Kamis, 13 November 2014

SABAR ATAS DUNIA




Sabar ?

Allah SWT berfirman:
Artinya:Maka Bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka.(QS.Al-Insan:24)
Ali bin Abi Thalib mengatakan:”Sabar adalah kunci kesenangan,benteng dari kefakiran, menimbulkan keberanian; kesudahan sabar adalah positif dan menyenangkan; sabar termasuk salah satu sebab kemenangan.”[1]
Ibnu Kasir menjelaskan firman di atas bahwa Allah swt menguatkan kepada Rasul-Nya dengan menurunkan kepada beliau al-Qur’an yang agung dengan beberapa tahapan agar bersabar atas hukum Tuhannya, yakni Aku muliakan kamu dengan apa yang Aku turunkan kepadamu maka sabarlah kamu atas qadha’ dan takdir-Nya dan ketahuilah Dia akan menjagamu dengan sebaik-baik penjagaan.[2]

1. Sabar Atas Cobaan Dunia
Salah satu dari bentuk sabar adalah sabar atas cobaan dunia dan bencana zaman, seperti harta dan jabatan, keturunan dan ilmu, bencana alam dan lain sebaigainya. Menyangkut hal ini ini, tak seorang pun yang luput darinya. Baik muslim ataupun kafir, yang miskin atau pun yang kaya, penguasa atau pun rakyat biasa. Sebab hal ini merupakan tabiat kehidupan dan manusia. Tidak ada seorang pun yang terbebas dari keresahan batin, penyakit fisik, kehilangan orang-orang yang dicintai, kerugian harta benda, ganggungan orang, kesengsaraan kehidupan dan tantangan zaman.
Imam al-Ghazali berkata:”Ketahuilah bahwa sabar itu ada dua; salah satunya bersifat badani (fisik). Seperti menanggung beban dengan badan (fisik) dan teguh terhadapnya; mungkin berupa perbuatan seperti melaksanakan perbuatan-perbuatan yang berat; atau berupa ibadat dan lain sebagainya; atau bersabar atas pukulan yang berat, sakit yang kronis dan luka-luka yang menyakitkan.”[3]
Selanjutnya al-Ghazali berkata:”Yang demikian itu akan menjadi terpuji jika sesuai dengan syari’at. Tetapi yang lebih terpuji dan lebih sempurna adalah bentuk sabar ke dua: al-Shabru al-Nafsi (kesabaran moral) dari syahwat-syahwat naluri dan tuntutan-tuntuan hawa nafsu.”[4]
Sabar yang bersifat fisik seperti perintah beribadah atau tertimpa sakit merupakan cobaan bagi orang-orang yang beriman, sehingga akan terlihat kuwalitas kesungguhan dan kebenaran imannya atau kedustaan mereka. Dan lebih berat lagi sabar dalam menghadapi dorongan nafsu seperti hubbud dunya, ujub, thoma’, bakhil, riya’, dan yang lainnya.
Allah SWT berfirman:
Nä3¯Ruqè=ö7oYs9ur &äóÓy´Î/ z`ÏiB Å$öqsƒø:$# Æíqàfø9$#ur <Èø)tRur z`ÏiB ÉAºuqøBF{$# ħàÿRF{$#ur ÏNºtyJ¨W9$#ur 3 ̍Ïe±o0ur šúïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÎÎÈ tûïÏ%©!$# !#sŒÎ) Nßg÷Fu;»|¹r& ×pt7ŠÅÁB (#þqä9$s% $¯RÎ) ¬! !$¯RÎ)ur Ïmøs9Î) tbqãèÅ_ºu ÇÊÎÏÈ
Artinya:  Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.  (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun.(QS. Al-Baqarah: 155-156)
Bentuk sabar inilah yang tidak terpikirkan oleh kebanyakan orang. Dalam al-Qur’an, shabar ini dicontohkan oleh sabarnya Nabi Ayyub atas penyakit dan kematian keluarganya; shabarnya Nabi Ya’qub atas kepergian anaknya, Yusuf dan tipu daya anak-anaknya terhadapnya.
Setelah menyebutkan berbagai bencana dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, ayat ini memperkenalkan kelompok orang yang sabar ini, berikut kompetensinya, berhak menerima kabar gembira. Jelaslah setiap orang biasa tidak tepat dianugerahi keutamaan dan derajat ini. Karena itu, pahala tersebut, yaitu kabar gembira, dikhususkan pada orang-orang yang kesabarannya bersumber dari sebuah fondasi yang kuat. Kabar-kabar yang menggembirakan yang khusus ini dipenuhi karunia dan rahmat yang khusus dari sisi Allah. Orang yang seperti ini adalah orang-orang yang hatinya condong kepada Tuhannya dan ketika berhadapan dengan bencana mereka berkata, Sesungguhnya kami milik Allah, dan sesungguhnya kepada-Nya kami akan kembali.[5]
Allah SWT berfirman:
z`ÏBur Ĩ$¨Z9$# `tB ãAqà)tƒ $¨YtB#uä «!$$Î/ !#sŒÎ*sù yÏŒré& Îû «!$# Ÿ@yèy_ spuZ÷FÏù Ĩ$¨Y9$# É>#xyèx. «!$# ûÈõs9ur uä!%y` ׎óÇtR `ÏiB šÎi/¢ £`ä9qà)us9 $¯RÎ) $¨Zà2 öNä3yètB 4 }§øŠs9urr& ª!$# zNn=÷ær'Î/ $yJÎ/ Îû Írßß¹ tûüÏJn=»yèø9$# ÇÊÉÈ £`yJn=÷èus9ur ª!$# šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä £`yJn=÷èus9ur šúüÉ)Ïÿ»oYßJø9$# ÇÊÊÈ
Artinya:  Dan di antara manusia ada orang yang berkata: "Kami beriman kepada Allah", Maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: "Sesungguhnya kami adalah besertamu". bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia?.  Dan Sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman: dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang munafik.(QS. Al-Ankabut:10-11)

2. Sabar  Dalam Taat Kepada Allah swt
Di antara manusia ada yang masuk ke dalam himpunan kaum mukminin, berpenampilan sebagaimana penampilan mereka dan berbicara dengan bahasa mereka, tetapi apabila ditimpa mushibah dan cobaan berat dalam menjalankan  agamanya berantakan kekuatannya. Terlepas ikatan-ikatannya dan berlepas diri dari keimanan yang sebelumnya didakwahkannya. Sebagaimana firman diatas.
Dengan cobaan fisik ataupun mental, orang-orang akan diketahui kwalitas keimanannya dan kesabarannya. Dan Allah swt Maha Mengetahui mana orang-orang yang benar-benar imannya dan mana orang-orang yang munafik.
Bagi orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah swt dapat dipastikan mereka sadar bahwa semua cobaan yang ditakdirkan-Nya mengandung hikmah dan pembelajaran sesuai dengan keadilan-Nya harus disyukuri bila menyenangkan dan disabari jika tidak menyenangkan. Syukur dan sabar adalah sifat yang dimiliki oleh orang-orang yang mengatakan dirinya sebagai hamba Allah yang beriman kepada-Nya dan selalu berlindung dari kejahatan makhluk dan berdo’a penuh harap kepada-Nya.
Allah SWT berfirman:
>§ ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $tBur $yJåks]÷t/ çnôç7ôã$$sù ÷ŽÉ9sÜô¹$#ur ¾ÏmÏ?y»t6ÏèÏ9 4 ö@yd ÞOn=÷ès? ¼çms9 $wŠÏJy ÇÏÎÈ
Artinya:  Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, Maka sembahlah dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan dia (yang patut disembah)?(QS. Maryam: 65)
Di dalam ayat ini, al-Qur’an memakai bentuk kata,’ishthabir’ sebagai bentuk kata yang biasa ishbir, karena bentuk kata ini menunjukkan arti”sangat” dalam melakukan sesuatu perbuatan. Ini tidak lain karena jalan dalam menthaati Allah itu penuh dengan berbagai rintangan, dari dalam ddiri ataupun dari luar.
Selain itu, terdapat makna spiritual yang amat dalam sehingga menjadikan taat kepada Allah dan beribadah kepada-Nya itu sangat susah dan berat bagi jiwa manusia.[6]
Allah SWT berfirman:
p­ƒÍhèŒ ô`tB $oYù=yJym yìtB ?yqçR 4 ¼çm¯RÎ) šc%x. #Yö6tã #Yqä3x© ÇÌÈ
Artinya: (yaitu) anak cucu dari orang-orang yang kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.(QS.Al-Isra’:3)
Nabi Nuh as adalah utusan Allah yang tak pernah bosan menyeru kepada kaumnya untuk hanya beribadah kepada Allah swt., tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, meskipun sedikit sekali yang mau beriman kepada Allah swt. Dia dan orang-orang bersamanya tetap taat kepada Allah swt. dan mensyukuri apa yang dianugerahkan kepadanya, bersyukur atas keselamatan dari banjir yang besar.
Jika manusia telah berlebihan dalam kedurhakaannya kepada Allah, maka bukan tidak mungkin azab didatangkan di dunia ini juga. Bantuan Allah swt tetap kepada orang-orang yang beriman dan pandai bersyukur. Nabi Nuh as adalah hamba Allah swt yang banyak bersyukur sebagaimana firman di atas.
Allah SWT berfirman:
tA$s% #ÓyqßJ»tƒ ÎoTÎ) y7çGøŠxÿsÜô¹$# n?tã Ĩ$¨Z9$# ÓÉL»n=»y͏Î/ ÏJ»n=s3Î/ur õäÜsù !$tB y7çG÷s?#uä `ä.ur šÆÏiB tûï̍Å3»¤±9$# ÇÊÍÍÈ
Artinya: Allah berfirman: "Hai Musa, Sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur."(QS.Al-A’raf:144)
Nabi Musa as adalah utusan Allah swt dan memberikan kelebihan di antara manusia pada zamannya, diberi risalah ajaran Tuhan dan dia diberi kemampuan berbicara dengan Tuhannya. Dengan kitab Taurat, Nabi Musa as diperintahkan menghadap dan menaklukkan Fir’aun. Tetapi, karena Fir’aun ingkar, Allah swt menenggelamkannya beserta para pengikutnya di laut Merah. Allah swt tetap menyelamatkan Nabi Musa as dan orang-orang yang beriman kepada-Nya.
ôs)s9ur $uZù=yör& 4yqãB !$oYÏF»tƒ$t«Î/ ïcr& ól̍÷zr& y7tBöqs% šÆÏB ÏM»yJè=à9$# n<Î) ÍqY9$# NèdöÅe2sŒur ÄN9­ƒr'Î/ «!$# 4 žcÎ) Îû šÏ9ºsŒ ;M»tƒUy Èe@ä3Ïj9 9$¬7|¹ 9qä3x© ÇÎÈ
Artinya: Dan Sesungguhnya kami Telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat kami, (dan kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah". Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.(QS.Ibrahim:5)
Di dalam menjalankan tugas kerasulannya, Nabi Musa as memohon kepada Allah swt agar mengangkat Nabi Harun as sebagai pembantu yang selalu mendampinginya dan do’anya dikabulkan oleh Allah swt. Keberhasilan Nabi Musa as dalam mengajak kaumnya adalah kesabaran dan syukurnya kepada Allah swt.
Meskipun demikian, karena kedurhakaan sebagian kaumnya kepada Allah swt.,ummatnya diazab dengan bermacam-macam cobaan, diantaranya disambar halilintar sebagaimana firman-Nya:”Dan (ingatlah) ketika kamu berkata:”Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang,” karena itu kamu disambar halilintar sedangkan kamu menyaksikannya. Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur.” (QS.Al-Baqarah:55-56)
Allah SWT berfirman:
(#qãZŠÏètFó$#ur ÎŽö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4 $pk¨XÎ)ur îouŽÎ7s3s9 žwÎ) n?tã tûüÏèϱ»sƒø:$# ÇÍÎÈ
Artinya: Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. (QS.Al-Baqarah: 45)
Sebelum ayat ini, Allah swt mengkhabarkan tentang orang-orang Yahudi dengan penuh sindiran, mengapa mereka menyeru manusia untuk berbuat kebajikan sedangkan mereka sendiri tidak melakukannya, padahal mereka membaca kitabnya.Menyeru kebaikan dan keimanan kepada Nabi Muhammad saw. Tetapi mereka tidak iman kepada kenabian Muhammad saw.
Kemudian ayat selanjutnya, meyeru kepada kita untuk memohon, perlindungan dan pertolongan hanya kepada Allah swt dengan kesabaran dan  shalat sebagai sarana untuk memperoleh keridhaan-Nya dalam menghadapi berbagai cobaan dan ujian kehidupan dan jiwa manusia.
Muhammad Asy-Syaukani mengatakan:”Mohonlah kepada Allah swt dengan mengendalikan dirimu dari syahwat-syahwat dan doronglah baginya untuk ketaatan dengan menolak hal-hal yang makruh(dibenci agama), dikatakan juga maksudnya khusus sabar dalam melaksanakan shalat.”[7]
Allah SWT berfirman:
ö@è% uqèd üÏ%©!$# ö/ä.r't±Sr& Ÿ@yèy_ur â/ä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur ( WxÎ=s% $¨B tbrãä3ô±n@ ÇËÌÈ
Artinya:  Katakanlah: "Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati". (tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.(QS.Al-Mulk:23)
Dengan pendengaran, penglihatan dan hati, semestinya manusia beriman dan bersyukur atas nikmat-nikmat tersebut. Namun sudah menjadi ketetapan Tuhan dan kehendak-Nya, manusia ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur. Untuk itu, beruntunglah orang-orang yang memilih jalan yang lurus dengan iman dan syukur kepada Tuhan.
Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah yang terakhir dan menjadi suri tauladan ummatnya dalam ibadah, kesabaran, syukur, beramal sholeh, jihadnya dan prilaku terpuji lainnya. Dan salah satu contoh rasa syukurnya kepada Allah swt adalah sebagaimana hadis Nabi saw yang artinya:” Adalah Rasulullah saw berdiri (sholat tahujjud) di malam hari sampai bengkak kedua kakinya, lalu aku berkata kepadanya:”Mengapa engkau lakukan ini wahai Rasulullah saw, bukankah Allah swt telah mengampuni dosa yang lalu dan yang akan datang? Rasulullah saw menjawab:” Apatah aku tidah boleh menjadi orang yang banyakt bersyukur (kepada-Nya) ?” (HR. Muttafaqun alaih )
Dengan demikian, kesabaran hamba Allah swt atas perintah dan larangan-Nya seta shalat yang khusyu’, syarat rukun dipenuhi dan pesan bacaannya diamalkan dalam kehidupan keseharian merupakan sarana untuk mendapatkan rahmat dan ridha-Nya.
Bersambung... (1)


[1] Fadhlullah al-Ha’iri, Kata-Kta Mutiara ‘Ali bin Muthalib, hal.113.
[2] Ibnu Kasir, Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim,jilid 4. hal. 551
[3] Yusuf Qardhawi, Shabar, Suatu Prinsip Gerakan Islam, Tafsir Tematik Al-Qur’an,(Jakarta: Rabbani Press, 1992), hal. 4
[4] Ibid. hal.4
[5] Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur’an,.jilid  2. hal. 15-16
[6] Yusur Qardhawi, Sababr, Suatu Prinsip Gerakan Islam, Tafsir TematikAl-Qur’an,.hal. 72-73
[7] Muhammad Asy-Syaukani, Fath al-Qadir, hal. 64

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman