Senin, 15 September 2014

ASBABUN NUZUL (1)






MAKNA ASBABUN NUZUL AL-QUR’AN

Muqaddimah
Ayat-ayat Al Qur’an yang Allah turunkan juga memerlukan sebab-sebab turunya. Orang yang hendak memahami kesusastraan Arab harus mengetahui sebab-sebab yang mendorong penyair untuk mengubah syairnya dan suasana ketika syair itu di ucapkan. Mengetahui suasana dan keadaan itu, menolong kita untuk memahami dam merasakan saripati dari syair-syair itu. Demikian pula halnya dengan ayat-ayat dan surat-surat yang menghendaki sebab nuzulnya. Dia merupakan pembantu kita yang sangat baik dalam menetapkan takwil yang lebih tepat dan tafsir yang lebih benar bagi ayat-ayat itu.[1]
Walaupun kita telah mengetahui sebab nuzulnya ayat, namun kita masih juga memerlukan sesuatu yang lain, karena sebab-sebab yang di terangkan oleh ahli sejarah kadang-kadang tidak benar. Di dalam menghadapi azbab an-nuzul dari segi ke agamaan harus kita menggalinya dari segi kenyataan sendiri oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui sebab nuzulnya ayat. Para ulama’ tidak memperbolehkan kita menafsirkan Al Qur’an apabila kita tidak mengetahui sebab-sebab nuzulnya ayat][2]
Diantara sekian banyak manfaat,bahwa dengan mengetahui asbab nuzul Quran kita akan mantap memberi makna dan menghilangkan kesulitan atau keraguan menafsirkannya.
Segolongan ulama salaf mengalami kesulitan dalam memberikan makna ayat-ayat Al-Quran. Setelah mereka mengetahui sebab-sebab turunnya, maka segala kesulitan hilang
1.Pengertian Kebahasaan Asbab Al Nuzul
Kalimat Asbabun Nuzul pada mulanya merupakan gabungan dua kalimat atau dalam bahasa arab disebutnya kalimat idhafah yakni dari kalimat “Asbab” dan “Nuzul”. Yang jika dipandang secara etimologi maka Asbab An-Nuzul didefinisikan sebagai sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu. Asbabun Nuzul yang dimaksudkan disini adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya Al Quran.
Dilihat dari segi bahasa, kata Nuzul  berarti turunnya sesuatu dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, seperti kalimat “ Nazala fulanu minal jibali  ( seseorang turun dari ayas gunung”).
Bentuk tansirifnya yaitu” nazala  berarti menggerakkan sesuatu dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah, seperti kalimat “Anzala minas sama i” ( Allah menurunkan air dari langit )
Disamping itu, kata nuzul juga terkadang digunakan untuk maksud diam disuatu tempat atau daerah tertentu, seperti kalimat “ Nazalal amiru bil madinati anzala” ( penguasa itu berada atau bertempat tinggal di suatu kota).seperti yang digunakan Al-Quran dalam Surah Al-Mu’minun ayat ke 29 yang berbunyi :
@è%ur Éb>§ ÓÍ_ø9Ì Rr& Zwu \ãB %Z.u $t7"B |MRr&ur çöyz tû,Î!Í \ßJø9$# ÇËÒÈ
Artinya : dan berdoalah Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah Sebaik-baik yang memberi tempat".( Al-Mu’minun: 29)[3]

Penggunaan kata al inzal atau tanzil untuk mengungkapkan turun dan diturunkannya aya-ayat A-Qur’an, menurut Abdul Al-Maani dan Ahmad Al-Ghundur, karena Al-Quran itu diturunkan dari yang Maha Tinggi, dan selain Allah adalah rendah, dan menurutnya pula, bisa juga dilatarbelakangi oleh proses turunya wahyu yang dibawa oleh malaikat Jibril dari arah langit yang tinggi [4][4]
Inilah makna kata nuzul dan inzal, serta latar belakang peletakan kata-kata tersebut pada proses trunnya wahyu dari Allah SWT.,kepada umat manusia melalui rasul-Nya Muhammad SAW.

2.Pengertian Istilah Asbab Al-Nuzul

Menurut Al-Zarqani dalam kitabnya Manahil Al-Irfan fi Ulum Al-Quran,yang dimaksud dengan asbab nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi mengiringi ayat-ayat itu diturunkan untuk membicarakan peristiwa tersebut,atau menjelaskan ketentuan hukumnya. Sementara menurut Manna Al-Qahtan asbab nuzul adalah sebagai peristiwa yang menyebabkan ayat-ayat Al-Quran itu diturunkan waktu kejadian peristiwa tersebut,baik berupa pertanyaan maupun kasusu-kasus tertentu [5]
Berdasarkan dua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa asbab nuzul ayat adalah berbagai peristiwa baik berupa pertnyaan maupun kasus-kasus tertentu yang menyebabkan ayat-ayat Al-quran itu diturunkan saat terjadinya peristiwa tersebut,untuk menjelaskan ketentuan hukumnya.
Pertanyan-pertanyaan yang dimaksud tersebut di atas, ada kalanya pertanyaan dari orang mukmin,dan ada kalanya dari orang-orang yang mengingkari ajaran yang dibawa Muhammad sebagai utusan Allah, untuk menyampaikan ajaran kebenaran tersebut.
Sejalan dengan pembahasan di atas bahwa ayat-ayat Al-Quran ada kalanya ditrunkan sebagai jawaban atas pertanyaan yang dihadapkan pada Nabi Muhammad, dan beliau mengetahui jawabannya secara pasti, maka segeralah jibril menurunkan ayat sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut. Dengan pertanyaan tersebut, merupakan sebab turunnya ayat.
Salah satu contoh pertanyaan yang menjadi sebab turunnya ayat adalah pertanyaan bangsa Yahudi Madinah kepada Nabi SAW.,tentang ruh dan beliau belum dapat menjelaskannya dengan baik kepada mereka. Lalu turunlah ayat ke 85 Surah Al-Isra, yang berbunyi :
tRqè=t«ó¡o ur Ç`tã Çyr 9$# ( È@è% ßyr 9$# ô`ÏB ̍øBr& În1u !$tBur OçFÏ?ré& z`ÏiB ÉOù=Ïèø9$# wÎ) WxÎ=s% ÇÑÎÈ
Artinya :” dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (Al-Isra’: 85)[6][6]
Menurut bahasa Asbabun Nuzul berarti turunya ayat-ayat Al-Qur’an . Al-Qur’an di turunkan oleh Allah SWT. Kepada nabi Muhammad SAW. Secara berangsur-angsur lebih kurang 23 tahun. Al-Qur’an diturunkan untuk memperbaki akidah, ibadah, akhlaq dan pergaulan manusia. Yang sudah menyimpang dari  kebenaran.
Sebab-sebab turunnya ayat dalam bentuk peristiwa ada tiga macam yaitu
1.      peristiwa berupa pertengkaran, contohnya perselisihan antara Suku Aus dan Suku Khazraj, perselisihan itu timbul dari intrik-intrik yang ditiupkan orang-orang Yahudi sehingga mereka berteriak-teriak: “senjata, senjata”. peristiwa tersebut menyebabkan turunnya beberapa ayat Surah Al-Imran diantaranya adalah ayat 100 yaitu:
$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä bÎ) (#qãè‹ÏÜè? $Z)ƒÌ z`ÏiB tûïÏ%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$#
Nä.r–Šã y‰÷èt/ öNä3ÏZ»oÿ‡Î) tûï̍Ïÿ»x. ÇÊÉÉÈ   (ال عمران :100 )

Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.

2.      peristiwa berupa kesalahan yang serius, contohnya peristiwa seorang yang mengimani shalat  sedang mabuk sehingga sehingga salah dalam membaca surah Al-Kafirun ia baca
قل يا ايهاا لكافرون. اعبد ما تعبدون
. ia tidak mengambil huruf   لا pada kata         لا اعبد
peristiwa ini menyebabkan turunnya ayat 43 Surah An-Nisa:
$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä Ÿw (#qç/tø)s? no4qn=¢Á9$# óOçFRr&ur 3“t»s3ß™ 4Ó®Lym (#qßJn=÷ès?
$tB tbqä9qà)s? Ÿwur $·7ãYã_ žwÎ) “̍Î/$tã @@‹Î6y™ 4Ó®Lym (#qè=Å¡tFøós? 4 bÎ)ur LäêYä. #ÓyÌó
£D ÷rr& 4’n?tã @xÿy™ ÷rr& uä!$y_ Ó‰tnr& Nä3YÏiB z`ÏiB ÅÝͬ!$tóø9$# ÷rr& ãLäêó¡yJ»s9 uä!$|¡ÏiY9$#
öNn=sù (#r߉ÅgrB [ä!$tB (#qßJ£Ju‹tFsù #Y‰‹Ïè|¹ $Y7ÍhŠsÛ (#qßs|¡øB$$sù öNä3Ïdqã_âqÎ/ öNä3ƒÏ
‰÷ƒr&ur 3 ¨bÎ) ©!$# tb%x. #‚qàÿtã #·‘qàÿxî ÇÍÌÈ   ( النساء )
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub[301], terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun.
[301] Menurut sebahagian ahli tafsir dalam ayat ini termuat juga larangan untuk bersembahyang bagi orang junub yang belum mandi.

3.      peristiwa berupa cita-cita dan keinginan, seperti persesuaian-persesuaian (muwafaqat) Umar bin Al-Khattab dengan  ketentuan ayat-ayat Al-Qur’an. Dalam sejarah, ada beberapa harapan Umar yang dikemukakan  kepada Nabi Muhammad. Kemudian turun ayat-ayat yang kandungannya sesuai dengan harapan –harapan Umar tersebut, contohnya yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Anas ra. bahwa Umar berkata: “Aku sepakat dengan Tuhanku dalam tiga hal: Aku katakana kepada rasul, bagaimana sekiranya jika kita jadikan makam Ibrahim tempat shalat; maka turunlah ayat:
و تخذوا من مقام ابرا هيم مصلى
Sebab-sebab turunnya ayat yang dalam bentuk pertanyaan ada tiga macam yaitu:
1.      pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang telah lalu
2.      pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung pada waktu itu
3.      pertanyaan yang berhubungan dengan masa yang akan datang.BERSAMBUNG..


[1]Prof. Dr. Tengku Muhammad Habsi Ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al Qur’an, Pustaka Rizki putra, semarang, 2009, hlm 13
[2]Ibid hlm 14
[3] Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya Pustaka Agung Harapan,2006 , Surabaya hlm 478
[4] Dede Rosyada,Al-Quran Hadis, Dirjen Bimbaga Islam,1998, Jakarta, hlm 69
[5] Ibid
[6] Departemen Agama RI,Op.cit., hlm 396

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman