Rabu, 19 Juni 2013

SHALAT SUNNAH RAWATIB


FADHILAH Shalat sunah rawatib

   
1. Shalat sunah rawatib mu’akkadah
Muakkadah: yaitu sholat sunah yang selalu dilakukan oleh Nabi saw. Sholat ini jumlahnya ada 10 raka’at
    Dua raka’at sebelum shalat Dhuhur
    Dua raka’at setelah shalat Dhuhur
    Dua raka’at setelah shalat Maghrib
    Dua raka’at setelah shalat Isya’
    Dua raka’at sebelum shalat shubuh

Dari Ibnu Umar ra, ia berkata: “Aku shalat bersama Rasulallah saw dua raka’at sebelum shalat dzuhur, dua raka’at sesudahnya, dua raka’at sesudah shalat maghrib di rumah beliau, dua raka’at sesudah shalat isya’ di rumah beliau.” Kemudian ia berkata: “saudaraku Hafsha pernah meriwayatkan bahwa Rasulallah saw shalat dua raka’at ringan ketika terbit fajar (sebelum shalat subuh).” (HR Bukhari Muslim)

2. Shalat sunah rawatib bukan mu’akkadah
Bukan Mu’akkadah: yaitu shalat sunnah yang kadang kadang ditinggalkan atau tidak dilakukan oleh Nabi saw. Shalat ini jumlahnya ada 12 raka’at,  yaitu:
    Dua raka’at sebelum sholat dzuhur
    Dua raka’at sesudah shalat dzuhur
    Empat raka’at sebelum sholat Ashar
    Dua raka’at sebelum sholat Maghrib
    Dua raka’at sebelum sholat Isya’

Dari Umu Habibah ra, Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang menjaga empat rakaat sebelum dzuhur dan empat rakaat sesudahnya, Allah mengharamkannya dari api Neraka.” (HR Abu Daud dan At-Tirmidzi, hadits hasan shahih)

Dari Ali r.a. ia berkata, “Nabi saw biasa shalat empat raka’at sebelum ashar, beliau membaginya menjadi dua dengan ucapan salam kepada para malaikat yang selalu dekat dengan Allah dan kepada orang-orang yang mengikuti mereka dari kalangan kaum muslimin dan mukminin.” (HR Hasan Tirmidzi).

Dari Abdullah bin Mughaffal ra, Rasulallah saw bersabda: “Shalatlah kalian sebelum Maghrib (beliau mengulangnya tiga kali). Diakhirnya beliau bersabda: Bagi siapa saja yang mau melaksankannya. Beliau takut hal tersebut dijadikan oleh orang-orang sebagai sunnah. (HR Bukhori)
Dari Abdullah bin Mughaffal ra ia berkata: Nabi saw bersabda: “Diantara adzan dan iqomah ada sholat, diantara adzan dan iqomah ada sholat (kemudian ketiga kalinya beliau berkata:) bagi siapa yang mau” (HR Bukhari Muslim)

Niat Sholat Rawatib

Shalat Rawatib. Adalah shalat sunnah yang dikerjakan mengiringi shalat fardhu. Niatnya : 
a.   Qabliyah, adalah shalat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum shalat wajib. Waktunya : 2 rakaat sebelum shalat subuh, 2 rakaat sebelum shalat Dzuhur, 2 atau 4 rakaat sebelum shalat Ashar, dan 2 rakaat sebelum shalat Isya’. Niatnya:
 
‘Ushalli sunnatadh Dzuhri*  rak’ataini Qibliyyatan lillahi Ta’aalaa’ Artinya: ‘aku niat shalat sunnah sebelum dzuhur dua rakaat karena Allah
 
       * bisa diganti dengan shalat wajib yang akan dikerjakan.
 
    b.   Ba’diyyah, adalah shalat sunnah rawatib yang dikerjakan setelah shalat fardhu. Waktunya : 2 
         atau 4 rakaat sesudah shalat Dzuhur, 2 rakaat sesudah shalat Magrib dan 2 rakaat sesudah 
         shalat  Isya
Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib
Dari Ummul Mukminin Ummu Habibah [Romlah] bin Abu Sufyan ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seorang muslim yang mengerjakan shalat karena Allah, setiap hari dua belas rakaat, melainkan Allah menyediakan baginya sebuah rumah di dalam surga, atau melainkan baginya sebuah rumah di surga.” (HR Muslim)
Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Saya bersama-sama dengan Rasulullah saw. mengerjakan shalat dua rakaat sebelum shalat Dzuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah shalat Jum’at, dua rakaat sesudah shalat Magrib, dan dua rakaat sesudah shalat Isya’.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Abdullah bin Mughaffal ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Di antara setiap adzan dan iqamah ada shalat sunnah, di antara setiap adzan dan iqamah ada shalat, di antara setiap adzan dan iqamah ada shalat.” Setelah beliau mengucapkan yang ketiga kalianya, beliau bersabda: “Bagi orang yang suka mengerjakannya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari ‘Aisyah ra. bahwasannya Nabi saw. tidak pernah meninggalkan shalat sunnah empat rakaat sebelum shalat shubuh.” (HR Bukhari)
Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: Nabi saw. selalu menepati di dalam mengerjakan shalat sunnah melebihi dua rakaat fajar [sebelum shalat shubuh].” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari ‘Aisyah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Dua rakaat fajar [sebelum shalat shubuh] adalah lebih baik daripada dunia seisinya.” (HR Muslim)
Dalam riwayat yang lain dikatakan: “Dua rakaat fajar itu lebih aku sukai daripada dunia sesinya.”
Dari Abdullah [Bilal] bin Rabah ra. muadzdzin Rasulullah saw. ia datang kepada Rasulullah saw. untuk adzan shubuh. Kemudian Bilal ditanya tentang sesuatu oleh ‘Aisyah sampai lambat adzannya. Bilal lantas adzan dan dilanjutkan dengan iqamat. Namun Rasulullah saw. belum juga keluar. Sesudah Nabi saw. keluar dan segera shalat bersama orang-orang, Bilal memberitahu kepadanya kalau ia ditanya macam-macam oleh ‘Aisyah hingga pagi benar. Kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya aku mengerjakan dua rakaat shalat fajar lebih dulu.” Ada seorang shahabat berkata: “Wahai Rasulallah, sesungguhnya engkau sudah berada pada waktu pagi-pagi benar.” Beliau bersabda: “Walaupun waktu lebih pagi lagi, niscaya aku akan tetap mengerjakan dua rakaat fajar dengan sesempurna-sempurnanya dan sebaik-baiknya.” (HR Abu Dawud)
Dari ‘Aisyah ra. bahwasannya Nabi saw. shalat sunnah dua rakaat yang ringan antara adzan dan iqamat shalat shubuh.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dan di dalam riwayat yang lain dikatakan: “Beliau shalat dua rakaat fajar sangat ringan [cepat], sehingga saya bertanya pada diri sendiri: “Apakah beliau membaca al-Fatihah pada kedua rakaat itu?”
Dan di dalam riwayat Muslim dikatakan bahwa beliau mengerjakan dua rakaat dengan ringan apabila mendengar adzan.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Apabila fajar telah menyingsing.”
Dari Hafshah ra. bahwasannya Rasulullah saw. apabila telah mendengar muadzdzin mengumandangkan adzan shubuh maka beliau mengerjakan shalat dua rakaat yang ringan.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Apabila fajar telah menyingsing, Rasulullah saw. hanya mengerjakan shalat dua rakaat yang ringan.”
Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Rasulullah saw. biasa shalat malam dua rakaat dua rakaat salam. Dan pada akhir malam beliau shalat witir satu rakaat, serta shalat dua rakaat sebelum Shubuh apabila beliau telah mendengar adzan.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Ibnu ‘Abbas ra. bahwasannya Rasulullah saw. pada rakaat pertama dari shalat fajar membaca: Quuluu amannaa billaaHi wa maa unzila ilainaa; yang terdapat pada surah al-Baqarah. Dan pada rakaat kedua beliau membaca: aamannaa billaaHi wasyHad bi annaa muslimuun.”
Dalam riwayat yang lain dikatakan bahwa pada rakaat kedua beliau membaca ayat: ta-‘aalau ilaa kalimating sawaa-in bainanaa wa bainakum; yang terdapat pada surah Ali ‘Imraan. (HR Muslim)
Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw. pada dua rakaat fajar membaca: “Qul yaa ayyuHal kaafiruun; dan Qul HuwallaaHu ahad.” (HR Muslim)
Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Selama sebulan saya melihat Nabi saw. pada dua rakaat fajar selalu membaca: Qul yaa ayyuHal kaafiruun; dan Qul HuwallaaHu ahad.” (HR Turmudzi)
Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: “Apabila Nabi selesai shalat dua rakaat fajar, maka beliau berbaring pada pinggang sebelah kanan.” (HR Bukhari)
Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: “Nabi saw. apabila shalat sebelas rakaat di antara isya’ dan shubuh, dimana setiap dua rakaat beliau salam serta witir satu rakaat. Apabila muadzdzin yang mengumandangkan adzan shubuh telah selesai dan fajar telah menyingsing serta si muadzdzin telah datang kepada Nabi, maka beliau mengerjakan shalat dua rakaat yang ringan, kemudian berbaring pada pinggang sebelah kanan sampai si muadzdzin mengumandangkan iqamat.” (HR Muslim)
Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Apabila salah seorang di antara kamu telah shalat dua rakaat fajar maka hendaklah ia berbaring pada pinggang sebelah kanan.” (HR Abu Dawud dan Turmudzi)
Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Saya shalat dua rakaat sebelum shalat dzuhur dan dua rakaat sesudahnya bersama-sama dengan Rasulullah saw.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari ‘Aisyah ra. bahwasannya Rasulullah saw. tidak pernah meninggalkan shalat sunnah empat rakaat sebelum shalat Dzuhur.” (HR Bukhari)
Dari ‘Aisyah ra. ia berkata: Nabi saw. biasa shalat empat rakaat sebelum dzuhur di rumah, kemudian beliau mengimami shalat, setelah itu beliau pulang dan mengerjakan shalat sunnah dua rakaat di rumah. Beliau biasa mengimami shalat Maghrib, kemudian beliau pulang dan mengerjakan shalat sunnah dua rakaat di rumah. Beliau biasa mengimami shalat ‘Isya’, kemudian beliau pulang dan mengerjakan shalat sunnah dua rakaat di rumah.” (HR Muslim)
Dari Ummu Habibah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa selalu mengerjakan shalat sunnah empat rakaat sebelum shalat dzuhur dan empat rakaat sesudahnya, niscaya Allah mengharamkan dirinya dari api neraka.” (HR Abu Dawud dan Turmudzi)
Dari Abdullah bin As-Saib ra. bahwasannya Rasulullah saw. selalu shalat sunnah empat rakaat setelah matahari tergelincir, sebelum beliau mengerjakan shalat Dzuhur. Beliau bersabda: “Sesungguhnya saat-saat seperti ini pintu-pintu langit sedang dibuka, oleh karena itu aku ingin agar amal kebaikanku naik ke atas pada saat-saat seperti ini.” (HR Turmudzi)
Dari ‘Aisyah ra. bahwasannya apabila Nabi saw. tidak mengerjakan shalat empat rakaat sebelum Dzuhur, maka beliau mengerjakannya sesudah shalat Dhuhur.” (HR Turmudzi)
Dari Ali bin Abu Thalib ra. ia berkata: Nabi saw. selalu shalat sunnah empat rakaat sebelum shalat asyar, dimana beliau memisahkannya dengan salam yang ditujukan kepada malaikat Muqarrabin dan kaum muslimin dan kaum mukminin yang mengikutinya.” (HR Turmudzi)
Dari Ibnu Umar ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Semoga Allah selalu memberikan rahmat kepada seseorang yang suka mengerjakan shalat sunnah empat rakaat sebelum shalat Asyar.” (HR Abu Dawud dan Turmudzi)
Dari Ali bin Abi Thalib ra. bahwasannya Nabi saw. sering shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat Asyar.” (HR Abu Dawud)
Dari Abdullah bin Mughaffal ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Shalatlah kalian, sebelum mengerjakan shalat maghrib.” Kemudian pada perintah yang ketiga kalinya, beliau bersabda: “Bagi orang yang mau mengerjakannya.” (HR Bukhari)
Dari Anas ra. ia berkata: “Saya melihat tokoh-tokoh sahabat Rasulullah saw. selalu terburu-buru untuk mengerjakan shalat sunnah maghrib.” (HR Bukhari)
Dari Anas ra. ia berkata: “Pada masa Rasulullah saw. kami biasa shalat sunnah dua rakaat sesudah matahari terbenam dan sebelum mengerjakan shalat maghrib.” Kemudian ada seseorang bertanya: “Apakah Rasulullah saw. mengerjakan shalat sunnah itu?” Anas menjawab: “Beliau melihat kami mengerjakan shalat sunnah itu, beliau tidak menyuruh dan melarang kami.” (HR Muslim)
Dari Anas ra. ia berkata: “Ketika kami di Madinah, apabila muadzdzin telah mengumandangkan adzan Maghrib maka orang-orang selalu terburu-buru untuk mengerjakan shalat sunnah dua rakaat, sehingga kalau ada orang asing masuk ke masjid itu amka ia akan menyangka bahwa shalat maghrib telah dikerjakan karena banyaknya orang yang mengerjakan shalat sunnah itu.” (HR Muslim)
Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Apabila salah seorang di antara kalian mengerjakan shalat Jum’at maka hendaklah ia mengerjakan shalat sunnah empat rakaat sesudahnya.” (HR Muslim)
Dari Ibnu Umar ra. bahwasannya Nabi saw. tidak mengerjakan shalat sunnah sesudah shalat Jumat sehingga beliau pulang, kemudian beliau shalat sunnah dua rakaat di rumahnya.” (HR Muslim)
JAKARTA  19/6/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman