Senin, 06 Mei 2013

TASAWUF 2




                                Perkembangan Tasawuf (2)

            Untuk menentukan kapan peralihan waktu antara gerakan asketisme dan tasawuf dalam Islam sulit ditentukan . Sekalipun demikian, kurang lebih  pada permulaan abad ketiga Hijriyah kita melihat adanya peralihan konkrit pada askitisme Islam; dan para asketisme lebih dikenal dengansebutan sufi .

            Sejak itulah muncul karya-karya tentang tasawuf . Para penulis pertama dalam bidang ini ialah al-Muhasibi(meninggal tahun 243 H) , al-Kharraz(meninggal tahun277H) , AL-Hakim al-Tirmidzi (meninggal tahun 285 H) dan al-Junaid(meninggal tahun 297H).Mereka itulah para sufi abad keriga Hikriyah .

            Maka dapat dikatakan bahwa abad ketiga Hijriyah adalah abad mula tersusunnya ilmu tasawuf dalam arti yang luasss . selain itu , para sufi mulai menaruh perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan jiwa dan tingkah laku .

            Doktrin-doktrin dan tingkah-laku sufi berkembang ditandai dengan moral yang karateristik , sehingga ditangan mereka tasawuf pun berkembang menjadi ilmu moral keagamaan. Pembahasan-pembahasan mereka tentang moral , akhirnya , mendorong mereka unutk semakin mengkaji masalah serta hal-hal yang berkaitan dengan akhlak .

            Dalam hal ini Ibn Khaldun telah mengatakan sebagai berikut”Ketika ilmu-ilmu mulai ditulis dan dihimpun , dan para fuquha mulai menulis tentang fiqih, ushul fiqih, kalam, tafsir, para tokoh terekat ini (para sufi) pun mulai menulis masalah sikap tentang terekat mereka . Diantara mereka terdapat yang menulis masalah sikap mengingkari dunia (wara’) , serta itropeksi dalam mengambil atau melepaskan suatu tindakan , seperti halnya yang dilakukan al-Qusyairi dengan risalah al-Qusyairiyah al-Ma’ari .Sejak itulah ilmu tasawuf pun dalam agama ini menjadi suatu himpunan ilmu-ilmu , dimana sebelumnya terikat hanya dipandang sebagai satuan ibadah semata .”

            Pada abad ketiga Hijriyah munculah jenis tasawuf lain, yang diwakili al-Hallaj , yang kemusian dihukum mati karena menyatakan pendapatnya mengenai hulul (pada 309H). Tampaknya , tasawuf jenis ini terpengaruh unsur-unsur di luar Islam .

            Sementara itu, pada abad-abad ketiga dan keekpat Hijriyah ada sejumlah tokoh tasawuf , seperti al-Junaid, al-Sirri  al-Saqathi , al-Kharraz , yang mempunyai banyak murid dididkan mereka . Inilah cikal bakal bagi terbentuknya tariqat-tariqat sufi dalam Islam, dimana sang murid menempuh pelajaran dasarnya secara formal dalam suatu majlis . Dalam tariqat itulah mereka mempelajari  tata tertib tasawuf baik ilmu ataupun prakteknya .

            Kemudian , pada abad kelima Hijriyah munculah Imam al-Ghazali yang sepenuhnya hanya menerima tasawuf yang berdasar al-Qur’an dan as-Sunnah serta bertujuan asketisme , kehidupan sederhan , pelurusan jiwa , dan pembinaan moral .Pengetahuan tentang tasawuf dikajinya dengan begitu mendalam, sementara disis lain ia melancarkan kritikan tajam terhadap filosof , kaum Mu’tazilah , dan Batiniyah . Al-Ghazalilah yang berhasil memancangkan prinsip-prinsip tasawuf yang moderat, yang seiring dengan aliran Ahlu Sunnah Wal Jama’ah , dan bertentangan dengan jenis tasawuf al-Hallaj dan Abu Yazid al-Bustami mengenai soal karakter manusia .

            Sejak mulai abad keenam Hijriyah , sebagai akibat pengaruhkepribadian al-Ghazali yang begitu besar  yang begitu besar, pengaruh taswuf sunni semakin meluas dalam dunia Islam .Kadaan ini memberi peluang  bagi munculnya para tokoh sufi yang mengembangkan tariqat-tariqat dalam rangka mendidik nurid , mereka, semisal Sayyid Ahmad al-Rifa’I 9meninggal pada tahun570 H) dan Sayyid al-Qadir al-Jailani(meninggal pada tahun 651H ) . Tidak ayak lagi , keduanya terpengaruh tasawuf al-Ghazali .

            Sedangkan bermunculan para tokoh sufi yang beraliran tasawuf sunni . pada saat yang sama yaitu pada abad keenam Hijriyah juga bermunculan tokoh-yokoh sufi yang memadukan tasawuf mereka dengan filsafat , dengan teori mereka yang bersifat setengah-setengah . Artinya , disebut murni bukan dan murni fisafat pun bukan . Di antara mereka yaitu al-Syuhrawardi al-Maqtul ( meninggal pada tahun 549 H) , penyusun kitab hikmah al-Isyraq , Syeih Akbar Muhyiddin Ibn ‘Arabi (meninggal pada tahun- 638H) , penyair sufi Mesir ,’Umar ibn al-Faridh (meninggal pada tahun 632 H) , ‘abd al-Haq ibn Sab’in al-Mursi (meninggal pada tahun 669 H) serta aliran-aliran tokoh-tokoh yang sealiran dengannya . . . .  Jelas mereka banyak menimba berbagai sumber dan pendapat saling , seperti filsafat Yunani, dan khususnya Neo Plantonisme . Mereka ini banyak teori mendalam mengenai soal jiwa, moral, pengetahuan , wujud , dan sangat bernilai baik ditinjau dari segi tasawuf maupun filsafat , dan berdampak besar atas para sufi mutakhir .

            Tasawuf dari abad-keabad dalam perkembangannya terutama pada masa-masa akhir , kurang lebih sejak abad kedelapan Hijriyah sampai saat mengalami kemunduran , mengapa ? Para tokohnya hanya cenderung mengarah pada  pemberian komentar dan ikthisar atas karya-karya yang Islam, dan lebih menekankan perhatian berbagai bentuk ritus dan formalisme , yang terkadang membuat mereka menyimpang dari subtansi ajarannya sendiri .

            Disini perlu dikemukakan pula , bagaimana tasawuf dalam fase-fase perkembangan tertentu telah terpengaruh teori-teori filsafat dan juga mempergunakan sebagian termonologi serta sebagian corak filsafat , namun dari segi pertumbuhan pertamanya tetap bercorak Islam . Banyak para orientalis –yang menaruh perhatian terhadap tasawuf – yang keliru merujukan tasawuf ini dengan sumber-sumber di luar Islam .

            Sampai saat ini, tariqat-tariqat yang menekankan pendidikan praktis masih bertahan . seperti tariqat Rifa’iyyah , tariqat Qadariyah, tariqat Ahmadiyah( yang didirikan Syayid Ahmad al-Badawi), tariqat al-Birhamiyah (didirikan Syeih Ibrahim al-Dasuqi) , dan beberapa tariqat lainnya.

            Selain itu perlu dikemukakan pula , bahwa sebagian sufi yang juga filosofi telah berusaha mendirikan berbagai tariqat . Namun tariqat-tariqat yang mereka dirikan tidak terdapat lagi di dunia Islam, Mengapa? Hal ini akibat keraguan-keraguan yang ditimbulkan mereka sendiri, yang menyangkut aqidah para pendiriannya . Seperti tariqat Akbariyahyang didirikan Ibn ‘Arabi yang bergelar Syeih Akbar, dan tariqat Sab’iyah yang didirikan Ibn Sab’in al-Murai .



Tasawuf Sunni dan Filosofis ?

            Ditnjau dari perkembangan fase tasawuf dalam Islam, ada dua jenis tasawuf dalam mengembangkan dan mendidik teori-teori mereka , yaitu tasawuf Sunni yang diwakili para tokoh sufi yang disebut-disebut al-Qusyairi dalam kitabnya al-Risalah , khususnya para suif dari abad ketiga dan keempat Hijriyah , Imam al-Ghazali dan para tariqat yang mengikuti jejaknya .

            Sedangkan tasawuf Filosofis yang diwakili para tokoh sufi yang memadukan tasawuf mereka dengan filsafat , seperti Syeih Akbar Ibn ‘Arabi , Umar al-Faridh dan abad al-Haq Ibn Sab’in al-Mursi . Yang paling keras mengecam mereka dari fuqaha akibat Ibnu Taymiyah(meninggal pada tahun 728 H) .

            Menurut telaah para pengkaji tasawuf pada abad-abad ketiga dan keempat  Hijriyah, tasawuf pada masa itu adalah sebagai jalan mengenal Allah (ma’rifat) setelah tadinya hanya sebagai jalan beribadah .

            Aliran para sufi yang pendapat-pendapatnya moderat, tasawufnya selalu merujuk pada al-Qur’an dan sunnah . Atau dengan kata lain , tasawuf aliran itu selalu bertandakan timbangan syariah .Sebagian sufinya adalah ulama terkenal dan taswufnya didominasi cirri-ciri moral .

            Tokoh-tokoh dari kelompok pertama (tasawuf sunni) , misalnya Haris al-Muhasibi (Basra, 165 H-Baghdad,243 H).Ia banyak mengkaji dan mengajarkan disiplin diri (muhassabah) . pembicaraannya yang lebih rinci  dalam karyanya ar-Ri’aayat li Huquuq Allah (menjaga hak Allah ) yang banyak mempengaruhi al-Ghazali dalam menyusun karyanya Ihyaa ‘Uluumuddin (menghidupkan Ilmu Agama) .

            Tokoh lainnya, seperti Sirri as-Saqati, Abu ar-Ruzbari , dan Abu Zaid al-Adami. Disamping itu terdapat pula Abu Sa’id al-Khraz yang banyak menumpahkan kajiannya pada makam dan hal .Sahal at-Tusturi yang terkenal dengan kekhus’annya dalam beribadah disiplin diri , dan al-Junaid al-Bagdadi (meninggal pada tahun289H) yang paling popular dan mempunyai analisis yang dalam tauhid dan fana, baginya memperdalam pengenalan kepada Allah SWT harus bersamaan dengan peningkatan amal dan disiplin diri, dia juga mewariskan kepada murid-muridnya yang paling terkenal yaitu Abu Bakar asy-Syibli .

            Dalam lingkungan aliran diatas(tasawuf sunni) muncul tiga orang penulis teori tasawuf buku-bukunya masih dapat ditemukan dewasa ini yaitu:

1.      Abu Nasr as-Sarraj at-Tusi (wafat378H) , Ia seseorang penulis kitab besar dan fundamentalis dalam tasawuf berjudul kitab Al-Luma’ .

2.      Abu Thlib al-Makki (wafat 386H) membuktikan pula keabsahan dotrin dan praktik sufi di dalam karyanya, Quut al-Quluub .

3.      Abu Bakar al-Kalabazi , penulis buku kecil at-Ta’arruf Li Mazhab ahl-Tasawuf .

Selama abad kelima Hijriyah aliran tasawuf sunni terus tumbuh dan berkembang ,

Bahkan cenderung mengdakan pembaruan yakni dengan mengembalikannya kelandasan al-Qur’an dan as-Sunnah .Al-Qusyairy (meninggal pada tahun 465H) dan al-Hawari dipandang sebagai tokoh sufi paling menonjol pada abad ini, yang membawa tasawuf kearah aliran sunni , dan metode keduanya dalam hal pembaharuan tersebut akan diikuti al-Ghazali  . dengan demikan , pada masa abad kelima Hijriyah ini, tasawuf sunni berada dalam posisi yang menetukan , yang memungkinkannya tersebar luas di kalangan dunia Islam , dan membuat fondasinya begitu dalam terpancang untuk jangka lama pada berbagai masyarakat Islam .

            Menurut Ibn Khlikan , al-Qusyairi adalah seorang tokoh yang mampu “mengkompromikan syari’at dengan hakikat” .

            Dalam tasawuf ,pilihan al-Ghazali jatuh pada tasawuf sunni yang berdasarkan doktrin Ahlus Sunnah Wal Jama’ah . dari faham tasawufnya menjauhkan semua kecendrungan gnostis yangmempengaruhi para filosof islam, sekte Isma’iliyah dan aliran Syi’ah , Ikhwanus shafa dan lainnya. Juga dia menjauhkan tasawufnya dari teori-teori ketuhanan menurut Aristoteles, antara lain dari teori emanasi dan penyatuan . sehingga dapat dikatakan bahwa tasawuf al-Ghazali benar-benar bercorak Islam .

            Sedangkan dalam lingkungan aliran tasawuf filosof is, seperti zunnun al-Misri (180-246 H) . Ia adalah seorang sufi yang juga ahli kimia, mengetahui tulisan Mesir kuno dan akrab dengan pengetahuan hermetis (kedap uadar) . Dalam tasawufia dikenal sebagai bapak Teori Ma’rifat , yakni kemampuanhati sanubari  untuk melihat Tuhan . kemampuan itu sediri berasal dari Tuhan pula .

            Tokoh isin yang berani dari kelompok tasawuf filsafat adalah ungkapan Yazid al-Bustami (wafat260 H) yang secara terus terang mengungkapkan as-sakr (mabuk ketuhanan) , fana dan baqa’ (peleburan diri untuk mencapai keabadian dalam diri Ilahi) , dan ittihad (bersatu dengan Tuhan ).BERSAMBUNG

            JAKARTA  2003


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman