Jumat, 06 Juni 2014

PERSIAPAN RAMADHAN




AMALAN MENYAMBUT RAMADHAN


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa melihat kepada dirinya apa yang telah ia persiapkan untuk hari esoknya, dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kalian kerjakan. Dan janganlah kalian menjadi seperti orang-orang yang melupakan Allah sehingga Allah melupakan diri mereka, merekalah orang-orang yang fasik. (Al-Hasyr: 18-19)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (Q.S. al-Maidah: 35).
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melakukan puasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap ganjaran dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 2014  dalam Shalat Tarawih, Bab “Keutamaan Lailatul Qadr”, dan Muslim no. 760 dalam Shalat Musafir dan Qasharnya, Bab  “Motivasi Qiyam Ramadhan”)

Muqaddimah
Tidak terasa bulan Sya’ban telah bergulir hampir separuh perjalanan. Itu artinya waktu semakin mendekati bulan Ramadhan. Sudah maklum bagi kita semua keistimewaan bulan Ramadhan. Hal ini bisa terasakan pada kehidupan di sekitar kita.Tidak hanya harga sembako yang secara perlahan tapi pasti mulai beranjak naik, tetapi juga semangat beribadah semua orang dari anak-anak hingga nenek-nenekpun semakin bertambah. Bahkan masjid dan mushalla mulai berbenah diri untuk menyambut, tarawih, tadarrus dan buka bersama.
Hanya tinggal beberapa hari lagi bulan ramadhan akan menjelang. Datangnya bulan keberkahan dan ampunan memberikan harapan untuk meraih segala kebaikan yang ada di dalamnya. Inilah saatnya untuk menggapai keampunan Allah.
Amalan Menghadapi Ramadhan
1.Bersyukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala karena telah disampaikan ke bulan Ramadhan.
2. Meminta kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar dimudahkan dalam mengerjakan amalan yang wajib dan amalan yang sunat di bulan itu serta meminta kepada-Nya agar diterima amalan itu.
3.Bertobat dari segala dosa dan maksiat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تُغْلَقُ أَبْوَابُ النَّارِ وَتُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ ، وَتُصَفَّدُ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ ، قَالَ : وَيُنَادِيْ فِيْهِ مَلَكٌ : يَا باَغِي الْخَيْرِ أَبْشِرْ ، وَيَا بَاغِي الشَّرِّ أَقْصِرْ ، حَتَّى يَنْقَضِيَ رَمَضَانُ
“Pintu-pintu neraka ditutup, pintu-pintu surga dibuka dan setan-setan dibelenggu dan di bulan itu ada malaikat yang menyeru, “Wahai yang menginginkan kebaikan bergembiralah. Wahai yang menginginkan keburukan berhentilah,” hingga bulan Ramadhan selesai.” (HR. Ahmad dan Nasa’i, sanadnya jayyid)
Persiapan Ramadhan
Pertama: Menyediakan waktu untuk muhasabah diri.
Hendaklah setiap muslim yang akan menyambut ramadhan mulai menghitung-hitung amal dan dosa yang telah ia lakukan selama setahun ini. Apakah ramadhannya tahun lalu telah memberikan kepadanya sinergi untuk melalui sebelas bulan yang kini hampir berlalu?

Menghitung-hitung diri saat menjelang datangnya ramadhan menjadi sangat penting, sehingga setiap muslim akan mempunyai azam yang lebih kuat lagi untuk berupaya menggunakan ramadhan kali ini hanyalah untuk kebaikan dan menggapai segala rahmat dan ampunan Allah yang ada di dalamnya.

Allah menegaskan di dalam surat Al- Hasyr :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa melihat kepada dirinya apa yang telah ia persiapkan untuk hari esoknya, dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kalian kerjakan. Dan janganlah kalian menjadi seperti orang-orang yang melupakan Allah sehingga Allah melupakan diri mereka, merekalah orang-orang yang fasik. (Al-Hasyr: 18-19)

Kedua: Memperbanyak istighfar dan taubat.
Setiap anak adam pasti pernah salah dalam kehidupannya. Iman yang selalu naik dan turun, perjalanan hidup yang banyak godaan pasti akan membuat anak adam pernah terpeleset sehingga terkotori oleh dosa, dan kotoran itu perlu dibersihkan. Maka istighfar dan taubat adalah pembersihnya.

Ketiga: Melatih diri dan anak-anak dengan ibadah romadhan di bulan sya'ban. Seperti melatih berpuasa, membaca Al-Quran, qiyam, sedekah. dan lain sebagainya.

Dari Aisyah ra, ia berkata: "Tidaklah saya melihat Rosulullah menyempurnakan satu bulan puasa kecuali ramdhan, dan tidaklah saya melihat Rosulullah yang paling banyak puasanya kecuali di bulan sya'ban. (HR. Bukhori)

Habib bin Abi Tsabit apabila masuk bulan sya'ban ia berkata: "ini adalah bulan para pembaca Al-Quran".

Keempat: Memperbaiki hubungan dengan saudara dan keluarga.
Allah berfirman :
فاتقوا الله وأصلحوا ذات بينكم
"Bertakwalah kepad Allah dan perbaiki hubungan diantara kalian".
Memperbaiki kembali hubungan dalam keluarga menyambut ramadhan akan semakin menambah keharmonisan dalam keluarga ketika menjalankan ibadah puasa, karena hati yang bersih akan semakin suci. Maka menjelang ramadahn saatnya untuk saling meminta maaf dan memaafkan.

Kelima: Menjalin silaturrahim dengan tetangga.
Mendekati bulan yang penuh berkah hendaklah juga mulai menjalin kembali silaturrahim dengan teman-teman dan para tetangga, sehingga ketika kita mulai menjalin hubungan dengan Allah, hubungan dengan sesama telah menjadi baik. Dengan demikian kenyamanan jiwa akan benar-benar dirasakan ketika berpuasa.

Keenam: Mempersiapkan bekal keperluan selama bulan ramadhan.
Sehingga ketika telah berada di bulan ramadhan diharapkan waktu yang ada dapat dipergunakan sebaik mungkin untuk memperbanyak ibadah dan tilawah.

Ketujuh: Menghiasi rumah dengan ayat-ayat dan hadist-hadist berkenaaan dengan keutamaan puasa dan ucapan-ucapan menyambut ramadhan. Karena tulisan dan ucapan-ucapan itu akan memberikan motivasi dan kesiapan untuk menyambut bulan yang mulia dan mengisinya dengan ibadah.

Kedelapan: Menambah ilmu dengan membaca buku-buku berkenaan dengan ramadhan. Sehingga diharapkan dapat melaksanakan tuntunan ibadah puasa dengan benar, terhindar dari kesalahan-kesalahan yang dapat membatalkan ibadah puasa atau mengurangi nilainya.
Adab Berpuasa yang Menyehatkan
1. Makan sahur, dan mengakhirkannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَسَحَّرُوْا فَإِنَّ فِي السَّحُوْرِ بَرَكَةٌ
“Makan sahurlah, karena dalam sahur ada keberkahan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
‘Amr bin Maimun berkata, “Para sahabat Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling segera dalam berbuka dan paling lambat dalam makan sahur.” (HR. Baihaqi dengan sanad shahih)
Habis waktu makan sahur adalah dengan terbitnya fajar shadiq (lihat surat Al Baqarah: 187), tidak dengan tibanya waktu yang biasa disebut “Imsak”, ini adalah diada-adakan dan bertentangan dengan syari’at
2. Menjaga diri dari perbuatan sia-sia dan berkata kotor, berkata dusta, bersikap bodoh dan berkata keras. Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ
“Puasa adalah perisai[1], maka jika kamu sedang berpuasa, janganlah berkata kotor dan berteriak-teriak. Jika ada yang memaki atau mengajak bertengkar katakanlah, “Saya sedang puasa.” Demi Allah yang nyawa Muhammad di Tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada wangi kesturi. Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan; kegembiraan ketika berbuka dan ketika bertemu Tuhannya dengan puasanya itu.” (HR. Bukhari)
3. Bersikap dermawan. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ *
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Beliau sangat dermawan sekali di bulan Ramadhan ketika Jibril menemuinya. Jibril biasa menemuinya di setiap malam bulan Ramadhan lalu bertasarus Alquran dengan Beliau. Sungguh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat dermawan terhadap kebaikan melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari)
4. Shalat Tarawih.  Shalat tarawih lebih utama dilakukan bersama imam hingga selesai, karena akan dicatat untuknya seperti shalat semalam suntuk. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ
“Sesungguhnya orang yang melakukan qiyamul lail bersama imam hingga selesai, maka akan dicatat untuknya qiyamul lail semalam suntuk.” (HR. Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah, serta dishahihkan oleh pentahqiq Jaami’ul Ushuul 6/121)
5. Memperbanyak membaca Alquran, berdzikr, beristighfar dan berdoa.
6. Menyegerakan berbuka.
7. Berbuka dengan kurma berjumlah ganjil, jika tidak ada dengan air. Anas radhiyallahu ‘anhu berkata:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يُفْطِرُ عَلَى رَطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ ، فَإِنْ لمَ ْتَكُنْ فَعَلَى تمَرََاتٍ ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ ، حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ
“Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka dengan kurma basah sebelum shalat. Jika tidak ada, maka Beliau berbuka dengan kurma kering. Jika tidak ada juga, maka Beliau berbuka dengan meneguk beberapa tegukan air.” (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Hakim dan dihasankan oleh Tirmidzi)
8. Berdoa ketika berbuka seperti dengan doa berikut:
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَ اْبتَلَّتِ اْلعُرُوْقُ وَ ثَبَتَ اْلاَ جْرُ اِنْ شَاء َاللهُ
“Telah hilang rasa haus, telah basah tenggorokan dan semoga pahala tetap didapat Insya Allah.” (HR. Abu Dawud 2/306 dan lain-lain, Shahihul Jami’ 4/209)
Doa ini dibaca setelah berbuka, jangan lupa ketika hendak makan membaca “Bismillah”, jika lupa ucaplah “Bismillah fii awwalihi wa aakhirih” (Sebagaimana dalam hadits riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi) dan makanlah dengan tangan kanan.
Jika kita berbuka di rumah orang lain dianjurkan mengucapkan,
أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُوْنَ، وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ اْلأَبْرَارُ، وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ
“Orang-orang yang berpuasa berbuka di dekatmu dan orang-orang yang baik makan makananmu, serta semoga malaikat mendoakan rahmat untukmu.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan An-Nasa’i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud)
9. Beri’tikaf. I’tikaf lebih utama dilakukan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Ia pun hendaknya mencari malam lailatul qadr dalam I’tikafnya di malam-malam yang ganjil[2]. Hendaknya orang yang beri’tikaf memanfa’atkan waktunya yang ada dengan sebaik-baiknya seperti memperbanyak dzikr, membaca Alquran, mengerjakan shalat-shalat sunnah dan amalan sunat lainnya serta memperbanyak tafakkur tentang keadaannya yang telah lalu, hari ini dan yang akan datang serta merenungi hakikat hidup di dunia dan kehidupan di akhirat kelak. Ia pun hendaknya menghindari perbuatan yang sia-sia seperti banyak bercanda, ngobrol dsb. Dan tidak mengapa bagi orang yang beri’tikaf keluar dari masjid jika terpaksa harus keluar (seperti buang air, makan dan minum jika tidak ada yang mengantarkan makan untuknya, pergi berobat, mandi dsb.) Aisyah berkata, “Sunnahnya bagi yang beri’tikaf adalah tidak menjenguk orang yang sakit, tidak menyentuh isteri, memeluknya, tidak keluar kecuali jika diperlukan, dan i’tikaf hanya bisa dilakukan dalam keadaan puasa, juga tidak dilakukan kecuali di masjid jaami’ (Masjid yang di sana dilakukan shalat  Jum’at dan jama’ah).”
lebih sempurna lagi bila dilakukan di salah satu dari tiga masjid yang memiliki keistimewaan dibanding masjid-masjid yang lain (Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjidil Aqsha).
I’tikaf menjadi batal jika seseorang keluar dari masjid tanpa suatu keperluan serta melakukan jima’.
Doa ketika mengetahui lailatul qadr adalah,
اَللّهُمَّ اِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اْلعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, maka maafkanlah aku.” (HR. Imam Ahmad dan Penyusun Kitab Sunan, kecuali Abu Dawud. At-Tirmidzi, ia berkata, “Hadits hasan shahih.”)
Waktu I’tikaf dimulai dari setelah shalat Subuh hari pertama dari sepuluh terakhir bulan Ramadhan dan berakhir sampai matahari tenggelam akhir bulan Ramadhan.
10. Berumrah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عُمْرَةٌ فِي رَمَضَانَ تَعْدِلُ عَمْرَةً أَوْ حَجَّةً مَعِيْ
“Berumrah di bulan Ramadhan seperti berumrah atau berhaji bersamaku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mengisi hari-hari dengan amal shalih, seperti berbakti kepada orang tua, menyambung tali silaturrahim, mendidik anak, menjenguk orang yang sakit, melakukan amar ma’ruf-nahi munkar, mendamaikan orang yang bertengkar, menjaga lisan dan pandangan serta anggota badan lainnya agar tidak terjatuh ke dalam yang haram dan mengerjakan amal shalih lainnya.
BY ABI AZMAN.6/6/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman