Rabu, 03 September 2014

KANDUNGAN Q.S AL-BAQARAH:148 (PAI)





KOMPETENSI DALAM KEBAIKAN

Muqaddimah
Allah swt tidak pernah memerintahkan manusia untuk saling bermusuhan, untuk saling membunuh, atau saling merusak, baik terhadap sesama muslim atau bukan sesame muslim. Allah swt memerintahkan manusia untuk menyembahnya, tidak menyekutukannya dengan sesuatu dengan berlomba-lomba berbuat baik kepada sesama mahluk khususnya manusia, tanpa membedakan jenis kelamin, agama, suku bangsa, dan golongan.
Menolong atau meringankan penderitaan orang lain adalah salah satu bentuk perbuatan baik dan termasuk kebajikan. Berlomba-lomba dalam kedalam kebaikan dalam kehidupan bermasyarakatlah yang dapat menyelamatkan manusia di dunia dan di akhirat. Hal ini sesuai dengan surah al-Fatir ayat 32 dimana manusia kelak akan mendapatkan akibatnya ketika hari akhir.

1. Kandungan Surat Al-Baqarah ayat 148

Surah al-Baqarah ayat 148 menjelaskan bahwa setiap umat manusia memiliki kiblat untuk beribadah. Kiblat utama umat muslim adalah ka’bah yang ada di Masjidil Haram (Masjid al Haram). Sebelumnya umat manusia beribadah menghadap Baitul Mqdis (Bait al Maqdis) tetapi kaum yahudi mengolok-ngolok menyatakan bahwa umat islam meniru kiblat mereka. Dan Allah swt pun memerintahkan Rasulullah untuk mengahadap kiblat ke Masjidil Haram.
Allah swt memerintakan hamba-Nya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Selama masih ada kesempatan untuk berbuat baik, dan pergunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Untuk melaksanakan pesan utama dalam ayat ini tidak sulit, banyak sekali untuk berlomba kebaikan misalanya para fakir miskin, anak-anak yatim, pembangunan mesjid yang belum selesai pembangunannya, dsb. Dalam Al-Qur’an, Allah banyak berfirman mengenai perintahnya kepada umat manusia untuk berbuat kebajikan dan tolong-menolong dalam taqwa serta meninggalkan perbuatan jahat.

2. Kandungan Surah Al-Fatir Ayat 32

Menolong adalah salah satu bentuk perbuatan baik. Allah memberikan memberi keutamaan yang membuat usaha yang baik. Allah menurunkan kitab (Al-Qur’an) sebagai pedoman hidup manusia di dunia ini sampai akhirat. Namun ketika al-Qur’an diturunkan kepada manusia ada 3 golongan dalam menerimanya, yaitu:

a. Golongan orang iman (percaya), yaitu orang yang dibukakan hatinya oleh Allah swt, sehingga apa yang mereka terima mereka lansung mempercayai nya.
b. Golongan orang kafir (tidak percaya), yaitu orang yang tidak mau mendengarkan seruan dari Rasullnya bahkan mereka menghina dan bahkan mereka mamusuhinya.
c. Golongan orang munafik, yaitu orang yang lisannya menerima tetapi hatinya menolak.

3. Membiasakan Diri Berlomba-Lomba Dalam Berbuat Kebaikan

Sebagai orang beriman hendaknya kita senantiasa mau mengingatkan sesamanya untuk berbuat kebaikan, yaitu dengan menjalankan hal tersebut Insya Allah segala bentuk kejahatan di muka bumi ini akan bias kita tanggulangi dan yang lebih pentingnnya lagi adalah kesatuan dan persatuan umat islam yang kokoh akan tercipta kekuatan yang dahsyat untuk mengalahkan kemungkaran sehingga dunia ini akan menjadi damai dan sejahtera dibawah lindungan Allah swt.

MENYANTUNI KAUM DU’AFA

Materi pembelajaran pada bab ini membaca Al-Qur’an surah al-Isra ayat 26-27 dan al-Baqarah ayat 177. Surah ini menjelaskan perintah Allah swt untuk menyantuni kaum du’afa di masyarakat. Kamu du’afa merupakan golongan masyarakat yang tidak memiliki kemampuan dalam menjalani hidupnya baik ditinjau dari segi fisik maupun segi material.
Menyantuni kaum duafa juga perbuatan yang dimaksud untuk membantu sesama, tindakan ini bias dilakukan dengan kebiasan selalu membayar zakat. Oleh karena itu, dengan adanya kandungan surah al-Isra’ ayat 26-27 dan al-Baqarah ayat 177, dalam upaya menanamkan kepekaan untuk saling tolong-menolong tersebut kita dapat membiasakan diri dengan menginfakkan atau memberikan sebagai rezeki yang kita peroleh meskipun sedikit.

1. Kandungan Q.S. Al-Isra Ayat 26-27

Khusus pada ayat 26-27 pada surah al-Isra’ ini memiliki asbabun nuzul yang diriwayatkan oleh At Tabrabi yang bersumber dari Ibnu Abbas bahwa ketika ayat ini turun , Rasulullah saw. Memberikan tanah di Fadak kepada Fatimah.
Pada ayat 26 dijelaskan bahwa selain berbakti, berkhidmat, dan menanamkan kasih sayang, cinta dan rahmat kepada orang tua, itu pun memberikan kepada keluarga yang dekat karena mereka paling utama dan berhak untuk ditolong.
Allah memerintahkan manusia untuk berbakti berbuat baik tidak hanya kepada orang tua saja, namun manusia harus berbakti kepada tiga golongan lain, yakni: kepada kaum kerabat, kepada orang miskin, kepada orang terlantar.
Pada ayat 27, Allah mengingatkan bahwa betapa buruknya orang yang bersifat boros. Mereka dikatakan sebagai saudara setan karena sangat menuruti keinginannya dan suka mengikutinya. Orang yang boros bermakna orang yang membelanjakan hartanya dalam perkara yang tidak mengandung ketaatan.

2. Kandungan Q.S. Al-Baqarah Ayat 177

Dalam suatu riwayat oleh Abdurrazaq dari Ma’mar dan dari Qatadah serat riwayat Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abul Aliyah menerangkan tentang kaum Yahudi yang menganggap bahwa yang baik itu shalat menghadap ke barat, sedangkan kaum Nisrani mengarah ke timur sehingga turuklah al-Baqarah ayat ini.
Contoh-contoh dari perbuatan baik tersebut antara lain seperti berikut:
1. memberi harta yang dicintainya kepada karib kerabatnya yang membutuhkannya.
2. memberikan bantuan kepada anak yatim.
3. memberikan harta kepada musafir yang sedang membutuhkannya.
4. memberikan harta kepada orang yang terpaksa meminta-minta.
5. memberikan hartanya untuk memerdekakan hamba sahaya.
6. menjalankan ibadah yang telah diperintahkan Allah dengan penuh keikhlasan.
7. menunaikan zakat kepada orang yang berhak menerimanya sebagaimana yang tersebut dalam surah at-Taubah ayat 60.
8. menepati janji bagi mereka yang mengadakan perjanjian.

Akan tetapi, terhadap janji yang bertentang dengan hukum Allah seperti janji berbuat maksiat, meka janji itu tidak boleh (haram) dilakukan. Nilai amal shaleh amat lekat dengan iman. Sebaliknya amal saleh bila tidak disadari dengan iman (bukan karena Allah) maka dosa itu tidak bisa disebut dengan amal saleh sebesar apa pun sehingga perbuatan baik yang ia lakukan tidak akan bernilai pahala dan sia-sia. Al-Qur’an dalam hal ini menyatakan sebagai berikut:
1. orang yang mati dalam kekafiran akan dihapus amalannya.
2. orang yang musyrik akan dihapus amalannya.
3. amal perbuatannya orang-orang kafir akan sia-sia.
4. orang kafir akan ditimpakan siksaan di dunia dan di akhirat.
5. orang kafir dan musyrik akan dimasukan kedalam neraka.
6. orang yang tidak beriman kepada akhirat hanya mendapatkan kehidupan dunia saja.

3. Penerapan Sikap dan Perilaku

Pencerminan terhadap surah al-Isra ayat 26-27 dan al-Baqarah ayat 177 dapat melahirkan antara lain sebagai berikut.
a. bekerja dengan tekun untuk mencari nafkah demi keluarga.
b. suka menabung dan tidak pernah berlaku boros meskipun memiliki harta yang banyak.
c. Menjauhi segala macam kegiatan yang sia-sia dan menghabiskan waktu dengan percuma.
d. Suka bersedekah, khususnya terhadap orang yang kekurangan.
e. Mempelajari ilmu agama dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Jakarta 3/9/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman