Kamis, 22 Agustus 2013

AMAL SHALIH YANG DITERIMA


                 
BERSEGERA BERBUAT KEBAJIKAN
 “Barangsiapa yang mengerjakan amal soleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguh-nya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS: An-Nahl: 97)
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”(QS: Al-’Araaf: 96)
Muqaddimah
“Demi masa.Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al-‘Ashr 1-3)
Makna Amal Shalih
Amal soleh ialah segala perbuatan yang diredhai dan disukai oleh Allah. Ianya hendaklah memenuhi dua syarat iaitu;
a- Perbuatan itu hendaklah selaras dan bersesuaian dengan syariat Islam.
b- Perbuatan/perlakuan itu bertujuan untuk mendapat keredhaan daripada Allah.
Lihat firman Allah:
فمن كان يرجو لقاء ربه فليعمل عملا صالحا ولايشرك بعبادة ربه أحدا الكهف 110
Maksudnya,”Barangsiapa yang bertemu dengan Tuhannya, hendaklah dia beramal yang baik dan janganlah ia menpersekutukan (mensyarikatkan) Allah dengan seseorang”.
Dapatlah disimpulkan bahawa amal soleh itu ialah amal-perbuatan yang yang benar dan sesuai dengan ajaran Islam dan berniat ikhlas dalam mengerjakan perbuatan-amal tersebut.
Hubungan Iman Dengan Amal Shalih
“Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al-‘Ashr 1-3)
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”(QS: Al-’Araaf: 96)
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS: Al-Baqarah: 62)
Balasan Orang Beriman Dan Beramal Shalih
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. “(Al-Bayyinah : 7).
“Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam surga itu ialah “salaam”"(QS: Ibrahim: 23)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan.”(QS: Yunus: 9)
“Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.“(QS: Al-Ankabut: 7)
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perk.ataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orangorang yang akan mewarisi, (ya’ni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya,” (QS. al-Mu’minun : 1-11)
Bentuk Amal Shalih
Amal soleh ada beraneka ragam, yang mencakup segala yang diperintah oleh Allah s.w.t, samada yang wajib atau yang dianjurkan (sunat). Begitu juga dalam perkara ibadah atau bidang muamalah seperti jual-beli. Maka apabila seorang muslim berbuat kerana Allah dan mengikuti petunjuk agama,dia dianggap telah berbuat amal-soleh.
Dan amal soleh yang terpenting adalah ibadah dan diantara ibadah yang terpenting ialah sembahyang, puasa, zakat dan haji. Ibadah-ibadah yang seperti ini termasuk dalam rukun Islam yang sama sekali tidak boleh diabaikan dan tidak boleh dianggap remeh.
Amal Shalih Yang Diterima
Ibn Qayyim al-Jauziyyah menyebutkan dua syarat amal saleh: mengikuti Rasulullah SAW dan ikhlas. 
Pertama, amalnya mengikuti petunjuk Nabi dan dilakukan dengan ikhlas. Seluruh amalnya dilakukan karena Allah, tidak mencari pujian, pamrih atau balasan dari manusia. Inilah amal saleh yang hakiki. Kedua, amalnya tidak mengikuti petunjuk Nabi dan tidak ikhlas karena Allah. Konglomerat yang menyumbang ratusan juta rupiah untuk mendirikan kasino adalah contoh ekstremnya. Ketiga,amalnya ikhlas tetapi tidak mengikuti petunjuk Rasulullah. Ibn Qayyim al-Jauziyyah mencontohkan ibadah orang-orang bodoh yang tidak ada dasarnya dalam ajaran Islam. Keempat, amalnya mengikuti petunjuk Nabi tapi tidak ikhlas (Madarij al-Salikin, 1:83-85).

Berikut ini kita kutipkan hadis tentang ikhlas: ikhlaskan amal kamu karena Allah; karena Allah tidak menerima kecuali amal yang ikhlas; beramallah untuk satu wajah saja, amal itu akan mencukupimu dari semua wajah yang lain; sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk-bentuk dan harta kamu, tetapi Ia melihat kepada hatimu dan amalmu; barangsiapa beramal ikhlas selama empat puluh hari, sumber-sumber hikmah akan memancar dari hatinya ke lidahnya (Kanz al-‘Ummal, 3:23-25).

Dikerjakan berkesinambungan dan terus-menerus. Aisyah r.a. meriwayatkan: Rasulullah SAW mempunyai tikar. Beliau menggulung tikar itu di malam hari dan shalat ke atasnya. Beliau menghamparkannya pada siang hari dan duduk di atasnya. Ketika Nabi SAW shalat, orang-orang mengikuti Nabi dan shalat bersama shalat beliau, sehingga jumlah mereka makin banyak. Usai shalat, beliau menghadap mereka seraya berkata, “Wahai manusia, lakukanlah amal yang kamu mampu melakukannya. (Jangan memaksakan diri) karena Allah tidak akan bosan melimpahkan anugerah-Nya kepada kamu sampai kamu bosan melakukan ketaatan kepada-Nya. Sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah ialah amal yang dilakukan terus menerus, walaupun sedikit.” (Al-Targhib wa al-Tarhib, 4:128).

“Terus-menerus” adalah terjemahan dari mudawamah, yang secara harfiah berarti “membiasakan”. Berdekatan maknanya dengan mudawamah adalah istiqamah. Sekali ia menetapkan pekerjaan tertentu, ia melakukannyan dengan konsisten. Apapun rintangan yang dihadapinya, ia tetap mengerjakannya. “Istiqamah-lah kamu, tentu kamu akan memperoleh kemajuan sejauh-jauhnya. Jika kamu  berbelok ke kiri atau ke kanan, kamu akan sesat sejauh-jauhnya juga.” (Shahih al-Bukhari, 4:257). Jadi, amal saleh meningkat kualitasnya bila orang melakukannya dengan istiqamah. Inilah salah satu bagian dari etos kerja seorang Muslim. Konon, menurut cerita yang beredar di pesantren-pesantren, ada seorang santri yang merasa jenuh belajar. Ia merasa tidak mampu lagi melanjutkan pelajarannya. Ketika pulang, ia melewati perbukitan. Di suatu tempat, ia melihat air menitik ke atas bebatuan. Air itu sedikit saja, tetapi menetes terus menerus. Ia melihat pada tempat tetesan air itu. Batu itu menjadi cekung. Kilasan gagasan terbersit. Jika ia tabah, betapapun sedikitnya ilmu yang ia peroleh, pada satu saat akhirnya ia akan berilmu juga. Ia kembali lagi ke pesantrennya. Selama ratusan tahun sampai sekarang, ia dikenal sebagai ahli hadis besar, yaitu Ibn Hajar al-‘Asqalany. Ia belajar dari batu; ia anak batu, ibnu hajar. Wallahu a’lam.

Dilakukan sebaik-baiknya. Seorang mukmin bukan saja melakukan pekerjaan secara sinambung; ia juga melakukannya dengan sebaik-baiknya, ia “perfeksionis” dalam arti tidak mau melakukan pekerjaan asal saja. Jika ia berkata, ia tidak mau asbun (asal bunyi). Jika ia bekerja, ia tidak mau asker (asal kerja).  Rasulullah SAW bersabda: “Berkatalah yang baik, atau diam saja.” Beliau juga bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai seorang pekerja yang melakukan pekerjaan sebaik-baiknya” (Kanz al-‘Ummal, 3:907).

Diriwayatkan, Nabi SAW ikut serta dalam peristiwa pemakaman Sa’ad bin Muadz. Beliau turun ke lubang lahad. Ia meratakan bebatuan di atasnya. Berkali-kali beliau berkata: “Berikan padaku batu. Berikan padaku tanah yang basah.” Dengan tanah yang basah itu Rasulullah SAW merapatkan batu-bata. Setelah selesai, beliau menginjak-injak tanah dan meratakan kuburan. Beliau bersabda: “Sungguh aku tahu, jasad Sa’ad akan aus. Berbagai bala akan menimpanya. Tetapi Allah mencintai seorang hamba, yang bila ia melakukan  sesuatu ia melakukannya sebaik-baiknya.” (Mizan al-Hikmah, 7:29).

Bekerja dengan Ilmu Pengetahuan. Tidak mungkin orang dapat mengerjakan pekerjaan dengan baik bila ia tidak memiliki ilmunya. Sebagaimana Islam mengecam ilmu tanpa amal, Islam juga mengecam beramal tanpa ilmu. Di antara wasiat Nabi SAW kepada Ibn Mas’ud, “Hai Ibnu Mas’ud, jika kamu melakukan pekerjaan, lakukanlah dengan ilmu dan akal. Jauhilah pekerjaan yang kamu lakukan tanpa pengaturan dan pengetahuan, karena Allah SWT berfirman: Janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai-berai kembali. (Makarim al-Akhlaq).
“Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, syuhadaa’, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. “(QS An-Nisaa’ 69)
JAKARTA  22/8/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman