Rabu, 10 April 2013

SYARI'AT ISLAM



           SYARI’AT  ISLAM  TIDAK  MEMBERATKAN
                         (Tafsir Surat Al-Baqarah 284-286)
لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(*)ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ(*)لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami ta`at”. (Mereka berdo`a): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali“. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma`aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.. Qs.2:283
Muqaddimah
1. Diriwayatkan dari Ibn Abbas, secara historis ayat ini turun berkaitan dengan hukum menyembunyikan kesaksian. Orang yang menyembunyikan isi hatinya bakal diketahui Allah SWT, karena tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya.[1]
2. Banyak ahl al-Kitab yang memperhatikan wahyu yang disampaikan pada mereka, tapi tidak mereka perhatikan sebagaimana dilukiskan pada ayat berikut.
مِنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَيَقُولُونَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَرَاعِنَا لَيًّا بِأَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِي الدِّينِ وَلَوْ أَنَّهُمْ قَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَقْوَمَ وَلَكِنْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُونَ إِلَّا قَلِيلًا
Di antara orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: “Kami mendengar”, tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): “Dengarlah” sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): “Raa`ina”, dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: “Kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami”, tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis. Qs.4:46
Ayat 285-286 secara historis merupakan peringatan bagi kaum muslimin jangan smapai ketularan penyakit kaum yahudi tersebut.
 Kaitan ayat 284 dengan Ayat Sebelumnya
1. Pengunci ayat 283 menandaskan bahwa Allah SWT Maha mengatahui atas segala sesuatu. Ayat 284 ini seakan menegaskan bagaimana mungkin Allah tidak akan tahu segalanya, karena DIA pemiliknya.[2]
2. Pada ayat sebelumnya dikemukan bahwa orang yang melanggar aturan dalam mu’amalat, seperti menyembunyikan kesaksian, atau berbuat curang akan diperhitungan oleh Allah SWT. Ayat 284 ini menegaskan bahwa Allah SWT memiliki segalanya, maka sudah pasti mengetahui siapa yang melanggar dan siapa yang menaati aturan. [3]
 Tafsir Kalimat
1. لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.
Segala yang ada di langit dan di bumi milik Allah. Oleh karena Dialah yang mengatur segalanya, tidak sepatutnya makhluq membangkang atas perintah-Nya, atau melanggar aturan-Nya. Manusia hidup di dunia hanya berhak memanfaatkan fasilitas yang diberikan-Nya untuk ibadah pada-Nya. Fasilitas yang digunakan itu akan dikembalikan kepada pemiliknya, dan dimintai pertanggung jawaban.
2. وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu.
Segala fasilitas itu, baik yang digunakan secara terang-terangan ataukah secara sembunyi, oleh manusia bakal diketahui Allah SWT dan diperhitngkan-Nya. Tidak ada yang tersembunyi bagi Allah SWT.
يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ
Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. Qs.40:19
Ayat ini memberi bahwa yang dierhitungkan di yaum al-Hisab, amal manusia bukan hanya yang bersifat lahiriah seperti ucap, sikap dan tindakan, tapi juga rasa, rasio keyakinan yang sifatnya tidak nampak.
3. فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya;
Allah SWT sebagai pemilik segalanya berwenang untuk mengampuni atau menghukum yang berbuat salah, sesuai dengan kehendak-Nya. Oleh karena itu taubat manusia ada yang diterima ada pula yang ditolak.[4] Namun Allah SWT telah mewajibkan pada Diri-Nya untuk memberi rahmat pada hamba-Nya. Dia mengampuni manusia yang benar-benar taubat, dan menyiksa orang yang berbuat dosa tanpa taubat.
4. وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Allah SWT berkuasa atas segalanya. Namun Ia telah menetapkan diri-Nya Maha Adil dan Pemberi rahmat, penuh kasih sayang. Bukti keadilan-Nya adalah menghukum yang bersalah sesuai kesalahannya. Bukti keutamaan dan Maha pemurah adalah melipatgandakan pahala yang beramal shalih. Orang yang beramal shalih dilipatgandakan pahalanya, sedangkan yang bersalah tidak dilipatgandalan siksaanya.[5]
5. ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.
Rasul SAW dan orang-orang mu`min telah beriman kepada apa yang diturunkan Allah SWT. Mereka bertauhid menolak syirik, mengimani para nabi, mala`ikat dan membenarkan semua kitab tanpa membedakan dalam keimanannya.[6]
7. لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya”,
Inilah perbedaan antara keimanan mu`min dengan kepercayaan yahudi dan nashrani. Yahudi dan nasharani mempercayai kitab taurat dan injil, tapi menolak al-Qur`an, mempercayai nabi terdahlu tapi menolak Nabi Muhammad SAW. Orang mu`min adalah yang beriman kepada seluruh rasul dan seluruh kitab yang diturunkan Allah, tanpa membedakan dalam keimanan. Menolak salah satu dari kitab, sama dengan menolak ketentuan Allah SWT. Iman mesti percaya penuh tanpa memilah-milah tanpa membedakan antara yang satu dengan yang lain yang mesti diimani.
8.. وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami ta`at”. (Mereka berdo`a): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali
Keimanan mesti dibuktikan dalam sikap dan perbuatan. Ikrar سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا kami mendengar dan kami menaati merupakan bukti kesetiaan pada apa yang telah ditetapkan Allah SWT.  Dengan merasa puas orang mu`min itu mematuhi segala ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya. Namun karena menyadari akan kelemahan dan kekurangmampuan memenuhi segala ketentuan, maka segera mohon ampunan pada Allah SWT, dengan kesadaran penuh akan kembali kepada-Nya.
9. لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya.
Keimanan dibuktikan dengan kesiapan menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah SWT, jangan merasa enggan sedikitpun untuk menaatinya, karena tidak ada yang memberatkan. Apa yang diperintahkan Allah sudah disesuaikan dengan kemampuan manusia untuk menjalankannya. Aapa yang dilarang Allah sudah sesuai dengan kemampuan manusia untuk menjauhinya. Jika ada suatu perintah dirasakan berat, bukan bobot perintahnya yang berat, tapi hati dan keadaan yang mempengaruhinya. Berat atau ringannya menjalankan tugas, sangat dipengaruhi oleh persepsi individu dalam mengemban tugas tersebut.
Terdapat enam kali dalam al-Qur`an yang isinya senada dengan ayat ini yaitu (1) لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا /Qs.2:233, (2) لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا/Qs.2:286, (3) وَلَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا  / Qs.23:62, (4) لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا / Qs.6:152, (5) لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا / Qs.7:52, (6) لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا ءَاتَاهَا  / Qs.65: 7.
Semua itu mengisyaratkan bahwa setiap aturan syari’ah sudah sesuai dengan kemampuan manusia. Bila ada sutu perintah yang berat dalam situasi tertentu, maka Allah memberikan solusi mengatasinya.
10. لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
Setiap individu memperoleh hasil dari apa yang diusahakannya, Tangan menjinjing bahulah yang memikulnya. Orang yang beramal baik, akan mendapatkan manfaat dari kebaikannya. Orang yang beramal buruk akan bertanggung jawab atas keburukannya. Berbuatlah baik, kalau ingin mendapatkan kebaikan. Jangan berbuat buruk, bila tidak ingin memikul akibat keburukan. Allah SWT akan memperhitungkan apa yang diperbuat manusia, apakah kebaikan ataukah keburukan. Ditandaskan pula dalam ayat lainnya:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ () وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula. Qs.99:7-8
11.رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (Mereka berdo`a): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma`aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”..
Orang yang beriman menghadapi perintah apapun selalu siap menjalankannya. Demikian pula bila menerima cegahan, maka mereka siap meninggalkannya. Bila ternyata larangan dan periitah tersebut ada yang dirasakan berat, maka tetap tidak menolaknya melainkan bermohon kepada Allah untuk mendapatkan keringanan. Inti do’a ini adalah ungkapan keyakinan bahwa segala yang diperintahkan Allah itu sudah disesuaikan dengan kemampuan manusia. Jika dirasakan ada yang berat, itu merupakan kelemahan diri. Oleh karena itu mohon diberi keringanan, bila terlanjur berbuat kesalahan, agar diganti dengan rahmat dan maghfirah. Kemudian karena dalam melaksanakan syari’ah itu banyak tantangan dari kalangan kafirin, maka bermohon pada-Nya agar mampu mengalahkan kafirin.
Asbabul Nuzul Ayat
Imâm Muslim meriwayatkan dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh li Muslimnya(2/145):
Muhammad bin Minhal adl-Dlarir dan Umayyah bin Bistham al-‘Aisyi, dan ini lafadz Umayyah, telah bercerita kepada saya(Imâm Muslim), kata keduanya(Muhammad bin Minhal adl-Dlarir dan Umayyah bin Bistham al-‘Aisyi): “Yazid bin Zurai’ telah bercerita kepada kami(Muhammad bin Minhal adl-Dlarir dan Umayyah bin Bistham al-‘Aisyi), katanya(Yazid bin Zurai’): “Rauh yaitu Ibnul Qasim telah bercerita kepada kami(Yazid bin Zurai’) dari al-‘Ala dari ayahnya(al-‘Ala) dari Abu Hurairah, katanya: “ketika turun kepada Rasulullah SAW (Surat al-Baqarah(2), ayat: 284)):
لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٢٨٤)
284. Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
“Kata Rawi(Abu Hurairah): “hal itu terasa berat bagi para Sahabat Rasulullah SAW, lalu mereka(para Sahabat Rasulullah) datang kepada Rasulullah SAW dan berlutut di atas lutut-lutut mereka seraya berkata: “Wahai Rasulullah, kami dibebani amalan yang kami sanggup mengerjakannya seperti: Shalat, Puasa, Jihad dan Sedekah. Sekarang telah diturunkan kepada anda ayat ini(Surat al-Baqarah(2), ayat: 284), dan kami tidak sanggup.”
“Rasulullah SAW bersabda: “Apakah kamu ingin mengucapkan apa yang sudah diucapkan kedua golongan ahli kitab(Yahudi dan Nasrani) sebelum kamu; “kami dengar dan kami durhakai?” Bahkan hendaklah kamu katakan: “kami dengar dan kami taati, ampunilah kami ya Rabb kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali.”
“Mereka(para Sahabat Rasulullah)pun mengatakan: “kami dengar dan kami taati, ampunilah kami ya Rabb kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali.”
“Ketika mereka membacanya(maksudnya membaca ayat: kami dengar dan kami taati, ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali), lisan mereka(para Sahabat Rasulullah)pun terbiasa mengucapkannya, maka Allah turunkan sesudah itu (Surat al-Baqarah(2), ayat: 285):
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ (٢٨٥)
285. Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya dan Rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari Rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."
“Mereka(para Sahabat Rasulullah) berdoa: “Ampunilah kami ya Rabb kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali”, sesudah mereka melaksanakannya(maksudnya: melaksanakan perintah Surat al-Baqarah(2), ayat: 285), kemudian Allah SWT menghapusnya(maksudnya: menasakh Surat al-Baqarah(2), ayat: 285), dan menurunkan(Surat al-Baqarah(2), ayat: 286):
لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (٢٨٦)
286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami salah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. Ma'afkanlah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."
“Mereka(para Sahabat Rasulullah) berdoa: “Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah”.
“Allah SWT berfirman: “Ya”.
“Mereka(para Sahabat Rasulullah) berdoa pula:
.........رَبَّنَا وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا.........
…………. “Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami………………….
“Dia(Allah SWT) berfirman: “Ya”.
“Mereka(para Sahabat Rasulullah) berdoa pula:
............رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لا طَاقَةَ لَنَا بِهِ.................
………………. “Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya……………………….
“Dia(Allah SWT) berfirman: “Ya”.
“Mereka(para Sahabat Rasulullah) berdoa pula:
....................وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
…………………. “Ma'afkanlah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."
Allah SWT berfirman: “Ya”.
Daftar Pustaka
[1] Ibn Hajar al-Asqalani, al-’Ijab fi Bayan al-asbab, I h.644
[2] Wahbah al-Zuhayli, al-Tafsir al-Munir, III h.127
[3] Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, III h.79
[4]  Perhatikan Qs.4:17-18
[5]  tafsir al-Maraghi, III h.82
[6] Tafsir Ibn Katsir, I h.343
Al-Jâmi’ ash-Shahîh li Muslim( Imâm Muslim/al-Imâm Abî al-Husain Muslim bin al-
            Haĵâj Ibnu Muslim al-Qusyairî an-Naisâbûrî).
Jâmi’ul Bayâni Fit Ta’wîlil Qur’âni(Ibnu Jarîr/Abu Ja’far ath-Thabarî Muhammad bin
Jarîr bin Yazîd bin Katsîr bin Ghâlib al-Âmalî).
Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûli(as-Suyûthî/Imâm Jalâludin ash-Suyûthî).
Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal(Imam Ahmad/Ahmad bin Hanbal Abû ‘Abdullah
as-Syaibâni).
Syu’abul Iman(Imâm al-Baihaqî).
JAKARTA  10/4/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman