Selasa, 11 November 2014

INGKAR JANJI




MANUSIA Ingkar ?
 Artinya: Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Tuhannya. (Q.S. Al-‘Adiyat: 6)

Sudah menjadi watak manusia kebanyakan jika memperoleh kesenangan, harta atau tahta menjadi lupa diri mungkin karena sedikit pengetahuan agamanya atau dalam agamanya namun kotor hatinya atau tipis keimanannya. Dengan iman yang benar dan kuat seseorang kaya maupun miskin dapat dipastikan selamat mengarungi kehidupan dunia ini. Tetapi bilamana tiada iman seseorang akan sangat mudah terjerumus dalam kehinaan, menuruti bisikan syaitan dan menjadi ingkar terhadap nikmat-nikmat Allah swt, nikmat iman, nikmat Islam dan nikmat sehat dll.

Allah SWT berfirman:

¨bÎ) z`»|¡SM}$# ¾ÏmÎn/tÏ9 ׊qãZs3s9 ÇÏÈ

Artinya: Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Tuhannya. (Q.S. Al-‘Adiyat: 6)

Diriwayatkan ibnu Hatim bahwa Rasulullah saw bersabda:”Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Tuhannya” Ia berkata bahwa manusia yang ingkar itu ialah seseorang yang makan untuk diri sendiri (enggan memberi makan orang lain),memukul budaknya(bisa pembantunya) dan menghalangi (membantu dalam bentuk) memboncengkan seseorang di kendaraannya.[1]

Sungguh tabiat manusia itu sangat kufur atas nikmat-nikmat Tuhannya sebagaimana kata ibnu Abbas dan lainnya, keji terhadap Tuhannya tatkala tertimpa musibah dan ujian,  melupakan nikmat-nikmat-Nya dengan bersenang-senang sebagaimana dikatakan al-Hasan; dan dikatakan manusia yang melakukan maksiat kepada Tuhannya; dikatakan orang yang bakhil.[2]

Di sini Allah swt menjelaskan dengan jelas bahwa siapa yang merugi dan celaka dengan ungkapan sesungguhnya secara umum, khususnya terhadap Tuhan, Pemelihara yang selalu berbuat baik kepadanya, sangat ingkar kepada-Nya.

Dalam konteks ini Rasul bersabda:”Tahukah kalian, apa yang dimaksud dengan al-kanud?” Para sahabat menjawab:”Allah dan Rusul-Nya lebih mengetahui.” Nabi bersabda:”Al-Kanud adalah orang yang tidak mensyukuri nikmat, yang memukul hamba sahaya (termasuk pembantunya), yang menghalangi (bantuan dalam bentuk) memboncengkan seseorang di kendaraannya, serta yang makan sendirian” (HR. ath-Thabarani melalaui Abu al-Bahili)[3]

Hadis diatas menjelaskan bahwa banyak manusia yang ingkar terhadap nikmat-nikmat Allah swt, dengan tidak sholeh terhadap dirinya dan tidak berbagi sebagian rezki kepada orang yang sangat membutuhkannya, bahkan berbuat aniaya kepada keluarga, tetangga misalnya. Oleh karena itu, seseorang yang beriman akan pandai mensyukuri nikmat-nikman Allah dengan memperbanyak amal soleh, baik kepada dirinya maupun kepada orang lain.

Allah SWT berfiman:

$tBur Nä3Î/ `ÏiB 7pyJ÷èÏoR z`ÏJsù «!$# ( ¢OèO #sŒÎ) ãNä3¡¡tB ŽØ9$# Ïmøs9Î*sù tbrãt«øgrB ÇÎÌÈ ¢OèO #sŒÎ) y#t±x. §ŽØ9$# óOä3Ztã #sŒÎ) ×,ƒÌsù /ä3ZÏiB öNÍkÍh5tÎ/ tbqä.ÎŽô³ç ÇÎÍÈ

Artinya: Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nyalah kamu memintak pertolongan. Kemudian apabila Dia telah menghilangkan kemudharatan itu daripada kamu, tiba-tiba sebagian daripada kamu mempersekutukan Allah dengan (yang lain). (Q.S. An-Nahl: 53-54)

Al-Qurthubi berkata makna firman ini sangat mempersona (ta’jib) sebab sesudah Allah swt menyelamatkan mereka dari kebinasaan dibalas dengan kemusyrikan.[4]

Jika manusia ditimpa kemudharatan,maka kepada Tuhan kamu minta tolo9ng kepada-Nya dengan mengeraskan suaramu dalam memohon pertolongan untuk menghilangkan kemudharatan tersebut bukan kepada selain-Nya; Ketika sudah hilang kamu menjadi orang kufur dan bahkan kepada Tuhannya menyekutukan dengan yang lain-Nya dan ini adalah kesesatan yang sempurna.[5]

Nikmat-nikmat Allah swt sangat banyak sekali yang sudah diberikan kepada manusia, sebagian mereka bersegera mensyukuri nikmat-nikmat tersebut dengan semakin rajin beribadah dan giat bekerja dan sebagian mereka mengkufuri karunia Allah swt dengan selalu berbuat dosa. Bagi orang yang beriman akan selalu bersyukur ketika mendapatkan kesenangan seperti harta atau jabatan dengan menggunakannya untuk bekal kembali kepada-Nya dan bilamana ditimpa musibah misalnya sedikit rezkinya atau ada keluarga yang meninggal dia bersabar dan memohon kepada-Nya. Apapun bentuk yang didatangkan oleh Allah baik menyenangkan atau menyusahkan sama saja bagi orang-orang yang beriman kepada-nya, menyenangkan disikapi dengan rasa syukur dan kesulitan dengan kesabaran.

Secara pasti, Allah swt mendengar permohonan manusia dan Dia akan segera menyambutnya dan menghilangkan kesulitan manusia. Kemudian setelah Allah swt menghilangkan kesulitannya dan menyelamatkannya dari kerugian, sebagian dari mereka malah menetapkansekutu-sekutu dan bandingan-bandingan bagi Allah dan kembali kepada berhala-berhala.Terutama mereka mendahulukan hawa nafsunya untuk dipertuhankan dengan melanggar norma-norma agama.

Menyekutukan kepada Allah swt baik dengan benda seperti patung-patung atau jimat-jimat atau pusaka yang dikeramatkan atau dengan manusia yang dikultuskan seperti makam para wali adalah perbuatan yang sangat ingkar kepada Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sebagian manusia suka menolong kebutuhan orang lain, namun salah niat maka dia tergolong orang yang baik dimata manusia tapi tidak bagus di sisi Allah.alias ingkar kepada-Nya.

Termasuk ingkar kepada Allah swt adalah orang Islam mendatangi dukun atau peramal untuk memintak pertolongan dan  meramalkan nasibnya. Sehingga keimanannya goncang dan bertambah jauh dari petunjuk agama yang dianutnya.

Nabi Muhammad saw bersabda yang artinya:”Barangsiapa mendatangi seorang peramal atau dukun lalu membenarkan apa yang ia katakan maka sungguh ia kufur terhadapa apa-apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.” (HR. Ahmad dan Hakim)

Bahkan seorang muslim yang memintak tolong atau mintak diramal oleh dukun atau peramal dengan membenarkan ucapannya maka sholatnya 40 hari tidak diterima. Sebagaimana sabda Rasulullah saw yang artinya: Barangsiapa mendatangi seorang peramal lalu bertanyak kepadanya tentang sesuatu maka 40 hari sholatnya tidak diterima. (HR. Ahmad dan Muslim)

Kebanyakan manusia lupa diri ketika permohonan dan kebutuhannya sudah diperkenankan oleh Allah swt dengan sombong dan angkuh. Lupa dari mana nikmat-nikmat yang diterima manusia baik yang beriman maupun yang kufur ? Harta dan jabatan adalah datang dari Tuhan, kapan saja Dia berhak memberi dan mengambilnya dari manusia. Semua yang ada di langit dan bumi serta isinya adalah milik Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Manusia hanya menerima apa-apa yang telah diamanatkan kepadanya, ilmu, harta, tahta dan lain sebagainya dan pada akhirnya semuanya itu akan kembali kepada_Nya.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

#sŒÎ*sù ¡§tB z`»|¡SM}$# @ŽàÑ $tR%tæyŠ §NèO #sŒÎ) çm»uZø9§qyz ZpyJ÷èÏR $¨YÏiB tA$s% !$yJ¯RÎ) ¼çmçFÏ?ré& 4n?tã ¥Où=Ïæ 4 ö@t/ }Ïd ×puZ÷GÏù £`Å3»s9ur ÷LèeuŽsYø.r& Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇÍÒÈ

Artinya: Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata:”Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku”, Sebenarnya itu adalah ujian , tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui. (Q.S. Az-Zumar: 49)

Allah swt mengkhabarkan bahwa manusia itu merendah diri kepada-Nya dan kembali kepada jalan-Nya serta berdoa kepada-Nya jika mereka ditimpa bahaya, tetapi tatkala Allah swt merubah dengan kenikmatan maka manusia menjadi durhaka dan melampaui batas, berbuat aniaya.[6]

Dengan firman diatas, Muhammad An-Nawawi menerangkan bahwa Allah swt menghabarkan manusia jika mendapat kefakiran dan sakit, dia memohon kepada-Nya, tetapi bila ia diberikan harta dan kesehatan yang sebenarnya datang dari Kami, manusia merasa kesuksesannya karena kepintaran ilmunya, maka jika mendapat kenikmatan dengan lapang rezeki, dia berkata ini hasil usahaku, jika ia sehat dia bilang ini karena dokter si fulan. Sebenarnya ini semua adalah ujian, apakah manusia bersyukur atau kufur, namun mereka kebanyakan tidak mengetahuinya.[7]

Ayat diatas menerangkan bahwa watak manusia jika mendapat kesulitan atau musibah ia cepat-cepat memohon kepada Tuhan. Namun setelah kebutuhannya tercapai atau kesulitannya diangkat oleh Tuhan ia lupa diri bahkan sombong dan angkuh terhadap perintah-perintah-Nya dan larangan-laranga-Nya diabaikan begitu saja. Manusia semacam ini sungguh tak tahu diri dan benar-benar sangat ingkar kepada Tuhan.

Sebelum menjadi orang yang terkenal, atau tidak punya jabatan dulunya peranginya baik dan santun namun sesudah menjadi orang yang masyhur namanya dengan ilmu, harta atau jabatan yang tinggi berubah sombong dan zhalim kepada orang lain. Ia lupa bahwa nikmat tersebut adalah bahan ujian Allah kepadanya, ia tergolong manusia bersyukur atau kufur.

Jangan seperti Raja Fir’aun dengan kedudukann bertambah zhalim kepada orang lain bahkan mengaku sebagai Tuhan; jangan seperti Qarun dengan hartanya ia sombong dan angkuh kepada nabi Musa ketikan diingatkan untuk menjadi orang yang baik; jangan seperti Bal ‘Am dengan ilmunya bertambah sombong dan menolak ajakan nabi Musa untuk kembali kepada jalan yang benar. Mereka ini salah satu contoh manusia-manusia yang ingkar terhadap nikmat-nikmat Allah swt sehingga mereka mati dalam kaadaan su’ul khatimah.

By Abi Umar (6/11/11/2014). Bersambung...







[1] Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, juz.4 hal.542

[2] Muhammad An-Nawawi, Murah Labib Tafsir An-Nawawi. jilid 2.hal. 461

[3]M.Quraish Shihab.Tafsir Al- Mishbah, hal. 466

[4] Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwat at-Tafasir. juz 2.hal. 130

[5] Muhammad An-Nawawi, Murah Labib Tafsir An-Nawawi, jilis awal.hal. 456

[6] Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, juz 4, hal.57


[7] Muhammad An-Nawawi, Murah Labib Tafsir An-Nawawi, jilid 2.hal. 242

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman