Senin, 15 April 2013

TAFSIR AL-FIIL




                 PERBUATAN  TUHAN  Terhadap Pasukan Gajah

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ {1} أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فيِ تَضْلِيلٍ {2} وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ {3} تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ مِّن سِجِّيلٍ {4} فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ {5} 

Artinya:
1. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah[1601]?
2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia?
3. dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong,
4. yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,
5. lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).AL-FIL
Muqaddimah
1. Di dalam surat ini, Allah SWT memberitahukan tentang kisah pasukan gajah. Allah SWT berfirman, tidakkah kamu lihat salah satu bukti kemampuan dan kekuasaan Allah dan kasih sayang-Nya terhadap hamba-Nya, serta tanda-tanda keesaan-Nya dan kebenaran Rasul-Nya, Muhammad SAW. Yaitu apa yang diperbuatnya-Nya terhadap pasukan gajah, Abrahah dan kaumnya yang telah membuat tipu daya dan bermaksud menghancurkan ka’bah. Lalu ia mempersiapkan bala tentaranya untuk itu dan menyertakan gajah untuk menghancurkan ka’bah. Mereka datang dengan pasukan yang besar, yang tidak dapat ditandingi oleh orang Arab. Mereka terdiri dari orang-orang Habasyah dan Yaman. 
2. Dan ketika sampai mendekati Mekkah sedang masyarakat Arab tidak punya kemampuan untuk melawan mereka, maka mereka keluar meninggalkan Mekkah karena ketakutan. Pada saat itu, Allah SWT membuat semua rencana mereka ggal total, maksud mereka tidak kesampaian. 
3. Di mana Allah SWT mengirimkan pasukan burung yang datang menyebar dan susul-menyusul. 
4. Burung-burung itu membawa batu panas dari tanah liat dan melemparkannya kepada mereka, mengejar mereka yang jauh dan yang dekat, hingga semuanya binasa 
5. Mereka menjadi seperti sisa tanaman yang dimakan oleh binatang, kemudian dilempar ke tanah dan diinjak-injak. Allah SWT telah melindungi masyarakat Mekkah dari maksud jahat mereka dan membalikkan tipu daya mereka kepada diri mereka sendiri. 
Kisah pasukan gajah ini amat masyhur dan pada tahun itulah Rasulullah SAW dilahirkan. Maka peristiwa itu termasuk tanda-tanda munculnya dakwah dan kerasulannya. Segala puji bagi Allah dan syukur bagi Allah SWT juga.! 
(SUMBER: at-Tafsir al-Yasir, karya Yusuf bin Muhammad al-‘Uwaid) 
Tafsir Ayat
“Tidakkah engkau perhatikan?” (pangkal ayat 1). Atau tidaklah engkau mendengar berita: “Bagaimana Tuhan engkau berbuat terhadap orang-orang yang mempunyai gajah?” (ujung ayat 1).
Pertanyaan Allah seperti ini adalah untuk memperkuat berita penting itu, yang ditujukan mulanya kepada Nabi SAW namun maksudnya ialah untuk ummat yang percaya seumumnya.
Kisah orang-orang yang mempunyai gajah ini adalah tersebut dengan selengkapnya di dalam kitab Sirah Ibnu Hisham, pencatat riwayat hidup Nabi Muhammad SAW yang terkenal.
Maka terkenallah tahun itu dengan nama “Tahun Gajah”. Menurut keterangan Nabi SAW sendiri dalam sebuah Hadis yang shahih, beliau dilahirkan adalah dalam tahun gajah itu. Demikianlah disebutkan oleh Al-Mawardi di dalam tafsirnya. Dan tersebut pula di dalam kitab I’lamun Nubuwwah, Nabi SAW dilahirkan 12 Rabiul Awwal, 50 hari saja sesudah kejadian bersejarah kehancuran tentara bergajah itu.
Setelah Nabi kita SAW berusia 40 tahun dan diangkat Allah menjadi Rasul SAW masih didapati dua orang peminta-minta di Makkah, keduanya buta matanya. Orang itu adalah sisa dari pengasuh-pengasuh gajah yang menyerang Makkah itu.
“Bukankah telah Dia jadikan daya upaya mereka itu pada sia-sia?” (ayat 2). Usaha yang begitu sombong dan besar, jawaban Abrahah kepada Abdul Muthalib, bahwa Allah sendiri tidak akan sanggup bertahan kalau dia datang menyerang. Segala maksudnya hendak menghancurkan itu sia-sia belaka, dan gagal belaka.
Tersebut dalam riwayat bahwa Abdul Muthalib yang tengah meninjau dari atas bukit-bukit Makkah apa yang akan dilakukan oleh tentara bergajah itu melihat burung berduyun-duyun menuju tentara yang hendak menyerbu Makkah itu. Kemudian hening tidak ada gerak apa-apa. Lalu diperintahnya anaknya yang paling bungsu, Abdullah (ayah Nabi kita Muhammad SAW) pergi melihat-lihat apa yang telah kejadian, ada apa dengan burung-burung itu dan ke mana perginya. Maka dilakukannyalah perintah ayahnya dan dia pergi melihat-lihat dengan mengendarai kudanya. Tidak beberapa lamanya dia pun kembali dengan memacu kencang kudanya dan menyingsingkan kainnya. Setelah dekat, dengan tidak sabar orang-orang bertanya: “Ada apa, Abdullah?”
Abdullah menjawab: “Hancur-lebur semua!” Lalu diceriterakannya apa yang dilihatnya, “Bangkai bergelimpangan dan ada yang masih menarik-narik nafas akan mati dan sisanya telah lari menuju negerinya.”
Maka berangkatlah Abdul Muthalib dengan pemuka-pemuka Quraisy itu menuju tempat tersebut, tidak berapa jauh dari dalam kota Makkah. Mereka dapati apa yang telah diceriterakan Abdullah bin Abdul Muthalib itu. Bahkan 200 ekor unta Abdul Muthalib dan harta-benda yang lain, dan harta-benda yang ditinggalkan, kucar-kacir oleh tentara yang hancur itu. Baik kuda-kuda kendaraan, ataupun pakaian-pakaian perang yang mahal-mahal, alat senjata peperangan, pedangnya, perisainya dan tombaknya dan emas perak banyak sekali. Maka sepakatlah kepala-kepala Quraisy itu memberikan kelebihan pembahagian yang banyak untuk Abdul Muthalib, sebab dia dipandang sebagai pemimpin yang bijaksana. Dengan keahliannya dapat menghadapi musuh yang begitu besar dan begitu sombong.
Sebagai kita katakan tadi, 50 hari sesudah kejadian itu, Nabi Muhammad SAW pun lahirlah ke dunia. Tetapi ayahnya dalam perjalanan ke Yatsrib, kampung dari keluarga ayahnya. Di sana dia meninggal sebelum puteranya lahir. Berkata Ibnu Ishaq: “Setelah penyerangan orang Habsyi terhadap Makkah itu digagalkan dan dihancurkan oleh Allah sendiri, bertambah penghargaan dan penghormatan bangsa Arab kepada Quraisy. Sehingga mereka katakan: ‘Orang Quraisy itu ialah Keluarga Allah. Allah berperang untuk mereka.’”
“Dan Dia telah mengirimkan ke atas mereka burung berduyun-duyun.” (ayat 3). Burung-burung itu berduyun datang dari laut. Ahli-ahli tafsir bicara macam-macam tentang keadaan burung itu. Namun apa jenis burung tidak penting kita perkajikan. Sembarang burung pun dapat dipergunakan Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya. Sedangkan tikus bisa merusakkan sebuah negeri dengan menyuruh tikus itu memakan padi yang sedang mulai masak di sawah. Sedangkan belalang berduyun-duyun beratus ribu dapat membuat satu negeri jadi lapar, apatah lagi burung berduyun-duyun (ababil).
“Yang melempari mereka dengan batu siksaan?” (ayat 4). Batu yang mengandung azab, batu yang mengandung penyakit. Ada tafsir mengatakan bahwa batu itu telah direndang terlebih dahulu dengan api neraka. Syaikh Muhammad Abduh mencoba mentakwilkan bahwa batu itu membawa bibit penyakit cacar. Menurut keterangan Ikrimah sejak waktu itulah terdapat penyakit cacar di Tanah Arab. Ibnu Abbas mengatakan juga bahwa sejak waktu itu adanya penyakit cacar di Tanah Arab.
Dapat saja kita menerima penafsiran ini jika kita ingat bahwa membawa burung atau binatang dari satu daerah ke daerah yang lain, walaupun satu ekor, hendaklah terlebih dahulu diperiksakan kepada doktor, kalau-kalau burung itu membawa hama penyakit yang dapat menular. Demikian juga dengan tumbuh-tumbuhan. Demikian seekor burung, bagaimana kalau beribu burung?
“Lalu Dia jadikan mereka seperti daun kayu yang dimakan ulat.” (ayat 5). Laksana daun kayu dimakan ulat, memang adalah satu perumpamaan yang tepat buat orang yang diserang penyakit cacar (ketumbuhan), seluruh badan akan ditumbuhi oleh bisul yang panas, malahan sampai ada yang tumbuh dalam mata. Telapak kaki yang begitu tebal pun tidak terlepas, dan muka pun akan coreng-moreng dari bekasnya. Sebagai yang telah penulis alami (1923).
Al-Qurthubi menulis dalam tafsirnya: “Hikayat tentara bergajah ini adalah satu mu’jizat lagi dari Nabi kita, walaupun beliau waktu itu belum lahir.” Dan tidak ada orang yang akan dapat melupakan bahwa nenek-kandungnya mengambil peranan penting pada kejadian ini.
Rujukan 1.Tafsir HAMKA
Wallah a’lam bishawab
Jakarta  16/4/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman