Selasa, 15 Januari 2013

SERUAN Haji

HAJI Suratan Ilahi

 

Al-Qur’an Berbicara Tentang Haji


Pembahasan tentang ibadah haji dalam al-Qur’an terdapat dalam surat al-Baqarah (ayat 158, 189, 196-203), Ali Imran (ayat 97), al-Ma’idah (1-2, 97) dan surat al-Hajj. Kita akan dapatkan bahwa al-Qur’an lebih menekankan pada makna dan maqashid ibadah dari pada hukum-hukum fiqh yang biasa kita temukan dalam kitab-kitab fiqh. Bukan hal yang aneh apabila pembahasan tentang haji dalam al-Qur’an jauh lebih “hidup” dari pada gaya pembahasan para ahli fiqh. Bukan karena pembahasan kitab-kita fiqh tersebut salah atau melenceng, tetapi perhatian para ahli fiqh terfokus pada hukum-hukum fiqh yang juga bersumber dari al-Qur’an dan hadits Nabi SAW. Dan hal ini sebenarnya menunjukkan kemukjizatan al-Qur’an yang membuktikan bagaimanapun usaha manusia menerjemahkan ajaran al-Qur’an, tetap saja manusia belum sampai mencapai ketinggian ajaran al-Qur’an. Retorika al-Qur’an dalam merangkum berbagai makna penting tidak sanggup dicapai oleh kemampuan retorika manusia, walaupun bahasa al-Qur’an adalah bahasa yang dipakai manusia, walaupun tema-tema al-Qur’an bukanlah tema-tema yang tidak mampu dipahami manusia.

Sangat penting bagi setiap muslim untuk berinteraksi langsung dengan al-Qur’an, untuk dapat memahami secara persis apa yang sebenarnya diinginkan Allah dari ibadah kita secara umum. Allah menginginkan hamba-Nya beraudiensi langsung dengan-Nya tanpa perantara.
Haji Puncak Ekspresi Ketakwaan

Ibadah dalam arahan al-Qur’an haruslah bermuara pada ketakwaan. Penyembahan seorang hamba bukanlah ritual mistis yang berhubungan dengan dunia gaib yang penuh takhayul dan serba irrasional. Ibadah dalam Islam adalah ketundukan seorang makhluk kepada Sang Pencipta penuh kuasa lagi kasih sayang. Kita temukan dalam al-Qur’an ayat-ayat ibadah selalu diakhiri dengan penegasan tentang sifat-sifat Allah.

Ambil contoh ayat 158 dari surat al-Baqarah, Allah berfirman

“Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi’ar-syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-’umrah, maka tidak ada dosa baginya untuk mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha mengetahui.”

Kita lihat bagaimana Allah menutup ayat tersebut dengan dua sifat-Nya yang agung yaitu “Syakir” (Maha Mensyukuri) dan “Alim” (Maha Mengetahui). Kita rasakan bagaimana Allah memperlakukan hamba-Nya dengan cara yang begitu terhormat. Allah SWT sebagai pencipta, pemilik dan penguasa seluruh alam begitu memberikan penghargaan terhadap hamba-Nya yang mengerjakan kebaikan dengan suka hati (tathawu’). Allah seolah-olah berkata bahwa beliau akan berterima kasih dan mengapresiasi kebajikan yang dilakukan hamba-Nya, dan Allah sangat mengetahui kebajikan yang dilakukan hamba-Nya.

Kita selalu akan merasakan hidupnya hubungan hamba dan Tuhannya setiap kali kita merenungkan sifat-sifat Allah yang Allah sebut di akhir ayat. Kita ambil contoh ayat lain di surat al-Baqarah ayat 199:

“Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak dan mohonlah ampun kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ayat ini berbicara tentang perintah untuk bergerak dari padang Arafah kemudian Muzdalifah menuju Mina. Allah memerintah dalam kesempatan tersebut untuk memohon ampun kepada-Nya, dan Allah mengingatkan bahwa Allah bersifat Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Dalam ayat ini jelas terasa bahwa Allah begitu ingin memberikan ampunan kepada hamba-Nya, sehingga Allah hanya memerintahkan agar para jemaah haji mohon ampun. Allah menyebutkan bahwa Allah sesungguhnya suka mengampuni hamba-Nya, dan bukan hanya mengampuni hamba-Nya Allah juga sangat menyayangi hamba-hamba-Nya. Ayat ini begitu kuat memberikan suasana kasih sayang dari Allah SWT, dan mempererat hubungan antara hamba dan Sang Pencipta.

Lebih jauh lagi bahkan di surat al-Ma’dah bahkan Allah mengungkapkan bahwa seluruh rangkaian haji sesungguhnya adalah momen agar para hamba Allah dapat merasakan dengan nyata sifat-sifat keagungan Allah dalam setiap syiar-syiar yang dilakukan dalam ibadah haji. Allah berfirman:

(97) “Allah telah menjadikan Ka’bah, rumah suci itu sebagai ‘qiyam’[1] bagi manusia, dan (demikian pula) bulan Haram[2], al-hadyu[3], dan al-qalaid[4]. (Allah menjadikan yang) demikian itu agar kamu tahu, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan bahwa Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (98) Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ayat ini secara eksplisit dan gamblang menjelaskan bahwa sesungguhnya seluruh rangkaian ibadah haji beserta semua pra sarananya Allah syariatkan agar umat Islam menyadari kekuasan dan penguasaan Allah. Kegiatan-kegiatan ibadah haji semua adalah terjemahan praktis dari bentuk ketakwaan yang merupakan ekspresi dari keyakinan kita bahwa Allah mengetahui segala perbuatan hamba-Nya, didasari oleh keyakinan bahwa Allah dengan keadilan-Nya dapat menyiksa hamba-Nya yang ingkar dan dengan rahmat-Nya mengampuni dan menyayangi hamba-Nya yang taat. Allah mengatakan bahwa itu semua diadakan “agar kalian tahu” tidak hanya secara kognitif tapi juga “tahu” secara afektif dan psikomotorik.

Rangkaian ibadah haji yang dimulai dari ihram, kemudian thawaf, sa’i, wukuf di Arafah, melempar jumrah sampai menyembelih hewan kurban semuanya adalah ekspresi ketakwaan hambanya. Ukuran-ukuran fisik menjadi simbol yang bisa sirna jika tidak berakar pada ketakwaan. Semua jerih payah juga akan buyar begitu saja jika tidak melahirkan ketakwaan kepada Allah. Karena itu Allah berfirman:

37. Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS al-Hajj: 37)

Makna Simbol-Simbol Haji
Marilah bertaqwa dengan sepenuh hati, dimanapun kita berada. Marilah berusaha melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-laranganNya.

Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu bulan yang dimuliakan Allah. Pada bulan inilah, ummat Islam dari seluruh dunia melaksanakan ibadah haji. Karena sesungguhnya, ibadah haji hukumnya wajib bagi orang yang mampu. Dan ketahuilah, pahala bagi orang yang hajinya mabrur tidak lain adalah syurga.

Di dalam pelaksanaan ibadah haji, terdapat beberapa lambang yang sangat penting dalam kehidupan kita. Diantaranya :


· Ka'bah, merupakan lambang aqidah, keyakinan, juga harapan Yakni setiap orang Islam harus beraqidah dengan benar, beribadah hanya kepada Allah dan memiliki harapan atas ampunan dan ridha Allah.


· Ihram, merupakan lambing bahwa manusia pada dasarnya tidak memiliki apapun dan tak ada yang bisa dibanggakan manusia setelah segala yang dimilikinya diminta kembali oleh Allah. Ia harus tunduk dengan keadaan dasarnya. Hanya kesucian hati yang dapat mempertemukan manusia dengan Tuhannya


· Wukuf. Seorang haji harus berdiam sejenak menyiapkan strategi untuk melawan godaan-godaan dalam hidup ( yakni hawa nafsu dan syetan).


· Melempar jumrah : seorang haji harus melemparkan sifat-sifat tercela dan menggantinya dengan sifat-sifat terpuji (akhlak mahmudah).


· Thawaf menunjukkan bahwa darimanapun asalnya manusia menuju pada titik yang satu. Yakni Allah Yang Maha Kuasa, Yang menciptakan alam semesta ini. Gerakan-gerakannya menunjukkan konsistensi dan integritas dalam pengabdian sebagaima manusia. Yakni apakah ia sebagai suami, isteri, pejabat dan lainnya harus mengabdi kepada Allah.


· Sa'i berarti, memahami wanita mulia yang berasal dari budak, yakni Dewi Sarah yang perjuang sendirian di tempat yang gersang dengan keyakinan supaya sang putra Ismail as tetap hidup. Dan kenyataannya Ismail as adalah harapan terbesar orang tua, yakni kehidupan anaknya.

Dalam ibadah haji kita menemukan banyak syiar-syiar ibadah yang bisa dipahami secara simbolik tetapi juga mengandung esensi nilai yang penting. Kita temukan kiblat umat Islam adalah bangunan segi empat yang terbuat dari batu cadas biasa selain hajar aswad yang istimewa. Dasar ajaran Islam adalah memerangi penyembahan makhluk apapun. Seseorang yang sholat menghadap Ka’bah dengan anggapan bahwa dia menyembah Ka’bah, dia sama dengan musyrik penyembah berhala. (Uniknya sejak dahulu sampai sekarang belum pernah ada yang menyembah Ka’bah itu sendiri, meskipun bangsa Arab pernah menyembah berhala-berhala sebelum datangnya Islam. Mereka menyembah berhal-berhala yang mereka letakkan dalam Ka’bah. Tetapi tak satu dari mereka yang menyembah Ka’bah). Simbol-simbol ibadah yang ada di tanah Mekkah seolah-olah memang Allah jadikan syiar tauhid yang terjaga dari praktek syirik.

Inti kesakralan Ka’bah, Maqam Ibrahim, bukit Shafa dan Marwa juga Jumrah di Mina bukanlah pada materi benda-benda tersebut, tetapi pada makna ketaatan dan nilai tauhid yang terkait dengan syiar-syiar tersebut. Karena itu para fuqaha sepakat bahwa seandainya Ka’bah hancur tak tersisa, umat Islam tetap disyariatkan untuk thowaf dan sholat ke arah Ka’bah, karena yang dimaksud bukan materi Ka’bah tetapi pada lokasi dan kondisi yang Allah tentukan sedemikian rupa.

Meski demikan buka berarti syiar-syiar tersebut hanyalah simbol semata tanpa esensi dan substansi penting. Karena ketaatan dan ketundukan kepada Sang Pencipta perlu diekspresikan agar tidak semata menjadi khayalan dan angan-angan kosong. Nilai-nilai tauhid terekspresi dengan mengagungkan syiar-syiar tersebut. Keyakinan abstrak tauhid perlu diterjemahkan dalam bentuk konkret. Karena itu Allah berfirman:

“Demikianlah (perintah Allah) dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS al-Hajj: 32)

Nilai penting syiar-syiar Allah bukan pada meterinya tetapi pada ketakwaan yang terekspresi dari sikap mengagungkan syiar-syiar itu.

Sekilas tentang Kemukjizatan Zamzam

Di antara bukti kekuasaan Allah yang mengagumkan di Tanah Suci ini adalah air zamzam yang menyimpan banyak keajaiban. Mulai dari keberadaannya, kandungannya dan khasiatnya semuanya serba mengagumkan. Di jaman kemajuan teknologi saat ini semua keajaiban yang dimiliki air zamzam bukan lagi mitos atau sekedar kabar burung. Berbagai penelitian ilmiah semakin menguatkan bahwa air zamzam bukan air biasa.

Pada tahun 1971 seorang dokter mengirim surat ke salah satu media massa di Eropa, untuk mempertanyakan kelayakan air zamzam untuk diminum. Dokter tersebut berasumsi berdasarkan posisi Ka’bah yang rendah maka air pembuangan seluruh kota Mekkah diperkirakan akan mengalir ke wilayah tersebut sehingga dibayangkan bahwa air zamzam tercemar oleh air limbah tersebut.

Menyikapi surat tersebut Kementerian Pertanian dan Pengairan Kerajaan Arab Saudi diperintahkan untuk menyelidiki kebersihan air zamzam. Maka dibentuklah tim riset yang terdiri dari berbagai ahli dari beberapa negara. Setelah diteliti di beberapa laboratorium di Eropa, ditemukan bukan hanya air zamzam layak diminum, tetapi bahkan air zamzam mengandung zat flouride yang dapat membunuh virus dan kuman-kuman. Juga didapatkan kandungan mineral yang tinggi dalam air zamzam. Ditemukan bahwa kandungan kalsium dan magnesium dalam air zamzam lebih tinggi dibanding air yang biasa dikonsumsi di perumahan pada umumnya. Bahkan air zamzam mengandung mineral-mineral alam dalam standar WHO dengan konsentrasi cukup tinggi. Hal ini dapat menjelaskan mengapa para jemaah haji yang lelah merasakan kekuatan dan kebugaran setelah mengkonsumsi air zamzam ini.

Patut diingat bahwa dalam iklim padang pasir yang panas jamaah haji banyak kehilangan zat-zat potasium dan sodium dari aliran darah bersamaan dengan jumlah keringat yang dikeluarkan tubuh. Hal itu sesuai dengan kandungan sodium yang cukup tinggi dalam air zamzam sehingga dengan mudah jamaah mendapatkan suplai mineral yang cukup menggantikan kekurangan tersebut.

Air zamzam bersifat basa, di mana air basa yang terionisasi dapat memberikan energi kepada tubuh, serta menyeimbangkan kadar H2 dalam tubuh, dan juga menyingkirkan limbah-limbah asam dari tubuh. Ia juga merupakan anti oksidan dan anti toksin yang memperkaya tubuh dengan elektron-elektron bagi oksigen bebas dan aktif. Di samping itu zamzam juga membantu penyerapan nutrisi secara lebih efektif, dan juga membantu proses sintesa mineral yang terionisasi secara lebih mudah. Ditambah dengan kemampuannya membantu proses pencernaan secara umum dengan mengembalikan keseimbangan tubuh. Juga mengurangi oksidasi organ-organ yang vital, juga turut menghancurkan sel-sel yang mengalami kanker. Zamzam juga bereaksi terhadap oksidasi dan reduksi negatif sehingga membentuk milliu yang dapat membunuh bakteri.

Hal di atas membuktikan kebenaran sabda Nabi SAW,
إِنَّهَا مُبَارَكَةٌ إِنَّهَا طَعَامُ طُعْمٍ وَشِفَاءُ سُقْمٍ

“Sesungguhnya air zamzam itu diberkahi dan ia merupakan makanan yang bergizi dan obat penyakit.” (HR al-Baihaqi, at-Thabrani dan a-Bazzar dengan sanad yang shahih)

Hajji Ala Sufi


Muhammad bin Al-Fadhl mengatakan, “Aku heran pada orang-orang yang mencari Ka’bah-Nya di dunia ini. Mengapa meraka tidak berupaya melakukan musyahadat tentang-NYa di dalam hati mereka? Tempat suci kadangkala mereka capai dan kadangkala mereka tinggalkan, tetapi musyahadat bisa mereka nikmati selalu. Jika mereka harus mengunjungi batu (Ka’bah), yang dilihat hanya setahun sekali, sesungguhnya meraka lebih harus mengunjungi Ka’bah hati, di mana Dia bisa dilihat tiga ratus enam puluh kali sehari semalam. Tetapi setiap langkah mistikus adalah simbol perjalanan menuju Mekkah, dan bilamana ia mencapai tempat suci ia menerima jubah kehormatan, bagi setiap langkah.”

Dan Abu Yazid mengatakan, “Pada hajiku yang pertama aku hanya melihat Ka’bah, kedua kalinya, aku melihat Ka’bah dan Tuhannya Ka’bah, dan ketiga kalinya, aku hanya melihat Tuhan saja.” Pendeknya, tempat suci ada di mana musyahadat ada.

Karena itu, yang sebenarnya bernilai bukalah Ka’bah, melainkan kontemplasi (musyahadat) dan pelenyapan (fana’) di dalam istana persabatan, dan melihat Ka’bah merupakan sebab tidak langsung. Tetapi, kita harus tahu bahwa setiap sebab bergantung pada pencipta sebab-sebab, dari tempat tersembunyi mana pun kuasa ilahi tampak, dan dari mana pun keinginan si pencari bisa dipenuhi. Tujuan mistikus dengan melintas belantara dan padang pasir bukanlah tempat suci itu sendiri.

Nilai Hajji Mabrur


Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘ahu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Umroh ke umroh berikutnya merupakan pelebur dosa antara keduanya, dan tiada balasan bagi haji mabrur melainkan surga” [HR Bukhari : 1683, Muslim : 1349]

Haji Mabrur memiliki beberapa kriteria.

Pertama : Ikhlas. Seorang hanya mengharap pahala Allah, bukan untuk pamer, kebanggaan, atau agar dipanggil “pak haji” atau “bu haji” oleh masyarakat.

“Artinya : Mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan” [Al-Bayyinnah : 5]

Kedua : Ittiba’ kepda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia berhaji sesuai dengan tata cara haji yang dipraktekkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjauhi pekara-perkara bid’ah dalam haji. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Contohlah cara manasik hajiku” [HR Muslim : 1297]

Ketiga : Harta untuk berangkat haji adalah harta yang halal. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Sesungguhnya Allah itu baik, Dia tidak menerima kecuali dari yang baik” [HR Muslim : 1015]

Keempat : Menjauhi segala kemaksiatan, kebid’ahan dan penyimpangan

“Artinya : Barangsiapa menetapkan niatnya untuk haji di bulan itu maka tidak boleh rafats (berkata-kata tidak senonoh), berbuat fasik, dan berbantah-bantahan pada masa haji..”[Al-Baqarah : 197]

Kelima : Berakhlak baik antar sesama, tawadhu’ dalam bergaul, dan suka membantu kebutuhan saudara lainnya.

Alangkah bagusnya ucapan Ibnul Abdil Barr rahimahullah dalam At-Tamhid (22/39) : “Adapun haji mabrur, yaitu haji yang tiada riya dan sum’ah di dalamnya, tiada kefasikan, dan dari harta yang halal” [Latho’iful Ma’arif Ibnu Rajab hal. 410-419, Masa’il Yaktsuru Su’al Anha Abdullah bin Sholih Al-Fauzan : 12-13]

Manfaat Dan Tujuan Haji

Demikian pula haji, sebuah ibadah tahunan yang besar yang Allah syari’atkan bagi para hamba-Nya, mempunyai berbagai manfaat yang besar dan tujuan yang besar pula, yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat. Dan diantara hikmah ibadah haji ini adalah.

[1]. Mengikhlaskan Seluruh Ibadah
Beribadah semata-mata untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menghadapkan hati kepada-Nya dengan keyakinan bahwa tidak ada yang diibadahi dengan haq, kecuali Dia dan bahwa Dia adalah satu-satunya pemilik nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang mulia. Tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang menyerupai-Nya dan tidak ada tandingan-Nya.

Dan hal ini telah diisyaratkan dalam firman-Nya.

“Artinya : Dan ingatlah ketika Kami menempatkan tempat Baitullah untuk Ibrahim dengan menyatakan ; “Janganlah engkau menyekutukan Aku dengan apapun dan sucikan rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, beribadah, ruku dan sujud” [Al-Hajj : 26]

Mensucikan rumah-Nya di dalam hal ini adalah dengan cara beribadah semata-mata kepada Allah di dekat rumah-Nya (Ka’bah) yang mulia, mebersihkan sekitar Ka’bah dari berhala-berhala, patung-patung, najis-najis yang Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan serta dari segala hal yang mengganggu orang-orang yang sedang menjalankan haji atau umrah atau hal-hal lain yang menyibukkan (melalaikan, -pent) dari tujuan mereka.

[2]. Mendapat Ampunan Dosa-Dosa Dan Balasan Jannah
“Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Satu umrah sampai umrah yang lain adalah sebagai penghapus dosa antara keduanya dan tidak ada balasan bagi haji mabrur kecuali jannah” [HR Bukhari dan Muslim, Bahjatun Nanzhirin no. 1275]

“Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata : “Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwa barang siapa berhaji ke Baitullah ini karena Allah, tidak melakukan rafats dan fusuuq, niscaya ia kembali seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya” [HR Bukhari]

Rafats : jima’ ; pendahuluannya dan ucapan kotor, Fusuuq : kemaksiatan

Sesungguhnya barangsiapa mendatangi Ka’bah, kemudian menunaikan haji atau umrah dengan baik, tanpa rafats dan fusuuq serta dengan ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni dosa-dosanya dan menuliskan jannah baginya. Dan hal inilah yang didambakan oleh setiap mu’min dan mu’minah yaitu meraih keberuntungan berupa jannah dan selamat dari neraka.

[3]. Menyambut Seruan Nabi Ibrahima Alaihissalam
“Dan serulah manusia untuk berhaji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh”[Al-Hajj : 27]

Nabi Ibrahim Alaihissalam telah menyerukan (agar berhaji) kepada manusia. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan siapa saja yang Dia kehendaki (untuk bisa) mendengar seruan Nabi Ibrahim Alaihissalam tersebut dan menyambutnya. Hal itu berlangsung semenjak zaman Nabi Ibrahim hingga sekarang.

[4]. Menyaksikan Berbagai Manfaat Bagi Kaum Muslimin
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Agar supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka” [Al-Hajj : 28]

Alah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan manfaat-manfaat dengan muthlaq (secara umum tanpa ikatan) dan mubham (tanpa penjelasan) karena banyaknya dan besarnya menafaat-manfaat yang segera terjadi dan nanti akan terjadi baik duniawi maupun ukhrawi.

Dan diantara yang terbesar adalah menyaksikan tauhid-Nya, yakni mereka beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata-mata. Mereka datang dengan niat mencari wajah-Nya yang mulia bukan karena riya’ (dilihat orang lain) dan juga bukan karena sum’ah (dibicarakan orang lain). Bahkan mereka betauhid dan ikhlas kepada-Nya, serta mengikrarkan (tauhid) di antara hamba-hamba-Nya, dan saling menasehati di antara orang-orang yang datang (berhaji dan sebagainya,-pent) tentangnya (tauhid).

Mereka thawaaf mengelilingi Ka’bah, mengagungkan-Nya, menjalankan shalat di rumah-Nya, memohon karunia-Nya, berdo’a supaya ibadah haji mereka diterima, dosa-dosa mereka diampuni, dikembalikan dengan selamat ke nergara masing-masing dan diberi anugerah kembali lagi untuk berdo’a dan merendah diri kepda-Nya.

Mereka mengucapkan talbiyah dengan keras sehingga di dengar oleh orang yang dekat ataupun yang jauh, dan yang lain bisa mempelajarinya agar mengetahui maknanya, merasakannya, mewujudkan di dalam hati, lisan dan amalan mereka. Dan bahwa maknanya adalah : Mengikhlaskan ibadah semata-mata untuk Allah dan beriman bahwa Dia adalah ‘ilah mereka yang haq, Pencipta mereka, Pemberi rizki mereka, Yang diibadahi sewaktu haji dan lainnya.

[5]. Saling Mengenal Dan Saling Menasehati
Dan diantara hikmah haji adalah bahwa kaum muslimin bisa saling mengenal dan saling berwasiat dan menasehati dengan al-haq. Mereka datang dari segala penjuru, dari barat, timur, selatan dan utara Makkah, berkumpul di rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tua, di Arafah, di Muzdalifah, di Mina dan di Makkah. Mereka saling mengenal, saling menasehati, sebagian mengajari yang lain, membimbing, menolong, membantu untuk maslahat-maslahat dunia akhirat, maslahat taklim tata cara haji, shalat, zakat, maslahat bimbingan, pengarahan dan dakwah ke jala Allah.

Mereka bisa mendengar dari para ulama, apa yang bermanfaat bagi mereka yang di sana terdapat petunjuk dan bimbingan menuju jalan yang lurus, jalan kebahagiaan menuju tauhidullah dan ikhlas kepada-Nya, menuju ketaatan yang diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengetahui kemaksiatan untuk dijauhi, dan supaya mereka mengetahui batas-batas Allah dan mereka bisa saling menolong di dalam kebaikan dan taqwa.

[6]. Mempelajari Agama Allah Subhanahu wa Ta’ala
Dan diantara manfaat haji yang besar adalah bahwa mereka bisa mempelajari agama Allah dilingkungan rumah Allah yang tua, dan di lingkungann masjid Nabawi dari para ulama dan pembimbing serta memberi peringatan tentang apa yang mereka tidak ketahui mengenai hukum-hukum agama, haji, umrah dan lainnya. Sehingga mereka bisa menunaikan kewajiban mereka dengan ilmu.

Dari Makkah inilah tertib ilmu itu, yaitu ilmu tauhid dan agama. Kemudian (berkembang) dari Madinah, dari seluruh jazirah ini dan dari seluruh negeri-negeri Allah Subhanahu wa Ta’ala yang ada ilmu dan ahli ilmu. Namun semua asalnya adalah dari sini, dari lingkungan rumah Allah yang tua.

Maka wajib bagi para ulama dan da’i, dimana saja mereka berada, terlebih lagi di lingkungan rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala ini, untuk mengajari manusia, orang-orang yang menunaikan haji dan umrah, orang-orang asli dan pendatang serta para penziarah, tentang agama dan manasik haji mereka.

Seorang muslim diperintahkan untuk belajar, bagaimanapun (keadaannya) ia, dimana saja dan kapan saja ; tetapi di lingkungan rumah Allah yang tua, urusan ini (belajar agama) lebih penting dan mendesak.

Dan di antara tanda-tanda kebaikan dan kebahagian seseorang adalah belajar tentang agama Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Artinya : Nabi Shallallahu ‘alaihi bersabda : “Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala memperoleh kebaikan, niscaya Dia menjadikan faqih terhadap agama” [HR Bukhari, Kitab Al-Ilmi 3 bab : 14]

Di sini, di negeri Allah, di negerimu dan di negeri mana saja, jika engkau dapati seorang alim ahli syari’at Allah, maka pergunakanlah kesempatan. Janganlah engkau takabur dan malas. Karena ilmu itu tidak bisa diraih oleh orang-orang yang takabur, pemalas, lemah serta pemalu. Ilmu itu membutuhkan kesigapan dan kemauan yang tinggi.

Mundur dari menuntut ilmu, itu bukanlah sifat malu, tetapi suatu kelemahan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Dan Allah tidak malu dari kebenaran” [Al-Ahzab : 53]

Karenanya seorang mukmin dan mukminah yang berpandangan luas, tidak akan malu dalam bab ini ; bahkan ia maju, bertanya, menyelidiki dan menampakkan kemusykilan yang ia miliki, sehingga hilanglah kemusykilan tersebut.

[7]. Menyebarkan Ilmu
Di antara manfaat haji adalah menyebarkan ilmu kepada saudara-saudaranya yang melaksanakan ibadah haji dan teman-temannya seperjalanan, yang di mobil, di pesawat terbang, di tenda, di Mekkah dan di segala tempat. Ini adalah kesempatan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala anugerahkan. Engkau bisa menyebarkan ilmu-mu dan menjelaskan apa yang engkau miliki, akan tetapi haruslah dengan apa yang engkau ketahui berdasarkan Al-Kitab dan As-Sunnah dan istimbath ahli ilmu dari keduanya. Bukan dari kebodohan dan pemikiran-pemikiran yang menyimpang dari Al-Kitab dan As-Sunnah.

[8]. Memperbanyak Ketaatan
Di antara manfaat haji adalah memperbanyak shalat dan thawaf, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Artinya : Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka ; hendaklah mereka menyempurnakan nadzar-nadzar mereka dan hendaklah mereka berthawaf sekeliling rumah yang tua itu (Ka’bah)” [Al-Hajj : 29]

Maka disyariatkan bagi orang yang menjalankan haji dan umrah untuk memperbanyak thawaf semampunya dan memperbanyak shalat di tanah haram. Oleh karena itu perbanyaklah shalat, qira’atul qur’an, tasbih, tahlil, dzikir. Juga perbanyaklah amar ma’ruf nahi mungkar dan da’wah kepada jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala di mana banyak orang berkumpul dari Afrika, Eropa, Amerika, Asia dan lainnya. Maka wajib bagi mereka untuk mempergunakan kesempatan ini sebaik-baiknya.

[9]. Menunaikan Nadzar
Walaupun nadzar itu sebaiknya tidak dilakukan, akan tetapi seandainya seseorang telah bernadzar untuk melakukan ketaatan, maka wajib baginya untuk memenuhinya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Barangsiapa bernadzar untuk mentaati Allah, maka hendaklah dia mentaati-Nya” [HR Bukhari]

Maka apabila seseorang bernadzar di tanah haram ini berupa shalat, thawaf ataupun ibadah lainnya, maka wajib baginya untuk menunaikannya di tanah haram ini.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Dan hendaklah mereka menunaikan nadzar” [Al-Hajj : 29]

[10]. Menolong Dan Berbuat Baik Kepada Orang Miskin
Di antara manfaat haji adalah bisa menolong dan berbuat baik kepada orang miskin baik yang sedang menjalankan haji atau tidak di negeri yang aman ini.

Seseorang dapat mengobati orang sakit, menjenguknya, menunjukkan ke rumah sakit dan menolongnya dengan harta serta obat.

Ini semua termasuk manfaat-manfaat haji.

“Artinya : ….agar mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka” [Al-Hajj : 28]

[11]. Memperbanyak Dzikir Kepada Allah
Di negeri yang aman ini hendaklah memperbanyak dzikir kepada Allah, baik dalam keadaan berdiri, duduk dan bebaring, dengan tasbih (ucapan Subhanallah), hamdalah (ucapan Alhamdulillah), tahlil (ucapan Laa ilaaha ilallah), takbir (ucapan Allahu Akbar) dan hauqallah (ucapan Laa haula wa laa quwata illa billah).

“Artinya : Dari Abu Musa Al-As’ari Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Perumpamaan orang yang mengingat Rabb-nya dan yang tidak mengingat-Nya adalah sebagai orang hidup dan yang mati”. [HR Bukhari, Bahjatun Nadzirin no. 1434]

[12]. Berdo’a Kepada-Nya
Di antara manfaat haji, hendaknya bersungguh-sungguh merendahkan diri dan terus menerus berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, agar Dia menerima amal, membereskan hati dan perbuatan ; agar Dia menolong untuk mengingat-Nya, bersyukur kepada-Nya dan memperbagus ibadah kepada-Nya ; agar Dia menolong untuk menunaikan kewajiban dengan sifat yang Dia ridhai serta agar Dia menolong untuk berbuat baik kepada hamba-hamba-Nya.

[13]. Menunaikan Manasik Dengan Sebaik-Baiknya
Di antara manfaat haji, hendaknya melaksanakannya dengan sesempurna mungkin, dengan sebaik-baiknya dan seikhlas mungkin baik sewaktu melakukan thawaf, sa’i, wukuf di Arafah, berada di Muzdalifah, melempar jumrah, maupun sewaktu shalat, qira’atul qur’an, berdzikir, berdo’a dan lainnya. Juga hendaknya mengupayakannya dengan kosentrasi dan ikhlas.

[14]. Menyembelih Kurban
Di antara manfaat haji adalah menyembelih (binatang) kurban, baik yang wajib tatkala berihram tammatu dan qiran, maupun tidak wajib yaitu untuk taqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sewaktu haji wada’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berkurban 100 ekor binatang. Para sahabat juga menyembelih kurban. Kurban itu adalah suatu ibadah, karena daging kurban dibagikan kepada orang-orang miskin dan yang membutuhkan di hari-hari Mina dan lainnya.

Demikianlah sebagian hikmah dari ibadah haji (rukun Islam yang ke lima) mudah-mudahan kita bisa mengambil manfaatnya, dan senantiasa diberi petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala serta diberi kemudahan untuk menunaikannya. Amin…

Abi Naufal ( 1-2-2011 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman