Jika manusia dikumpulkan , lalu kitab catatan amalan diberikan, apakah saya akan menerima kitab catatan amal saya dengan tangan kanan atau tangan kiri?”,

“ Ini juga perkara gaib” jawab nya.

Pertanyaan terakhir, “Jika nanti manusia dipanggil sebagian ke surga dan sebagian lagi ke neraka maka saya berada dibagian mana?”

“Ini juga termasuk masalah gaib” jawabnya

Setelah Rabi’ah melontarkan keempat pertanyaannya dan tak satu pun sanggup dijawab oleh Hasan Basri, ia pun berkata, “Anda kebingungan dengan empat masalah ini, sungguh tak terbayangkan bagaimana anda malah sibuk dengan urusan kawin segala?”

“Wahai Hasan” Lanjut Rabi’ah “Allah menciptakan akal ada berapa bagian?”

“Ada sepuluh bagian, Sembilan bagian bagi laki – laki dan satu bagian bagi perempuan” jawab Hasan Basri

Rabi’ah bertanya lagi,” Wahai Hasan, ada berapa bagian Allah mencitakan syahwat?”

“Ada sepuluh bagian, Sembilan untuk perempuan dan satu bagian untuk laki – laki” jawabnya.Akhirnya Rabi’ah menjawab “Wahai Hasan, saya mampu menjaga sembilan bagian syahwat itu dengan satu bagian akal. Dan kamu tidak mampu menjaga satu bagian syahwat itu dengan Sembilan bagian akal.”

Mendengar jawaban tersebut Hasan Basri menangis dan pulang.

Bagaimana dengan kita kaum laki – laki, mampukah kita menjaga syahwat kita dengan sembilan bagian akal kita?semoga Allah memberi kekuatan kepada kita agar mampu menjaga syahwat dengan sembilan bagian akal yang kita miliki(.tamanpecintaFollow)

JAKARTA 26/12/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman