Selasa, 12 Agustus 2014

I'JAZ AL-QUR'AN (3)




’JAZUL QUR’AN

BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslimin menjadi sumber ajaran Islam yang pertama dan utama yang harus mereka imani serta diaplikasikan dalam kehidupan agar memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat. Selain itu Al-Qur’an menjadi mu’jizat terbesar bagi Nabi Muhammad SAW, dan mu’jizat Al-Qur’an ini hukumnya sepanjang masa, karena tidak akan ada satu manusia pun yang mampu membawa satu kitab tandingan atau sama dengan Al-Qur’an. Jadi, sebagai seorang muslim wajib bagi kita untuk mengimaninya dengan sepenuh hati.
Dan sudah sewajarnya pula mengetahui segala sesuatu tentang mu’jizat Al-Qur’an. Karena ada banyak sekali hikmah yang dapat kita ambil untuk menambah keimanan kita.
I’jazul Qur’an adalah bagian dari Ilmu Tafsir yang mempelajari tentang segala sesuatu yang menyangkut kemu’jizatan Al-Qur’an. Dan makalah ini dibuat dengan tujuan memperjelas kemu’jizatan Al-Qur’an.
Dan diharapkan setelah kita memahaminya kita dapat lebih mencintai Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam setiap segi kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN I’JAZ AL-QUR’AN KAPASITAS KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN
1) Pengertian I’jaz
I’jaz jika dilihat dari segi bahasa berasal dari kata (
عَجِزَ- يَعْجِزُ) yang artinya menetapkan kelemahan. Kelemahan menurut pengertian umum ialah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari (قدرة) (potensi, power, kemampuan). Apabila kemukjizatan muncul, maka nampaklah kemampuan mujiz (sesuatu yang melemahkan).
Jadi, yang dimaksud I’jaz dalam pembahasan ini ialah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul, dengan menampakkan kelemahan orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu Al-Qur’an, dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka dan mukjizat adalah sesuatu hal luar biasa yang disertai tantangan dan selamat dari perlawanan.
2) Kapasitas Kemukjizatan Al-Qur’an
Al-Qur’an Al-Karim digunakan Nabi untuk menantang orang-orang Arab tetapi mereka tidak sanggup menghadapinya, padahal mereka sedemikian tinggi tingkat fasahah dan balaghahnya. Hal ini tiada lain karena Al-Qur’an adalah mukjizat.
Rasulullah telah meminta orang arab menandingi Al-Qur’an dalam tiga tahapan:
a) Menantang mereka dengan seluruh Al-Qur’an dalam uslub (metode) umum yang meliputi orang arab sendiri dan orang lain, manusia dan jin, dengan tantangan yang mengalahkan kemampuan mereka secara padu melalui firman-Nya:
قُل لَّئِنِ اجْتَمَعَتِ الإِنسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَن يَأْتُواْ بِمِثْلِ هَـذَا الْقُرْآنِ لاَ يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيراً
Katakanlah:
Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain” (QS Al-Israa':88).
b) Menantang mereka dengan sepuluh surat saja dari Al-Quran sebagaimana dalam firman-Nya:
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُواْ بِعَشْرِ سُوَرٍ مِّثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُواْ مَنِ اسْتَطَعْتُم مِّن دُونِ اللّهِ إِن كُنتُمْ صَادِقِين. فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُواْ لَكُمْ فَاعْلَمُواْ أَنَّمَا أُنزِلَ بِعِلْم اللهِ وَأَن لاَّ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ فَهَلْ أَنتُم مُّسْلِمُونَ.
Bahkan mereka mengatakan: Muhammad telah membuat-buat Al Qur’an itu”, Katakanlah: “(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar”.Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka ketahuilah, sesungguhnya Al Qur’an itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?” (QS. Hud :13-14)
c) Menantang mereka dengan satu surat saja dari Al-Qur’an, sebagaimana firman-Nya:
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُواْ بِسُورَةٍ مِّثْلِهِ وَادْعُواْ مَنِ اسْتَطَعْتُم مِّن دُونِ اللّهِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
Atau (patutkah) mereka mengatakan Muhammad membuat-buatnya. Katakanlah: “(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar.”(QS. Yunus : 38).
Tantangan ini diulang lagi dalam firman-Nya:
وَإِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُواْ بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِ
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur’an itu….”(QS. Al-Baqarah : 23).
Dengan tantangan ini berarti kapasitas kemukjizatan Al-Qur’an itu hanya satu surah saja, artinya kadar yang menjadi mukjizat dari Al-Qur’an adalah walaupun hanya satu surah sudah mu’jiz, sudah tidak ada yang sanggup melawan dengan membuat tandingan dari dulu sampai sekarang. Karena tantangan minim inipun tidak ada yang mampu melawan, maka surat Al-Baqarah ayat 24 itu menegaskan : “tidak ada seorang pun yang sanggup melawan Al-Qur’an, karena itu bagi orang yang inkar diharuskan waspada terhadap ancaman neraka.”
B. MACAM-MACAM I’JAZ AL-QUR’AN
Dalam kitab Tafsir al-Mizan, menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada tujuh I’jaz Al-Qur’an:
1. I’jazul ‘ilmi. Al-Qur’an mempunyai suatu ilmu pengetahuan didalamnya.
2. I’jaz kepribadian Nabi SAW. Kenapa kepribadian nabi dikatakan I’jaz? Pertama, Nabi SAW didefinisikan oleh Al-Qur’an bahwa Nabi itu manusia yang tidak bisa membaca dan menulis. Allah SWT ingin tunjukkan kepada setiap manusia bahwa Al-Qur’an adalah suatu I’jaz dari nabi yang ummi ini, agar tidak menuduh nabi sebagai sihir,dan sebagainya.
3. I’jaz Ghaib, Al-Qur’an membawa berita ghaib. Ghaib di sini ada 4 yaitu:
a) Ghaib berita-berita zaman dahulu yang menceritakan tetang waktu terdahulu.
b) Ghaib tetang masa datang, ghaib adalah sesuatu yang tidak bisa dilihat atau diketahui oleh manusia.
c) Ghaib tetang kenyataan-kenyataan ilmiah yang baru diketahui kebenarannya ribuan tahun setelah Al-Qur’an diturunkan.
d) Ghaib tetang kejadian-kejadian besar yang akan menimpa kaum muslim sepeninggal Rasulullah SAW.
4. I’jaz Tasyrii, I’jaz tetang perundang-undangan (hukum Al-Qur’an)
5. I’jaz Al-Qur’an dari segala perubahan, segala sesuatu yang ada di dunia ini mesti mengalami perubahan, harus tunduk pada hukum dunia, mengalami usia usang, tetapi Al-Qur’an tidak pernah tunduk pada hukum dunia, Al-Qur’an tidak pernah usang.
6. I’jazun balaghi. Al-Qur’an mempunyai kefasihan. Al-Qur’an adalaj suatu kitab yang sangat piawai dalam ilmu Balaghah. Sebab setiap kalimat yang ada dalam Al-Qur’an mengungkapkan suatu makna yang sebenarnya dari suatu makna sebenarnya dari pada kalimat tersebut, jadi yang dimaksud balaghah yaitu suatu ilmu yang bukan hanya kalimatnya baligh (tinngi) tetai kalimatnya juga mewakili suatu makna yang daripada maksud kalimat tersebut. Diantara kalimat yang baik yang ada di dalam Al-Qur’an yang akan kita jadikan contoh misalkan dalam surat Al-Hadiid ayat 23 ketika Allah SWT berfirman,
لِكَيْلاَ تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلاَ تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”(QS. Al-Hadiid:23)
7. I’jaz bilangan dalam Al-Qur’an. I’jaz ini baru ditemukan. Orang menghitung ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur’an dan kemudian mencocokan dengan hukum-hukum Allah SWT. Yang diwajibkan kepada manusia.
Misalnya begini, dalam islam, sholat wajib adalah sholat yang lima waktu. Ada seorang yang meneliti bilangan kalimat tersebut dalam Al-Qur’an. Kalimat shalawat (jamak dari sholat) misalnya, akan di jumpai bilangannya ada lima kalimat. Dan kalimat ini kaitannya dengan sholatul wajib. Suatu mukjizat Al-Qur’an dalam segi bilangan di mana sangat sesuai antara bilangan sholatul wajib dengan kalimat shalawat.
Kemudian mengenai kalimat fardhu dalam Al-Qur’an. Sholat lima waktu ini ada 17 rekaat, kemudian Abu Jahra meneliti kalimat fardhu ini di dalam Al-Qur’an, dan semua kalimat fardhu dengan berbagai derajatnya berjunlah 17 kalimat. Lalu kalimat qasr (memendekkan bilangan rekaat dalam sholat ketika dalam perjalanan). Kalau kita hitung jumlah rekaat dalam sholat qasr, kita akan dapati sampai 11 rekaat, Zuhur 2, Ashar2, Magrib 3, Isya’ 2, dan Subuh2. kemudian kalau kita teliti kalimat qasr dalam Al-Qur’an, ternyata ada 11 kalimat. Kalimat tawaf. Kita diwajibkan dalam tawaf yang tercatat daam Al-Qur’an ada tujuh kalimat. Itu adalah sebagian dari mukjizat bilangan dala Al-Qur’an.
C. TUJUAN I’JAZUL QUR’AN DAN SEJARAHNYA
Setelah diketahui pengertian I’jaz Qur’an, perla dijelaskan tujuannya, agar tidak manimbulkan segala sangka. Sebab, bukanlah menjadi tujuan Al-Qur’an untuk melemahkan, tetapi ada tujuan khusus, dan perlu pula dikaji sejarahnya.
1. Tujuan I’jazul Qur’an
Dari I’jaz diatas, dapatlaj diketahui bahwa tujuan I’jazul Qur’an itu banyak diantaranya yaitu:
a) Membuktikan bahwa nabi Muhammad SAW yang membawa mu’jizat kitab Al-Qur’an itu adalah benar-benar seorang Nabi/Rosul Allah SWT. Beliau diuts menyampaikan ajaran-ajaran Allah SWT kepada umat manusiauntuk mencanangkan tantangan supaya menandingi Al-Qur’an kepada yang ingkar.
b) Membuktikan bahwa Al-Qur’an itu adalah benar-benar wahyu Allah SWt, bukan buatan Malaikat Jibril dan bukan tulisan Nabi Muhammad SAW tidak mungkan karena sudah kita ketahui bersama bahwa Nabi Muhannad SAWseorang yang ummi (tidak pandai menulis dan membaca), dan sudah barang tentu pujangga-pujangga arab profesional, dimana mereka tidak hanya pandai menulis dan membaca tetapi juga ahli dalam sastra, grametika bahasa arab, dan Balaghahnya akan bisa membuat seperti Al-Qur’an itu bukan buatan manusia.
c) Menunjukkan kelemahan daya apaya dan rekayasa umat manusia yang tidak sebanding dengan keangkuhan dan kesombongannya. Mereka ingkar tidak mau beriman mempercayai kewahyuan Al-Qur’an dan sombong tidak mau menerima kitab itu. Mereka menuduh bahwa kitab itu hasil lamunan atau buatan Nabi Muhammad SAW sendiri, kenyataannya para pujangga sastra arab tidak mampu membuat tandingan yang seperti Al-Qur’an itu, walaupun hanya satu ayat.
d) Menunjukan kelemahan mutu sastra dan Balaghah manusia, karena terbukti pakar-pakar pujangga sastra dan seni bahasa arab tidak ada yang mampu mendatangkan kitab tandingan yang seperti Al-Qur’an yang telaj ditantangkan kepada mereka dalam berbagai tingkatan.
2. Sejarah Ilmu I’jazul Qur’an
Ada ulama yang berpendapat, bahwa orang yang pertama kali menulis I’jazul Qur’an ialah Abu Ubaidah (wafat 208H) dalam kitabnya “Majazul Qur’an”, lalu disusun oleh Al-Farra (wafat 207 H) yang menulis kitab “Ma’anil Qur’an”, kemudian disusul lagi oleh Ibnu Quthaibah yang mengarang kitab Ta’wil Musyakil Qur’an”.
Namun pernyataan tersebut dibantah oleh Abdul Qohir Al-Jurjany dalam kitabnya “Dalailul I’jaz”, bahwa semua kitab tersebut diatas bukanlah Ilmu I’jazul Qur’an, melainkan sesuai dengan nama judul-judulnya itu.
Menurut Dr. Shubhi Ash-Sholeh dalam kitabnya “Makahis Fi Ulumil Qur’an”, bahwa orang pertama kali yang membicarakan I’jazul Qur’an adalah Iman Al-Jahili (wafat 225 H), ditulis dalam kitab “Nuzhumul Qur’an”.hal ini seperti diisyaratkan dalam kitabnya yang lain, Al-Hayawan, lalu disusul Muhammad bin Zaid Al-Wasithy (wafat 306 H), dalam kitab I’jazul Qur’an, yang banyak mengutip isi kitab Al-Jahidh tersebut diatas. Kemudian dilanjutkan Iman Ar-Rumany (wafat 384 H). lalu disusul oleh Al-Qadhi Abu Bakar Al-Baqillny (wafat 403 H) dalam kitabnya I’jazul Qur’an, yang isinya mengupas segi-segi kemu’jizatan, kitab ini sangat populer. Kemudian disusul oleh Abdul Qohir Al-Jumany (wafat 471 H) dalam kitab Dala’ilul I’jaz dan Asarul Balaghah.
BAB III
KESIMPULAN
I’jazul Qur’an ialah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul, dengan menampakkan kelemahan orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu Al-Qur’an, dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka dan mukjizat adalah sesuatu hal luar biasa yang disertai tantangan dan selamat dari perlawanan.
Dan Al-Qur’an al-Karim digunakan Nabi untuk menantang orang-orang Arab tetapi mereka tidak sanggup menghadapinya, padahal mereka sedemikian tinggi tingkat fasahah dan balaghahnya. Hal ini tiada lain karena Al-Qur’an adalah mukjizat.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Digital versi 2.0
Al Qaththan, Syaikh Manna’. Pengantar Studi Ilmu Al Quran. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2008.
Rakhmat, Jalaluddin dkk. Belajar Mudah ‘Ulum Al-Qur’an. Jakarta: PT. Lentera Basritama. 2002.
Jakarta 12/8/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman