Kamis, 13 November 2014

RASA TAKUT




Khauf ?

Allah SWT berfirman:
Artinya: Sesungguhnya kam takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka penuh kesulitan. (QS. Al-Insan: 10)
Khauf (takut) merupakan tempat persinggahan yang amat penting dan paling bermanfaat bagi hati. Ini merupakan keharusan bagi setiap orang yang benar-benar beriman kepada Allah swt dan hari pembalasan.
Abul Qasim menyatakan:”Orang yang takut (khauf) kepada sesuatu akan lari darinya, tapi orang yang takut kepada Allah swt akan lari kepada-Nya.”[1]
Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar supaya memiliki rasa takut kepada Allah swt Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan Dia juga Maha Keras siksanya, lebih-lebih takut tidak diterima amal ibadahnya. Sebab amal sholeh dalam Islam, belum cukup dikatakan baik sehingga betulbetul pelakunya tidak menyekutukan Allah dalam beribadah dengan sesuatu, baik dengan suatu benda maupun seseorang yang dianggap punya kemampuan untuk dimintak tolong.
Orang-orang yang beriman dan beramal sholeh hanya takut kepada Allah swt dengan tidak mengingkari nikmat-nikmat yang berikan kepadanya. Rasa takut kepada Allah swt merupakan pertanda keimanan yang kuat dan ketulusan dalam berbuat kebajikan. 
Allah SWT berfirman:
$¨Br&ur ô`tB t$%s{ tP$s)tB ¾ÏmÎn/u ygtRur }§øÿ¨Z9$# Ç`tã 3uqolù;$# ÇÍÉÈ ¨bÎ*sù sp¨Ypgø:$# }Ïd 3urù'yJø9$# ÇÍÊÈ
Artinya:  Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,  Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).(QS.An-Nazi’at:40-41)
Al-Faqih menjelaskan bahwa barangsiapa mengerjakan kebaikan, maka ia mempunyai rasa takut terhadap empat hal. Keempat hal tersebut adalah: 1. Takut tidak diterima, karena Allah swt berfirman,”Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang yang bertakwa.” (QS.Al-Maidah:27).2. Takut riya’, karena Allah swt berfirman,”Dan mereka tidak disuruh kecualisupaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama.” (QS.Al-Bayyinah:5). 3.Takut akan keselamatan pemeliharaan, karena Allah swt berfirman,”Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya.” (QS.Al-An’am:160).4. Takut kehinaan dalam ta’at, karena ia tidak apakah akan tetap mendapatkan taufik dari Allah atau tidak. Allah swt berfirman,”Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nyalah aku kembali.” (QS. Hud:88)[2]
Allah SWT berfirman:
$yJ¯RÎ) ãNä3Ï9ºsŒ ß`»sÜø¤±9$# ß$Èhqsƒä ¼çnuä!$uŠÏ9÷rr& Ÿxsù öNèdqèù$ys? Èbqèù%s{ur bÎ) LäêZä. tûüÏZÏB÷sB
Artinya: Karena itu janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kalian benar-benar orang yang beriman. (QS. Ali Imran: 175)
Ahmad dan Tirmidzi meriwayatkan dari Aisyah ra. Dia berkata,”Aku pernah bertanyak,”Wahai Rasulullah, tentang firman Allah,’Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut’, apakah dia itu orang yang berzina, minum khamer dan mencuri?” Beliau menjawab,”Bukan wahai putri Ash-Shiddiq, tetapi dia orang yang puasa, shalat dan mengeluarkan shadaqah, sedang dia takut amalnya tidak diterima.”[3]
Namun kebanyakan manusia lebih takut kehilangan jabatan, harta, keluarga yang dicintainya daripada takut tidak melaksanakan shalat sunnah atau puasa sunnah Rasulullah saw. Mengapa demikian ? Mungkin karena tipis imannya, atau sedikit ilmu pengetahuan agamanya dan lain sebagainya.
Abu Hafs berkata,”Khauf merupakan cemeti Allah untuk menggiring orang-orang yang meninggalkan pintu-Nya. Khauf juga merupakan pelita dalam hati, yang dengannya dia bisa melihat kebaikan dan keburukan. Setiap orang yang engkau takuti, tentu engkau hindari, kecuali Allah swt. Orang yang takut, lari dari Rabb-nya namun juga menuju Rabb-nya.”[4]
Dengan demikian, rasa takut bagi orang-orang yang beriman hanya pantas ditujukan kepada Allah swt semata, sebab Dia adalah sumber kehidupan dan rahmat bagi makhluk semesta alam,dan paham bahwa ujian menyenangkan atau cobaan yang menyakitkan kedua-duanya datang dari-Nya. Dia yang pantas diagungkan dan ditakuti, siap diperintah dan dilarang-Nya denga hati yang tulus.
Allah SWT berfirman:
tbqèùqムÍõ¨Z9$$Î/ tbqèù$sƒsur $YBöqtƒ tb%x. ¼çnŽŸ° #ZŽÏÜtGó¡ãB ÇÐÈ
Artinya:  Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana.(QS. Al-Insan: 7)
Pemenuhan nadzar mengisyaratkan kecenderungan mereka melakukn kewajiban, sedang rasa takut akan siksa menggambarkan upaya mereka menghindari keburukan.[5]
Dipaparkanlah balasan bagi orang-orang yang senantiasa takut kepada Allah, suka memberi makan kepada orang-orang miskin dan suka berbuat baik kepada orang lain itu. Mereka mendapatkan balasan yang berupa keamanan, kemakmuran, dan kenikmatan yang lembut dan nyaman.[6]
Allah swt akan membalas kepada hamba-hamba-Nya yang menunaikan nadzar dengan sempurna dengan balasan yang lebih baik, surga dan menolong mereka dari siksa-Nya, selamat dari api neraka.
Allah SWT berfirman:
Nä3¯Ruqè=ö7oYs9ur &äóÓy´Î/ z`ÏiB Å$öqsƒø:$# Æíqàfø9$#ur <Èø)tRur z`ÏiB ÉAºuqøBF{$# ħàÿRF{$#ur ÏNºtyJ¨W9$#ur 3 ̍Ïe±o0ur šúïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÎÎÈ
Artinya:  Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(QS.QS. Al-Baqarah: 155)
Amirul Mukminin Imam Ali as berkata,”Walaupun Allah Yang Mahaagung mengetahui lebih daripada mereka mengetahui diri mereka sendiri, tetapi Dia melakukan demikian untuk membiarkan mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang dengan itu mereka layak mendapatkan pahala atau hukuman.”[7]
Allah swt menguji semua umat manusia dengan ujian yang berbeda-beda. Seluruh tempat di dunia yang berbeda-beda merupakan tempat cobaan dan seluruh anggota bangsa manusia, bahkan para Nabi, semua diuji, dan seluruh perkara baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan merupakan sarana ujian. Maka beruntunglan hamba-hamba-Nya yang lulus dari cobaan dan ujian dari-Nya dengan penuh kesabaran dan tetap beriman kepada-Nya, sehingga mereka pantas mendapatkan pahala dari-Nya, shalawat dan rahmat dari Tuhan mereka.
Penderitaan, yang umat manusia hadapi, biasanya berkaitan dengan harta, kehidupan, anak-anak, atau ketakutan akan kehilangan salah satu di antara mereka. Memang demikian adanya, tetapi bagi orang-orang yang beriman dan hati mereka tenteram dengan berdzikir kepada Allah swt lebih takut bila tidak diterima amal ibadah dan amal sholehnya di kemudian hari oleh Allah swt.
Juga ayat diatas,”Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” Memberitahu kepada Nabi Muhammad saw agar  beliau memberi kabar kepada orang-orang yang sabar dalam menghadapi bencana dan kesulitan, yaitu dengan pahala surga dan ampunan Allah swt atas mereka.
Allah SWT berfirman:
šúïÏ%©!$# šcqà)ÏÿYムOßgs9ºuqøBr& È@øŠ©9$$Î/ Í$yg¨Z9$#ur #vÅ ZpuŠÏRŸxtãur óOßgn=sù öNèdãô_r& yYÏã öNÎgÎn/u Ÿwur êöqyz óOÎgøn=tæ Ÿwur öNèd šcqçRtóstƒ ÇËÐÍÈ
Artinya:  Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, Maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(QS. Al-Baqarah: 274)
Dari beberapa kitab tafsir seperti Tafsirush Shafi, Majma’ul Bayan, Tafsirul Qurtubi, Tafsirul Kabir oleh Fakhr Razi, dikutip bahwa ayat ini telah diwahyukan mengenai Sayyidina Ali as. Suatu ketika ia hanya memiliki empat keping uang perak. Dia menyedekahkan satu keeping di siang hari, satu keeping di malam hari, keping yang ketiga ia sedekahkan secara terang-terangan, dan keeping yang keempat secara sembunyi-sembunyi di jalan Allah.[8]
Sungguh beruntung mereka yang berharta dari pekerjaan yang halal, lalu berbagi rezeki yang diamanatkan kepadanya kepada orang-orang yang membutuhkannya misalnya fakir-miskin, anak yatim dengan sandang-pangan dan keperluan lainnya.Dengan harta yang halal, seseorang akan diberi kemudahan oleh Allah swt untuk membantu orang lain. Sebaliknya, orang yang bakhil akan dimudahkan untuk berbuat dosa dan dosa seperti pelit membantu orang lain, bahkan terhadap dirinya sendiri ia kikir, tidak menunaikan zakat, enggan bersedekah dan beramal shalih.
Mereka takut hartanya berkurang jika menunaikan zakat dan infak. Rasa takut inilah yang mengantarkan dia menjadi orang yang merugi dunia-akhirat. Tetapi lain dengan orang-orang yang benar-benar beriman, mereka takut azab Tuhan di dunia dan akhirat, sehingga mereka tidak berani melanggar agama. Oleh karena itu, dengan menolong khajat orang lain akan menjadi sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, keras bekerja, rajin ibadah dan takut meninggal dalam kadaan syu’ul khatimah, maksiat dan tidak ingat kepada Allah swt.
Akan tetapi, selain sebab turunnya ayat yang disebutkan di atas, janji yang terdapat dalam ayat ini mencakup semua orang yang melakukan tindakan yang sama. Orang-orang seperti itu tidak pernah takut miskin di dunia karena percaya kepada janji Allah dan percaya kepada-Nya, tidak pula mereka menjadi menderita lantaran harus bersedekah karena berhasrat memperoleh keridhaan Allah, dan apa yang akan dihasilkan oleh sedekah itu bagi mereka di Akhirat.[9]
Iman yang benar bagi hamba-hamba Allah swt akan dapat mendorong untuk berbuat kebaikan, baik pada dirinya sendiri maupun kepada orang lain seperti berinfak atau beramal sholeh. Mereka yakin bahwa apa yang dibelanjakan di jalan Allah swt akan diganti dengan lebih baik di dunia maupun di akhirat – dan ini bukan tujuan – sehingga ada semangat dan harapan dari-Nya. Bahkan mereka tidak takut kehabisan harta yang sebagian diinfakkan atau disedekahkannya di jalan yang diridhai-Nya itu akan bertambah keberkahannya. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda,”Harta yang disedekahkan itu tidak sedikitpun berkurang.” (HR. Muslim) 
Allah SWT berfirman:
$yJ¯RÎ) ãNä3Ï9ºsŒ ß`»sÜø¤±9$# ß$Èhqsƒä ¼çnuä!$uŠÏ9÷rr& Ÿxsù öNèdqèù$ys? Èbqèù%s{ur bÎ) LäêZä. tûüÏZÏB÷sB
Artinya:  Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.(QS. Ali Imran: 175)
Seorang mukmin sejati tidak takut kepada siapa pun kecuali Allah. Jadi, keimanan tidak terpisahkan dari keberanian. Karenanya, para pejuang hanya boleh takut kepada Allah dan tetap menjaga ketakwaan.
Sayyid Quthb dalam tafsirnya mengatakan,”Syetan sangat licik, penipu dan pengkhianat, bersembunyi di belakang para walinya dan menyebar luaskan rasa takut kepada mereka di dalam dada orang-orang yang tidak mewaspadai godaannya..Oleh sebab itu, Allah mengungkapkannya, menelanjangi segala makar dan tipu dayanya, dan mengenalkan hakikat yang sebenarnyanya kepada kaum mu’minin: Hakikat makar dan godaannya, agar mereka waspada  terhadapnya. Sehingga tidak takut kepada para wali syetan dan tidak gentar menghadapi mereka. Karena mereka dan syetan terlalu lemah untuk ditakuti oleh seorang mu’min yang bergantung kepada Tuhannya dan bersandar kepada kekuatan-Nya.[10]
Larangan firman Allah swt tersebut di atas jelas bahwa kaum muslimin haram hukumnya takut kepada setan dan wali-walinya, mereka orang kafir dan ingkar atas nikmat-nikmat Tuhan, sebab mereka sesat jalan, memilih jalan menuju neraka dan tidak memilih jalan yang diridhai-Nya yaitu surga. Untuk itu, hanya kepada Allah-lah kita menyandarkan segala urusan dan memohon kemudahan untuk beribadah dan kekuatan untuk menjauhi larangan-Nya serta rasa takut akan amal baik yang tertolak.
Allah SWT berfirman:
Iwr& žcÎ) uä!$uŠÏ9÷rr& «!$# Ÿw êöqyz óOÎgøŠn=tæ Ÿwur öNèd šcqçRtøts ÇÏËÈ
Artinya:.  Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(QS. Yunus: 62)
Para wali Allah adalah mereka yang kedudukannya tidak memerlukan batas antara mereka dengan Tuhan mereka, dan mereka tidak jauh dari-Nya. Hati mereka terbuka dan tak tertabiri dan mereka melihat-Nya dengan seluruh hati mereka melalui cahaya pengetahuan, iman dan amal kebaikan yang membuat mereka menjadi orang yang sempurna ketulusannya. Disebabkan oleh pengenalan terhadap Allah yang seperti itulah yang membuat siapapun yang lain menjadi tak berarti, kecil nilainya dan fana Ayat di atas mengatakan, (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.[11]
Wali-wali Allah yang dimaksud ayat di atas adalah orang-orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya, mereka sangat takut dan bertakwa kepada Tuhan dengan melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya, maka sebenarnya wali adalah seseorang yang beriman lagi bertakwa. Mereka adalah orang-orang pilihan seperti para Nabi, Rasul dan hamba-hamba Allah swt yang setiap saat diperintah dan dilarang oleh-Nya atas dasar iman dan ikhlas beribadah dan berjihad di jalan-Nya dengan harta dan jiwa-raganya.
By Abi Umar Fauzi Kasmudik (14/11/2014) bersambung...


[1] Abd al-Karim ibnu Hawazin al-Qusyairy, Risalah al-Qusyairiyah, hal.126
[2] Abul Laits As.Samarqandi, Tanbihul Ghafilin, jilid 2.hal. 116-117
[3] Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Madarijus Salikin,. hal.174
[4] Ibid. hal. 176
[5] M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah,. volume 14. hal. 658
[6] Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an,.hal. 177
[7] Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur’an, jilid 2.hal. 13
[8] Ibid. jilid 3. hal. 54
[9] Ibid, hal. 55
[10] Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an,. jilid 2. hal. 526
[11] Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur’an, jilid 7. hal. 112

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman