Jumat, 07 Juni 2013

IBADAH


IBADAHKU UNTUKNYA
SEMBAHLAH AKU
 

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (adz-Dzariyat: 56)

Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (al-Hijr: 99)

Nabi saw bersabda yang artinya : wahai Abdullah janganlah kamu seperti sifulan, dia biasa bangun malam (salat tahajjud), lalu ia meninggalkan kiyamul lail (salat malam). (HR Imam Bukhari dan Muslim)

Allah swt menciptakan duania beserta isi mempunyai maksud dan tujuan, khususnya jin dan manusia yang di titahkan untuk menyembah kepada-Nya, ta’at dan patuh terhadap perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya, suka atau tidak. Ibadah yang sering diterjemahkan dengan persembahan atau pengabdian kepada sang Khalik merupakan harga mati, tidak bisa ditawarlagi.

Ibadah atau pengabdian menurut Ibnu Taimiyah adalah setiap sesuatu yang mencakup ucapan, perbuatan yang diridhoi oleh Allah swt. Perintah salat atau ibadah lainnya yang semata-mata dilakukan karena mendekatkan diri kepada Tuhan dengan dasar iman dan menteladani Rasulullah saw adalah pengertian ibadah yang umum. Ibadah ada yang mahdhoh (rukun Islam) dan ada yang ghairu mahdhoh seperti amal saleh, perbuatan yang terpuji dan ikhlas menjadi dasarnya.

Ummat Islam tidak dilarang mencari dunia, seperti harta, tahta, wanita dan lain sebagainya, yang penting tidak bertentangan dengan syara’. Dengan harta, seseorang bisa bersyukur dan atau kufur. Berbahagialah mereka yang diamanati harta lalu dia pandai mensyukurinya dengan banyak andil di pembangunan masjid, mushalla, pantai asuhan dan menolong orang-orang yang butuh. Ternyata harta bisa menyebabkan seseorang menjadi mulia disisi manusia dan Tuhan. Tetapi jika hartanya diperoleh dengan haram, meskipun disedekahkan akan tertolak dan menjadi orang yang hina di hadapan Allah swt.

Tahta yang diamanatkan kepada para umara’ atau pejabat dikelak kemudian akan dimintak pertanggung jawaban, sekecil apapun kedhaliman/aniaya kepada orang lain pasti mendapatkan balasannya, demikian juga keadilan dan kebijakan yang dilakukannya. Dengan jabatan, seseorang bisa masuk surga atau neraka tergantung niat dan amal baiknya. Jangan seperti raja Fir’aun, semakin lama jabatannya semakin lama pula kejahatannya, membunuh setiap bayi laki-laki dan menolak kebanaran yang dibawa oleh nabi Musa as bahkan menfitnahnya sampai ajal menjemputnya dalam kadaan su’ul khatimah(jelek pungkasannya). Kedholiman dan kejahatan raja Fir’aun dapat menjadi bahan ajaran bagi orang-orang yang ingin selamat dari siksanya Allah swt, bagi orang-orang yang berkuasa jangan dholim seperti membenarkan yang salah atau sebaliknya, menyengsarakan rakyat demi mengejar keuntungan yang lebih besar, menyalah gunakan kekuasaan dan perbuatan tercela lainnya. Kedholiman di dunia akan menyebabkan kehidupan yang suram dunia-akhirat.

Mumpung masih menjabat bersegeralah menegakkan kebenaran, memakmurkan rakyat dan banyak beribadah kepada-Nya. Niscaya Allah swt akan membalas dengan balasan yang lebih baik dan mulia kepadanya dunia-aklhirat.

Sungguh merugi orang-orang yang tidak menghormat dan memuliakan kaum wanita, khususnya kerabat dan sesama bangsa. Mengapa ? Jika kaum wanita banyak yang beriman, beramal saleh dan patuh kepada suami yang ta’at kepada Allah swt dan Rasul-Nya maka dapat dipastikan Allah swt memberikan hidayah kepada mereka sehingga terwujudlah rumah tangga yang sakinah dan mawaddah. Tidak hanya rumah tangga saja tetapi masyarakat dan bangsa akan berwibawa. Tetapi jika kaum wanita tidak dihormat dan dimuliakan dengan pendidikan dan agama maka kehidupan rumah tangga dan bahkan Negara akan kehilangan kewibawaannya, seperti banyak kaum wanita yang menjual diri atau kaum laki-laki yang mendholimi mereka dengan membayar dan merusak martabatnya, wanita tunasusila.

Dengan ibadah, kaum wanita akan berubah menjadi hamba-hamba Allah swt yang mulia perbuatannya, mengkasihi dan menyayangi keluarga lahir-batin. Beruntung seseorang bersanding dengan istri yang solehah dan saling menasihati tentang kebenaran dan kesabaran, berlomba dalam kebajikan antara keluarga guna menuju kasih-sayang Allah swt. Dengan istri solehah, putera-puteri dapat diantarkan menjadi anak solih dan solehah yang pada akhirnya mendapat pemahaman surga ada ditelapak kakinya. Sungguh benar sabda Rasulullah saw yang artinya:Surga itu ada ditelapak kaki ibu. (al-Hadis)

Dengan demikian, persembahan atau pengabdian kepada Allah swt bisa dilakukan dengan bekal ilmu, harta, tahta atau lainnya  , baik mahdhoh maupun ghairu mahdhoh dalam bingkai tauhid, berbuat sesuatu yang diridhoi-Nya dan ikhlas kepada Dia.

JAKARTA 9/4/2009



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman