Kamis, 11 April 2013

TAFSIR AL-MA'UN





               PENDUSTA AGAMA: Menghardik anak yatim dan…?

أرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ (١)فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ (٢)وَلا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ (٣)فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (٤)الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ (٥)الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ (٦)وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ (٧)
1. tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3. dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin.
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. orang-orang yang berbuat riya
7. dan enggan (menolong dengan) barang berguna.AL-MA’UN

Muqaddimah
Beragama dalam surah Al-Ma’un tidak selau identik dengan kesalehan dan ketakwaan.  Beragama dan melakukan ritual-ritual agama tidak selalu menjadikan seseorang bisa dipercaya dan membawa amanah (hlm 3).  Wacana besar yang dibawa surah ini adalah membalik semua itu dengan mengatakan bahwa kalangan orang beragama itu “ada pendusta agama”.  Orang yang haji dan shalatnya rajinpun bisa jadi adalah pendusta agama.  Simbol agama dan kesalehan vertikal tak selamanya sepadan atau segaris dengan apa yang ditunjukkan oleh agama itu sendiri.  Bahkan bisa jadi kesalehan ritual agama yang dilakukannya merupakan manipulasi semata untuk mengkhianati agama .
Surah Al-Ma’un ini juga membawa pesan : betapa pentingnya keterlibatan sosial dan pembelaan sosial kepada masyarakat miskin, minoritas, dan pentingya membela ketidakadilan dan menjustifikasi gerakan-gerakan sosial berbasiskan santri dan kitab kuning (hlm 4).  Jelas sekali bahwa surat ini memberikan petunjuk bahwa kesalehan ritual tidak menjadi bermakna tanpa kesalehan sosial.
Surah ini diturunkan di Makkah sesudah surah at-Takatsur.Nama surah ini diambil dari kata al-Ma’un yang diambil pada ayat terakhir. Menurut etimologi, al-Ma’un berarti banyak harta, berguna dan bermanfaat, kebaikan dan ketaatan , dan Zakat.[1]Surah ini menggambarkan orang yang tidak mau membayar zakat dan tidak mau pula berinfaq untuk membantu fakir miskin. Allah mengancam orang yang mempunyai banyak harta tetapi tidak mempunyai kepedulian social.
 Asbabul Nuzul

Adapun sebab turunya surah ini ialah berkenaan degan orang-orang munafik yang memamerkan shalat kepada orang yang berirman; mereka melakukan shalat dengan riya’, dan meninggalkan apabila tidak ada yang melihatnya serta menolak memberiakn bantuan kepada orang miskin dan anak yatim ( Riwayat ibnu Mudzir ).

Kata-kata Arab "al-Ma'un" yang merupakan ujung surat dan menjadi nama suratnya dijelaskan oleh Muhammad asad, berdasarkan berbagai tafsir klasik,sebagai "comprises the small items needed for one'sdaily use, as well as the occasional acts of kindnessconsisting in helping out one's fellow-men with such item. In its wider sense, it denotes "aid" or "assistance" in any difficulty" (... kata-kata"al-ma'un" mencakup hal-hal kecil yang diperlukan orangdalam penggunaan sehari-hari, juga perbuatan kebaikankala-kala berupa pemberian bantuan kepada sesama manusiadalam hal-hal kecil tersebut. Dalam maknanya yang lebihluas, kata-kata itu berarti "bantuan" atau "pertolongan"dalam setiap kesulitan )[2]

Tasir

Ustadz M Quraish Shihab dalam Tafsir Al-quran Al karim menyatakan paling tidak ada 2 hal yang patut disimak dalam ayat 3 surat ini. Pertama ayat tersebut tidak berbicara tentang kewajiban ”memberi makan” orang miskin, tapi berbicara ”menganjurkan memberi makan”. Itu berarti mereka yang tidak memiliki kelebihan apapun dituntut pula untuk berperan sebagai ”penganjur pemberi makanan terhadap orang miskin” atau dengan kata lain, kalau tidak mampu secara langsung, minimal kita menganjurkan orang-orang yang mampu untuk memperhatikan nasib mereka. Peran ini sebenarnya bisa dilakukan oleh siapapun, selama mereka bisa merasakan penderitaan orang lain. Ini berarti pula mengundang setiap orang untuk ikut merasakan penderitaan dan kebutuhan orang lain, walaupun dia sendiri tidak mampu mengulurkan bantuan materiil kepada mereka.

Anak-anak yatim dan faqir miskin adalah bagian dari kelompok masyrakat yang sangat dicintai oleh Rusulullah SAW, bahkan dalam sebuah hadits dinyatakan ( Rusuluallah ) sangat dekat dengan mereka.Perhatian mereka sangat diutamakan, sebagaimana tersebut dalam sebuah ayat :

ويسئلونك عن اليتمى قل اصلاح لهم خير وان تخالطهـــم فاخوانكم

Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim katakanlah ;

Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, jika kamu menggauli mereka, maka mereka adalah saudaramu”

( Al-Baqarah: 220 ).

Perkataan "yahudldlu" yang diterjemahkan dengan "berjuang" di sini mempunyai asal arti "menganjurkan dengan kuat". A. Hassan dalam Al-Furqan, menerjemahkan perkataan itu dengan "menggemarkan," Departemen Agama menerjemahkan dengan "menganjurkan" sedangkan Mahmud Yunus dalam tafsir Qur'an Karim menggunakan perkataan "menyuruh". Dan Muhammad Asad, dalam The Message of the Qur'an, menerjemahkannya dalam bahasa Inggeris dengan "feels no urge" (tidak merasakan adanya dorongan), karena baginya perkataan "yahudldlu" mempunyai makna "mendorong diri sendiri" (sebelum mendorong orang lain). Jadi, perkataan "yahudldlu" menunjuk pada adanya komitmen batin yang tinggi, yakni usaha mengangkat dan menolong nasib kaum miskin. Berarti bahwa indikasi ketulusan dan kesejatian dalam beragama ialah adanya komitmen sosial yang tinggi dan mendalam kepada orang bersangkutan. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Hindarilah tujuh perkara yang membinasakan. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah SAW apakah itu?” Rasulullah SAW bersabda: 1. Syirik, 2. Berbuat sihir, 3. Membunuh orang yang diharamkan oleh Allah untuk dibunuh kecuali dengan alasan yang benar (menurut ajaran agama), 4. Memakan riba, 5. Memakan harta anak yatim, 6. Berpaling di waktu peperangan (bukan untuk bersiasat akan tetapi lantaran takut kepada musuh), 7. menuduh zina kepada wanita mukmin yang sudah bersuami yang tidak terlintas di hatinya untuk menjalankan kejelekan Sholat adalah ibadah yang paling utama yang diperintahkan dalam syareat islam.Dengan melaksanakanya secara baik dan benar akan menimbulkan pengaruh positip yang sangat besar dalam aspek kehidupan. Di akherat pun merupakan amaliah yang paling utama yang memperoleh penilaian dan menjadi tolak ukur semua amal perbuatan.

Allah berfirman :

اتل ما اوحى اليك من الكتاب واقم الصلاة ان الصلوة تنهى عن الفخشاء والمنكر

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu alkitab ( al-qur’an ) dan dirikanlah sholat.sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan –perbuatan keji dan mungkar. ( al-ankabut : 45 )


Selanjutya Allah menegaskan bahwa ada sebagian orang yang melakukan amal kebaikan, termasuk shalat, untuk memperlihatkan amalnya kepada manusia. Tindakan seperti ini disebut riya’.Sikap riya’ adalah lawan dari ikhlas. Keikhlasan diperlukan dalam setiap amal kebaikan agar memperoleh pahala yang sempurna dari Allah.

Yang diterjemahkan dengan "lupa" atau "lalai" dalam firman itu ialah kata-kata yang dalam bahasa aslinya (Arab) "sahun". Yang dimaksud dalam firman ini bukanlah mereka itu dikutuk Allah karena lupa mengerjakan shalat yang disebabkan lupa, misalnya, terlalu sibuk bekerja. Sebab lupa dan alpa serupa itu justru dimaafkan oleh Allah, tidak dikutuk.[3]).Tapi yang dimaksud dalam firman itu ialah mereka yang menjalankan shalat itu lupa akan shalat mereka sendiri, dalam arti bahwa shalat merekatidak mempunyai pengarah apa-apa kepada pendidikan akhlaknya, sehingga mereka yang menjalankan shalat itudengan mereka yang tidak menjalankannya sama saja. Apalagi jika lebih buruk! Suatu hari, Sayyidah Fathimah as bertanya kepada Rasulullah saw, “Yâ Abâtah, apa yang akan didapatkan oleh orang yang melecehkan shalatnya, menganggap enteng kepada shalatnya, baik laki-laki maupun perempuan?” Rasul bersabda, “Hai Fathimah, barang siapa yang melecehkan shalatnya menganggap enteng kepada shalatnya, baik laki-laki maupun perempuan, Tuhan akan menyiksanya dengan lima belas perkara. Enam perkara di dunia, tiga pada saat ia mati, tiga lagi pada waktu ia berada di kuburnya, dan tiga perkara pada Hari Kiamat, ketika ia keluar dari kuburnya.”
Allah berfirman :

Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang meremehkan sholat dan menuruti hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesaatan. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal sholeh? (QS. Maryam: 59-60)

Para ulama mengomentari ayat diatas dengan tafsirnya yang terdapat dalam Ibnu Katsir sebagai berikut :

1. Muhammad bin Kaab Al Quraan Al Qurdly, dan Ibnu Zaid bim Aslam dan Sady yang disebut meremehkan sholat adalah Meninggalkan Sholat ( Tidak sholat )

2. Al Auz, Ibnu Maasud, Ibnu jarir, Ibnu Juraih meremehkan sholat adalah meremehkan waktu

3. Al Hasan Al-Bashri, meremehkan sholat adalah meninggalkan Masjid ( Tafsir Ibnu katsir 3 / 21 )

Kata Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu : Pengertian meninggalkan sholat tidak berarti meninggalkan sholat itu sama sekali. Tetapi Said bin Musayyib mengatakan : Orang itu tidak sholat Ashar, Dzuhur kecuali hingga datangnya waktu maghrib, tidak sholat maghrib hingga datangnya waktu Isya dan tidak sholat Isya hingga datangnya Fajar ( shubuh ).

Allah berfirman : Maka celakalah orang-orang yang sholat. Yaitu orang-orang yang lalai dari sholatnya? ( Al-Maun : 4-5 )

Kata Saad bin Abi Waqosh: Aku telah bertanya kepada Rasulullah tentang mereka yang melalaikan sholatnya, maka beliau menjawab Yaitu Mengakhirkan waktu , yakni mengakhirkan waktu sholat.


--------------------------------------------------------------------------------


[1] Drs. H. Hasan Basri SH, Tafsir Pase, Balai Kajian Tafsir Al-Qur’an Pase, hal. 130

[2] Muhammad Asad. The Messege of the Qur’an. Hal .102

[3] Ibn Taymiyyah, Minhaj al-Sunnah, 4 jilid, Riyadl, Maktabat al-Riyadl al-Haditsah, tt.,Jilid 3, hal. 46
WALLAH A’LAM
JAKARTA  12/4/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman